3.6.3 Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang tidak pandai
berkemampuan rendah. Bagi soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun bodoh, maka soal tersebut termasuk tidak baik karena tidak mempunyai
daya pembeda Arikunto, 2007:211. Semakin tinggi daya pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan siswa yang pandai dan
yang kurang pandai. Teknik yang digunakan adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata-rata mean yaitu antara rata-rata dari kelompok atas
dengan rata-rata dari kelompok bawah untuk tiap-tiap item. Menurut Zulaiha 2008:28, daya pembeda soal uraian diperoleh melalui
perhitungan dengan rumus:
Keterangan : : Daya Pembeda Soal Uraian
: Rata-rata skor siswa pada kelompok atas : Rata-rata skor siswa pada kelompok bawah
: Skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran Soal dikatakan baik atau diterima apabila soal tersebut memiliki daya
pembeda soal diatas 0,25 karena soal tersebut dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Berikut ini tabel kriteria
daya pembeda soal :
Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda
Kriteria Daya Pembeda Kategori
Diterima Diperbaiki
Ditolak Zulaiha, 2008:28
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4. Hasil Uji Daya Pembeda
Nomor soal Kategori
1. 0,15
Diperbaiki 2.
0,32 Diterima
3. 0,43
Diterima 4.
0,64 Diterima
5. 0,36
Diterima 6.
0,53 Diterima
7. 0,42
Diterima 8.
0,28 Diterima
Berdasarkan hasil analisis uji coba diperoleh butir soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 diterima sedangkan butir soal nomor satu harus diperbaiki. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.
3.6.4 Analisis Taraf Kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari
tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional Sudjana,
2005:135. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index. Teknik perhitungannya adalah dengan
menghitung berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau berada pada batas lulus passing grade untuk tiap-tiap item. Menurut klasifikasi puspendik
sebagaimana dikutip oleh Zulaiha 2008:34, tingkat kesukaran soal diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus:
Keterangan : : Taraf Kesukaran Soal Uraian
: Rata-rata skor siswa : Skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran
Tingkat kesukaran dibagi menjadi 3 kategori yaitu soal sukar, soal sedang, dan soal mudah. Berikut ini tabel kriteria taraf kesukaran soal :
Tabel 3.5 Kriteria Taraf Kesukaran
Kriteria Taraf Kesukaran Kategori
Sukar Sedang
Mudah Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.6
berikut. Tabel 3.6. Hasil Uji Taraf Kesukaran
Soal nomor
Taraf Kesukaran
Kriteria 1
0,93 Mudah
2 0,84
Mudah 3
0,62 Sedang
4 0,4
Sedang 5
0,56 Sedang
6 0,47
Sedang 7
0,24 Sukar
8. 0,28
Sukar Berdasarkan analisis hasil uji coba diperoleh butir soal dengan kriteria mudah
adalah butir soal nomor 1 dan 2, butir soal dengan kriteria sedang adalah butir