Sistem Organisasi Sosial Kebudayaan Dalam Masyarakat Karo

48 Gendang Jumpa malem Gendang lima puluh kurang dua ini dimainkan terus menerus hingga selesai,sesuai dengan urutannya P.Sitepu : 23-24.

2.2.6 Sistem Organisasi Sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.

2.2.6.1 Merga Silima

Tridah bangun di dalam bukunya Manusia Batak Karo 93-94 memaparkan Merga Silima beserta sub merganya; Merga Karo-karo terdiri dari 18 sub merga; Induk Merga Anak Merga Universitas Sumatera Utara Karo-Karo Barus, Bukit, Gurusinga, Kaban, Kacaribu, Ketaren, Kemit, Jung, Purba, Sinulingga, Sinukaban, Sinubulan, Sinuraya, Sitepu, Sinuhaji, Surbakti, Samura, Sekali. Merga Ginting terdiri dari 16 sub merga; Induk Merga Anak Merga Ginting Ajartambun, Babo, Beras, Cabap, Gurupatih, Garamata, Jandibata, Jawak, Manik, Munthe, Pase, Seragih, Suka, Sugihan, Sinusinga, Tumangger. Merga Sembiring terdiri dari 19 sub merga; Merga Tarigan terdiri dari 14 sub merga; Induk Merga Anak Merga Sembiring Brahmana, Busuk, Depari, Colia, Keloko, Kembaren, Muham, Meliala, Maha, Bunuaji, Gurukinayan, Pandia, Keling, Pelawi, Pandebayang, Sinukapur, Sinulaki, Tekang, Sinupayung Universitas Sumatera Utara Induk Merga Anak Merga Tarigan Bondong, Gana-gana, Gersang, Gerneng, Jampang, Purba, Pekan, Sibero, Tua, Tegur, Tambak, Tambun, Silangit, Tendang. Merga Perangin-angin terdiri dari 18 sub merga; Induk Merga Anak Merga Perangin-angin Bangun, Keliat, Kacinambun, Namohaji, Nano, Menjerang, Uwir, Pinem, Pencawan, Panggarun, Ulun jandi, Laksa, Perbesi, Sukatendel, Singarimbun, Sinurat, Sebayang, Tanjung.

2.2.6.2 Sangkep Nggeluh

Sebagai perwujudan lebih lanjut dari adanya merga silima dan bentuk perkawinan eksogami maka timbullah suatu ikatan kekerabatan dalam suatu sistem sosial yang dikenal denga istilah sangkep nggeluh rakut sitelu dalinken sitelu. Sangkep nggeluh terdiri dari tiga golongan fungsional yang masing – masing disebut senina saudara semarga, anakbaru pihak penerima perempuan dan kalimbu pihak pemberi perempuan. Universitas Sumatera Utara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1988 : 559. Marga adalah kelompok kekerabatan yang eksogen dan unilineal, baik secara matrilineal garis keturunan ibu maupun patrilineal garis keturunan ayah. Ketika golongann fungsional ini memegang peranan penting dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo Bujur Sitepu, 1976 : 21. Sangkep nggeluh adalah sumber dan pedoman hidup serta mengatur tata susunan masyarakat sampai kepada perilaku perseorangan. Baik buruknya, sopan tidaknya tingkah laku seseorang selalu dinilai berdasarkan aturan yang tersirat dalam sistem kekerabatan tersebut. Senina berarti hubungan persaudaraan antara orang yang semarga tetapi submarganya berbeda. Misalnya Karo – karo Sitepu dengan Karo – karo Sinulingga. Hubungan Senina dapat dibagi lagi atas : 1 Sembuyak berarti bersaudara kandung karena mereka dilahirkan dari satu perut rahim atau keturunan yang sama nenek moyang yang sama. Sembuyak berasal dari kata se dan mbuyak. Se arti nya satu atau sama sedangkan mbuyak artinya rahim. Misalnya marga Sembiring Brahmana dengan Sembiring Brahamana. 2 Senina Siperemen adalah ikatan persaudaraan karena ibu bersaudara. 3 Senina Siparibanen adalah timbulnya persaudaraan karena istri mereka bersaudara. 4 Senina Sipengalon adalah ikatan persaudaraan yang timbul karena mereka mempunyai istri dari beru yang sama. Universitas Sumatera Utara 5 Senina Sicimbangen adalah ikatan persaudaraan yang timbul karena beberapa wanita mempunyai suami yang saling bersaudara. Dalam konteks upacara adat pihak senina berfungsi sebagai media penyalur pendapat serta bertanggung jawab atas hasil hasil yang telah dimusyawarahkan. Lebih jauh lagi senina juga ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan secara adat. Golongan anak baru sering disebut “pelayan” bagi kalimbubunya. Anak baru selalu menjadi pekerja yang bertanggung jawab langsung terhadap pelaksanaan upacara adat. Keberhasilan suatu pesta adat sering ditentukan oleh keterampila anak baru. Selain itu anak baru adalah penyambung lidah perantara dalam musyawarah adat. Seluruh pembicaraan adat sebelum sampai kepada pihak kalimbu harus melalui anak beru. Setelah itu anak beru pula yang menginformasikan hal – hal yang perlu kepada pihak kalimbubu. Dalam fungsi pelayanannya, anak beru sering membantu kalimbu bu secara materil terutama dalam upacara–upacara adat yang memerlukan biaya besar. Selain meringankan beban, juga menambah kehormatan kalimbubu. Anak beru bangga atas tugas dan kewajibannya terhadap kalimbubu. Mereka selalu melaksanakan tugas tanpa pamrih. Oleh sebab itu anak beru selalu i tami – tami disayang kalimbubu. Seperti halnya senina, anak beru ini pun berjenis – jenis pula, anatara lain : 1 Anak beru Tua adalah seoran keluarga ya g menjadi anak beru secara turun temurun paling tidak tiga generasi telah mengambil istri dari keluarga kalimbubunya. Anak beru Tua berkedudukan sebagai Universitas Sumatera Utara kepalapimpinan dari semua anak beru. Biasanya perundingan – perundingan secara adat belum dapat dimulai kalu anak beruu tua belum hadir, sekalipun anak beru lainnya sudah hadir. 2 Anak beru Menteri adalah anak beru dari anak beru. Didalam musyawarah maupun perundingan-perundingan adat tidak ikut serta melainkan sebagai pelaksana dalam menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan menurut perintah dari anak beru tua. 3 Anak beru Singikuri adalah anak beru dari anak beru menteri. Dalam kerja adat, mereka ini hanya bertugas di dapur untuk mempersiapkan hidangan. Kalimbubu adalah golongan masyarakat yang sangat dihormati dan tinggi kedudukannya dalam kehidupan sehari-hari. Konsekwensi dari status tersebut, kalimbubu dipercaya sebagai golongan yang tidak boleh dibantah, tidak boleh dihina apalagi disumpahi. Seluruh keputusan dan kebijaksanaannya menjadi panutan bagi pihak-pihak lain. Siapa yang membantah dan tidak patuh maka kalimbubu akan menjatuhkan kutuknya. Tetapi yang hormat dan segan akan mendapat berkat dan rejeki yang berlimpah. Begitu istimewanya posisi kalimbubu di mata masyarakat Karo, jadi tidak heran kalimbubu dianggap dibata ni idah tuhan yang dapat dilihat. Kalimbubu dapat dibagi atas : 1 Kalimbubu taneh kalimbubu simajek lulang adalah kalimbubu yang nenek moyangnya dahulu menjadi kalimbubu pertama sewaktu mendirikan sebuah kampung. Universitas Sumatera Utara 2 Kalimbubu bena-bena kalimbubu tua adalah kelompok keluarga pemberi perempuan keluarga tertentu kepada keluarga tertentu yang dianggap sebagai pemberi perempuan kepada keluarga tersebut. Kalimbubu bena-bena disebut juga kalimbubu simajekken daliken yaitu kalimbubu yang bertugas memasang tungku pada kerja mengket rumah. 3 Kalimbubu simada dareh adalah kalimbubu pemberi dara dari keluarga mana ibu seseorang berasal. Dengan kata lain kalimbubu simada dareh ialah saudara ibu laki-laki. 4 Kalimbubu siperdemui adalah kalimbubu yang diakibatkan karena adanya perkawinan. Misalnya keuarga tersebut menjadi kalimbubu karena seseorang mengawini putrinya. Hubungan kalimbubu ada karena adanya perkawinan. Kalimbubu ini disebut juga kalimbubu sierkimbang. 5 Puang kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu. 6 Puang nupuang adalah kalimbubu dari puang kalimbubu. Dalam konteks kerja mengket rumah didesa Sukanalu, penyelenggara kerja sukut bermarga Sitepu. Oleh sebab itu secara umum seluruh marga Sitepu yang hadir di dalam kerja tersebut adalah sembuyak maupun senina dari sukut. Marga Sembiring merupakan kalimbubu dari sukut, sedangkan sebagai anak beru sukut adalah marga Tarigan. Dari hubungan kekerabatan ini dapat dikembangkan lagi, bahwa Marga Sembiring merupakan puang kalimbubu dari marga Tarigan, secara otomatis marga Tarigan adalah anak beru menteri marga Sembiring. Sedangkan Universitas Sumatera Utara marga Sitepu adalah anak beru marga Sembiring. Dan marga Sitepu adalah kalimbubu dari marga Tarigan. Untuk lebih jelas bagaimana hubungan antara ketiga kelompok kekerabatan ini, dapat dilihat skema berdasarkan konteks kerja mengket rumah di desa Sukanalu : SENINA MARGA SITEPU KALIMBUBU ANAK BERU MARGA SEMBIRING MARGA TARIGAN Adapun istilah kekerabatan pada masyarakat Karo adalah sebagai berikut : 1 Agi : adik 2 Anak : anak kandung, anak saudara, anak angkat 3 Bapa : ayah kandung, anak saudara, anak angkat 4 Bibi : saudara perempuan dari ayah maupun dari ibu 5 Bengkila : suami bibi 6 Bere-bere : anak dari saudari perempuan 7 Beru : panggilan dari seorang istri kepada saudara Perempuan suaminya atau kepada turang 8 Cimbang : panggilan antara perempuan yang suaminya bersaudara Universitas Sumatera Utara 9 Eda : panggilan dari seseorang wanita kepada istri Saudaranya laki-laki 10 Kaka : kakakabang 11 Mama : saudara laki-laki dari ibu paman 12 Mami : istri mama 13 Impal : pariban putra-putri mamamami 14 Kempu : cucu 15 Nande : ibu kandung, istri dari saudara laki-laki ayah senina, sembuyak, siparibanen, sipemeren 16 Nini : nenekkakek 17 Perbulangen : suami 18 Ndehara : istri 19 Kemberahen : permaisuri istri bangsawansebayak 20 Permen : istri dari anak kandung menantu 21 Silih : iparbesan 22 Turangku : hubungan istri dan suami saudari suaminya atau Hubungan antara suami dengan istri saudara-Saudara istrinya

2.2.6.3 Tutur Siwaluh

Dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo, ada delapan jenis tutur yang disebut dengan tutur siwaluh. Ke-delapan tutur tersebut adalah Merga, Beré-beré, Universitas Sumatera Utara Binuang, Kampah, Entah, Kempu, Enté, dan Solér. Berikut adalah penjelasan mengenai ke-delapan tutur tersebut: 1 Merga man speaker Beru woman speaker adalah marga dari garis keturunan ayahpartrilineal. 2 Beré-beré adalah marga dari garis keturunan ibu. 3 Binuang adalah beré-beré ayah kita. 4 Kampah adalah beré-beré ayahnya ayah kita. 5 Entah adalah Beré-beré ibunya ayah kita. 6 Kempu adalah Beré-berénya ibu kita. 7 Ente adalah Beré-beré ayahnya ibu kita, dan 8 Soler adalah kempunya ibu kita. Gambar 2.5 Tutur siwaluh dalam sebuah keluarga Prinst, 2004 Dari ke-delapan tutur inilah nantinya timbul sebutanpanggilan kekerabatan seperti: nini nenek, bulang kakek , kempu cucu, bapa ayah, nandé ibu, anak, bengkila paman, bibi istri dari bengkila, permén keponakan woman speaker ,beré-beré keponakanman speaker, mama saudara laki-laki dari garis keturunan ibu, dan mami istri dari mama. Universitas Sumatera Utara

2.2.7 Peralatan dan Perlengkapan Hidup Manusia