Problem Based Learning Landasan Teori
25
dalam menyelesaikan tugas; PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik
secara bertahap dapat memilih peran yang diamati tersebut; PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata. 3 Belajar Pengarahan Sendiri self directed learning
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana
informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru. Ada lima tahapan menurut Arends 2008:57 dalam pelaksanaan
Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Tahapan PBL
Fase-Fase Perilaku Guru
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada
masalah Guru membahas tujuan pelajaran, mendeskripsikan
berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah
Fase 2
Mengorganisasikan siswa
untuk meneliti
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang terkait dengan
permasalahannya
Fase 3
Membimbing penyelidikan
individu dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari
penjelasan dan solusi
Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti laporan,
rekaman video, dan model-model, dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain
26
Fase-Fase Perilaku Guru
Fase 5
Menganalisa dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap
investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan
Sumber: Arends, 2008:57 Dengan demikian PBL menghendaki agar siswa aktif untuk memecahkan
masalah yang sedang dihadapinya. Agar siswa aktif maka diperlukan desain bahan ajar yang sesuai dengan mempertimbangkan pengetahuan siswa serta guru
dapat memberikan bantuan atau intervensi berupa petunjuk scaffolding yang mengarahkan siswa untuk menemukan solusinya.
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan knowledge, kecakapan skill, dan sikap attitude. Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester UAS, ujian tengah semester UTS, kuis,
PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun
kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam
diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran
yang bersangkutan Kemendikbud, 2012. Pembelajaran PBL ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun
keunggulan model PBL diantaranya yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang dihadapi
27
secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir
siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia
kerja. Sementara kelemahan model pembelajaran PBL itu sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya
alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.