21
2.1.1.4 Teori Belajar Ausubel
Teori ini terkenal dengan belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ausubel membedakan antara belajar menemukan dengan
belajar menerima, selain itu juga membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Makna dibangun ketika guru memberikan permasalahan yang
relevan dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada sebelumnya, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan
idenya sendiri. Pada belajar menghafal, peserta didik menghafalkan materi yang sudah diperolehnya, tetapi pada belajar bermakna materi yang telah diperoleh itu
dikembangkan dengan keadaan yang lain sehingga belajarnya lebih dimengerti Suherman, 2003:32. Teori ini mendukung pendekatan kontekstual yang
digunakan karena dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual diperlukan suatu permasalahan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Ketika siswa
menemukan sendiri konsep tersebut, diharapkan belajar menjadi bermakna bagi siswa. Oleh karena itu pembelajaran matematika harus terhubung dengan
kehidupan nyata.
2.1.2 Pembelajaran Matematika
Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat peristiwa event yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik
itu memperoleh kemudahan Anni dan Rifa’i, 2012. Sementara Gagne menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal
peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan peserta didik memproses informasi
22
nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi
proses belajar. Pada proses pembelajaran diperlukan adanya komunikasi antara pendidik
dengan peserta didik, atau antar peserta didik. Komunikasi dalam pembelajaran ditujukan untuk membantu proses belajar. Aktifitas komunikasi itu dapat
dilakukan secara mandiri self-instructing. Secara lebih rinci, tujuan mata pelajaran matematika di sekolah untuk
semua satuan pendidikan menurut Wardhani 2008: 8 adalah sebagai berikut. 1 Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
2 Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3 Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4 Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan
atau masalah. 5 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dari pengertian pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru
mengajar. Oleh karena itu pada hakekatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana
lingkungan yang memungkinkan seseorang si pelajar melaksanakan kegiatan
23
belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada siswa. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari
pengalaman tentang matematika.
2.1.3 Problem Based Learning
Problem Based Learning PBL atau Pembelajaran Berbasis Masalah didasarkan pada hasil penelitian Barrow and Tamblyn Barret, 2005 dan pertama
kali diimplementasikan pada sekolah kedokteran di McMaster University Canada pada tahun 60-an. Problem Based Learning merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Barrow Barret, 2005 mendefinisikan PBL sebagai “The learning that
results from the process of working towards the understanding of a resolution of a problem. The problem is encountered first in the learning process.”Artinya,
pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang dihasilkan dari proses bekerja menuju pemahaman terhadap pemecahan masalah. Masalah
tersebut ditemui pertama dalam proses pembelajaran. Sudarman 2007 mengatakan PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kriris dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran. Sementara menurut Arends Trianto, 2007, pembelajaran berdasarkan
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik nyata sehingga diharapkan mereka dapat menyusun