23
belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada siswa. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari
pengalaman tentang matematika.
2.1.3 Problem Based Learning
Problem Based Learning PBL atau Pembelajaran Berbasis Masalah didasarkan pada hasil penelitian Barrow and Tamblyn Barret, 2005 dan pertama
kali diimplementasikan pada sekolah kedokteran di McMaster University Canada pada tahun 60-an. Problem Based Learning merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Barrow Barret, 2005 mendefinisikan PBL sebagai “The learning that
results from the process of working towards the understanding of a resolution of a problem. The problem is encountered first in the learning process.”Artinya,
pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang dihasilkan dari proses bekerja menuju pemahaman terhadap pemecahan masalah. Masalah
tersebut ditemui pertama dalam proses pembelajaran. Sudarman 2007 mengatakan PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kriris dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran. Sementara menurut Arends Trianto, 2007, pembelajaran berdasarkan
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik nyata sehingga diharapkan mereka dapat menyusun
24
pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan ketrampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri.
Peran guru dalam PBL adalah menyodorkan berbagai masalah autentik, memfasilitasi penyelidikan siswa, dan mendukung pembelajaran siswa Arends,
2008:41. Pada kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata real world.
Selanjutnya Barrow Ismaimuza, 2010 mengungkapkan bahwa masalah dalam PBL adalah masalah yang tidak terstruktur ill-structure, atau kontekstual dan
menarik contextual and engaging, sehingga merangsang siswa untuk bertanya dari berbagai perspektif. Menurut Slavin Ismaimuza, 2010 karakteristik lain dari
PBL meliputi pengajuan pertanyaan terhadap masalah, fokus pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan authentik, kerja sama, dan menghasilkan produk atau
karya yang harus dipamerkan. Sementara itu tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah
adalah Kemendikbud, 2012. 1 Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2 Pemodelan peranan orang dewasa. Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting dalam menjembatani gap
antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di luar
sekolah yang dapat dikembangkan diantaranya: PBL mendorong kerjasama
25
dalam menyelesaikan tugas; PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik
secara bertahap dapat memilih peran yang diamati tersebut; PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata. 3 Belajar Pengarahan Sendiri self directed learning
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana
informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru. Ada lima tahapan menurut Arends 2008:57 dalam pelaksanaan
Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Tahapan PBL
Fase-Fase Perilaku Guru
Fase 1
Orientasi peserta didik kepada
masalah Guru membahas tujuan pelajaran, mendeskripsikan
berbagai kebutuhan logistik penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah
Fase 2
Mengorganisasikan siswa
untuk meneliti
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang terkait dengan
permasalahannya
Fase 3
Membimbing penyelidikan
individu dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari
penjelasan dan solusi
Fase 4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti laporan,
rekaman video, dan model-model, dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada orang lain