Saussure adalah relasi antara Penanda dan Petanda berdasarkan konvensi, yang biasa disebut dengan Signifikasi.
c Roland Barthes mengembangkan semiotik menjadi 2 tingkatan tanda, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tanda yang menjelaskan
hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tanda yang menjelaskan hubungan penanda dan
petanda yang di menghasilkan makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.
d Halliday mengembangkan semiotik di bidang bahasa. Ia membaqgi dua semiotik bahasa, yaitu semiotik denotatif, yang mengkaji tanda-tanda bahasa dalam
makna sesungguhnya. Kemudian yang kedua adalah semiotik konotatif yang mengkaji bahasa di luar makna sesungguhnya.
Keempat teori semiotik ini penulis gunakan dalam mengkaji dan memahami makna yang terdapat dalam teks katoneng-katoneng tegun Sukut maupun hal-hal
yang berhubungan dengan konteks kerja mengket rumah pada saat itu.
4.2 Kajian Teks Katoneng-katoneng
Teks katoneng-katoneng Tegun Sukut
Bentuk: A Dage kalimbubu kami enterem
dibata idah kami la pilihi kami
bas warina si sekale, wari si muli wari sisalang sai
Universitas Sumatera Utara
Terjemahan: Wahai kalimbubu kami semua
yang kami muliakan dengan segala hormat dengan tidak pandang bulu
pada hari yang baik, hari yang tenang dan cerah ini
Pada Bentuk. A, penyebutan dibata idah kepada pihak kalimbubu merupakan satu bentuk relasi antara penanda dan petanda, demikian jika dikaji dari semiotik
Saussure. Kalimbubu adalah sebagai wujud fisik dikategorikan penanda Signifier sedangkan dibata idah adalah suatu konsep atau nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya, sebagai Petanda Signified. Pengertian dibata idah secara harafiah, tuhan yang tampak kelihatan. Posisi kalimbubu di dalam konsep kekerabatan masyarakat
Karo sangat dihormati dan dimuliakan. Sehingga posisinya dianggap sebagai tuhan yang berada di dunia ini.
Bentuk: B Pulung kita taneh Sukanalu simalam e,
Kalimbubu dibata idah kami Tarigan mergana, Milala mergana, Pandia mergana
Ginting mergana, Tambar malem
Terjemahan: kita berkumpul di kampung Sukanalu yang damai ini
kalimbubu yang sangat kami hormati, marga Tarigan, marga Milala, marga Pandia,
marga Ginting, marga Perangin-angin
Bentuk: C kalimbubu kami merga si empat,
puang kalimbubu kami merga silima puang nupuang kami Ia erpilih
Universitas Sumatera Utara
Terjemahan: kalimbubu kami siempat marga
puang kalimbubu kami silima marga puang nupuang kami seluruhnya
Pada bentuk C, seluruh teks merupakan simbol atau tanda. Menurut Whitehead 1928, setiap tindak persepsi tak langsung merupakan simbol cf. Tanda
1.3.3. Seccara lebih umum, ahli neurosemiotik telah menguraikan simbol sebagai instrumen kognisi cf. Laughlin Stephens 1980: 327 Dalam defenisi seperti itu,
simbol merupakan sinonim tanda. Bentuk: D
Terinda ibas kesadan arih kami sukut Karo mergana, Karo mergana, Karo mergana ningen Sitepu
Sitepu mergana sitimah sada penuangen gelang sada teriken
Terjemahan: tampaklah pada kesatuan kumpulan sukut marga Karo-karo
marga Karo-karo Sitepu marga Sitepu yang selalu bersatu rukun dan damai
Pada bentuk D diakhir kalimat, Sitepu mergana sitimah sada penuangen gelang sada tarikan. Secara harafiah terjemahannya, seluruh marga Sitepu satu
cetakan timah dan satu set perhiasan gelang.
Kajian semiotik Pierce, Sitepu mergana sitimah sada penuangen gelang sada tarikan adalah bagian tanda yang dapat dipersepsikan sehingga dapat disebut sebagai
Representamen R, sebagai Object O adalah marga Sitepu yang bersatu padu kuat dan rukun, sedangkan sebagai Interpretant I adalah marga Sitepu yang menjadi
panutan dan yang dihormati.
Universitas Sumatera Utara
Kajian semiotik Saussure pada kalimat tersebut, Sitepu mergana dikategorikan sebagai Penanda Signifier sedangkan sitimah sada penuangen gelang
sada tariken sebagai Petanda Signified.
Kajian semiotik Barthes pada kalimat tersebut dilihat sebagai konsep Relasi R antara Expression E- Penanda dan Content isi C- Petanda.
Bentuk: E Ija bas lias, kuah ate
Dibata Bapa mama impal, Seh kepe toto sini toto kendu
Masin kepe ranan bi belas kenndu Nandangi kami manuk mbulandu
Terjemahan: dimana atas kemurahan
Tuhan Allah mama impal Terkabul sudah doa yang kau panjatakan
Tepat seperti yang pernah kau ucapkan Kepada kami anak berumu
Kata masin dan manuk mbulan terjemahan: asin dan ayam putih, adalah dua kata menandai simbol metafora. Asin pada kalimat lagu tersebut bermakna
tepat atau mantap, sedang kata ayam putih melambangkan anak beru yang lincah, cekatan dan bertanggung jawab.
Menurut Ricoeur, “ ada simbol dimana bahasa menghasilkan tanda majemuk yang maknanya tidak puas atas penandaan sesuatu, menandakan arti lain yang hanya
bisa diwujudkan oleh dari organisasi internalnya” 1965: 25
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dalam Criticue of Judgement 1790, Kant mendefinisikan simbol sebagai “ representasi tak langsung konsep melalui media analogi” cf.
Sejarah 3.4.4. Dalam Philosophy of Fine Art-nya 1817: 11, 8-9, Hegel mempertentangkan simbol dengan tanda arbitrer, dimana “ ikatan antara signifikasi
dan tanda merupakan salah satu ketidakacuan” atau dimana tidak ada “ hubungaan penting antara sesuatu yang ditandakan dengan modus pengungkapnya”.
Bentuk: F Ibas kami kite-kite dalanta pulung
mengketi rumah jabu simbaru bekas biak pande namura erbahan
Terjemahan: Kami buat cara supaya kita dapat berkumpul
Memasuki rumah yang baru Yang telah selesai dibangun tukang yang terbaik
Dengan menggunakan teori semiotik Pierce Bentuk F dapat dianalisa sebagai berikut;
Repesentamen R: Kami buat cara supaya kita dapat terkumpul
Memasuki rumah yang baru yang telah selesai dibangu tukang yang terbaik. Object O: masuk rumah baru, Interpretant I menyenangkan, bersyukur.
Bentuk: G enggo adi bagei kami percakapen arih
ibas tengah jabu kami kalimbubu kami merge siempat puangkalimbubu merga silima
ilebuh kami anak beru kami sebab e nge aleng-aleng kami
siperlebe-lebe kami ngerana kami Karo mergana
Universitas Sumatera Utara
Terjemahan: Kalau menurut pembicaraan kami
Ditengah keluarga kami , kalimbubu kami Siempat marga puang kalimbubu kami silima marga
Kami bermusyawarah dengan anak beru kami Karena dialah perantaan kami , utusan kami
Pembicaraan kami , marga Karo-karo
Bentuk G dalam teks katoneng-katoneng secara utuh dapat dikaji melalui semiotik :
Pierce: Representamen R adalah seluruh kalimat G, sebagai Object O adalah anak beru dan sebagai
Interpretant I “ semua pekerjaan akan diselesaikan dengan baik dan penuh tanggung jawab”
Barthes: konsep Konotasi, dimana
menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti.
Aleng-aleng adalah kata benda berarti tempatwadah seperti ember atau tempayan tempat lauk pauk. Kata ini bermakna simbolis atau perlambang dimana
anak beru adalah wadah dimana segala hal pekerjaan bisa ditampung dan diselesaikana dengan baik dan bertanggung jawab.
Bentuk: H emaka isungkun kami katandu
kam kalimbubu ras puang, ipenggurui kami kam lalap rasa lalap
maka ula teridah kami Ia beluh mama, mami , impal, silih nina turangku
Terjemahan:
Universitas Sumatera Utara
Oleh sebab itu kami selalu bertanya kepadamu Kalimbubu dan puang
Kami selalu belajar darimu Supaya kami tidak bodoh
Mama , mami , impal, silih kata turangku
Dengan menggunakan teori semiotik Pierce Bentuk H dapat dianalisa sebagai berikut; Repesentamen R: Oleh sebab itu kami selalu bertanya kepadamu
kalimbubu dan puang, kami selalu belajar darimu, supaya kami tidak bodoh, mama, mami, impal, silih nina turangku. Object O: minta pengarahan petunjuk,
Interpretant I anak beru yang rendah hati dan bertanggung jawab.
Bentuk: I bas si enggo menda,
ibas pemena tanggalna tanggal sada bulanna bulan siwah, de tahunna tahun
sada siwah siwah sada pulung kita taneh sukanalu enda
Dibata idah sila erpilih Terjemahan:
Pada hari ini Pada awal tanggal satu
Bulannya bulan sembilan Tahunnya Satu sembilan sembilan satu
Kita berkumpul di Sukanalu ini Wahai Kalimbubu yang kami muliakan
Bentuk: J Ija ibas kita mengketi rumah simbaru
rumah silindungen bulan sendi gading kurung manik enda sebab ibas erpenggurun kami karina man bandu
Dibata idah kami ras puang, karina Pengendesenta Dibata Bapa simada kuasa
Terjemahan:
Universitas Sumatera Utara
Dimana dalam memasuki rumah yang baru Rumah silindungen bulan sendi gading kurung manik ini
Sebab seperti apa yang telah kami pelajari darimu Kalimbubu dan puang kami semua
Kita harus menyerahkanya kepada Tuhan Yang Maha Esa
Ferdinand de Saussure dengan istilah Penanda Signifier dan Petanda Signified. Maka pada bentuk J dalam kalimat lagu katoneng-katoneng yang menjadi
Penanda Signifier adalah rumah yang baru, dengan kata lain adalah wujud fisik rumah itu sendiri. Sedangkan Petanda Signified adalah rumah silindungen bulan
sendi gading kurung manik enda satu istilah yang mengandung nilai, konsep dan fungsi rumah yang kokoh, baik, teduh, dan menjadi tempat perlindungan yang
nyaman.
Bentuk: K Jei maka erkite-kite kiniteken
Ibas tengah-tengah jabu kami Ilebuh menda serayaan Tuhan sierdahina
Ibereken kata-kata Dibata si erkelangken pustakaNa Sibadia
emaka runggun gereja nge simenaken kerna mengket rumah jabu simbaru enda
bagi enggo ndai nisaksiken sangkep nggeluh Terjemahan:
Dan karena kepercayaan dalam keluarga kami Maka dipanggillah hamba Tuhan
Untuk menyampaikan firman Tuhan Melalui kitab injil
Oleh sebab itu hamba Tuhanlah yang melaksanakan Acara memasuki rumah baru ini
Seperti yang sudah disakasikan seluruh kerabat
Universitas Sumatera Utara
Bentuk K pada kalimat lagu katoneng-katoneng jika dikaji lewat semiotik Pierce maka sebagai Representamen R adalah keseluruhan teks kalimat lagu pada
bentuk K. Sedangkan Object O adalah hamba Tuhan pengurus gereja. Dan sebagai Interpretant I sempurnalah acara kerja mengket rumah tersebut karena sudah
diawali dengan acara liturgi gereja.
Bentuk: L e ijenari, mindo ketunggungen me kami
nandangi kam kerina kalimbubu tua, kalimbubu bena, kalimbubu sierkimbang
siniperdemui mama impal
Terjemahan: Dan disini kami mohon restu kepada seluruh
kalimbubu tua , kalimbubu bena , Kalimbubu simada dareh , kalibubu simupus ,
Kalimbubu sierkimbang , siniperdemui mama impal
Bentuk L pada kalimat lagu katoneng-katoneng jika dikaji lewat semiotik Pierce maka sebagai Representamen R adalah keseluruhan teks kalimat lagu pada
bentuk L. Sedangkan Object O adalah mohon restu . Dan sebagai Interpretant I sebuah gambaran etitud yang baik dan benar.
Bentuk: M adi bagei beloh kami lit
lanaime kurangi kami tapi entah ijakin gia si tadingna
labo kami mekarus sebab enggo iangkandu gedang gedek ukur kami
tadingken Bapa ndube ras nande bring ndube Terjemahan:
Universitas Sumatera Utara
Beginilah keberadaan kami apa adanya Tapi bila ada kekurangan kesalahan
Bukanlah kami sengaja Sebab kamu pun sudah tahu akan keberadaan kami
Yang telah ditinggalkan ayah dan ibu beru biring
Bentuk M pada kalimat lagu katoneng-katoneng jika dikaji lewat semiotik Pierce maka sebagai Representamen R adalah keseluruhan teks kalimat lagu pada bentuk
L. Sedangkan Object O adalah permintaan maaf . Dan sebagai Interpretant I sebuah gambaran etitud yang baik dan benar.
Bentuk: N emaka entah ija gia kari kurang lebih
pengaturken manuk mbulan kami ersembahkel ujung jari kami
bas nehekami nari ku takal kami Terjemahan:
Oleh sebab itu jika ada kekurangan Dalam hal penyambutan kami anak berumu
Kami menyembah dengan ujung jari kami Dari kaki kami hingga kepala kami
Bentuk N pada kalimat lagu katoneng-katoneng jika dikaji lewat semiotik Pierce maka sebagai Representamen R adalah keseluruhan teks kalimat lagu pada bentuk
L. Sedangkan Object O adalah permintaan maaf . Dan sebagai Interpretant I sebuah gambaran etitud yang baik dan benar.
Bentuk: O ula me kari taktaki kekurangen-kekurangen kami
sangkep kami nggeluh tapi marilah dage kerja simetunggung
simeparas enda ngena ate manusia
Universitas Sumatera Utara
terlebih-lebih ngena ate Dibata uga ningku deba bapa Karo mergana
kam enggo tading ei ras nande biring ndube bage kange nina Karo merganei
lit erbeluh erkelangken babah sora dilah beru Tarigan ras kalimbubu sial erpilih
Terjemahan: Janganlah lihat kekurangan-kekurangan kami
Saudara kami semua Tapi biarlah pesta yang agung dan
Mulia ini dapat kita nikmati Terlebih-lebih sesuai dengan kehendak Tuhan
Apalagi yang harus kuucapkan bapa Karo mergana almarhum Kamu sudah mendahului kami bersama ibu beru sembiring
Begitulah rupanya kata Karo mergana Ada pesan melalui ucapan
Beru Tarigan perkolong-kolong dan seluruh kalimbubui
Bentuk O pada kalimat lagu katoneng-katoneng melalui kajian semiotik Pierce maka sebagai Representamen R adalah seluruh rangkaian teks bentuk O.
Sebagai Object O adalah permintaan maaf anak beru. Dan sebagai Interpretant I etitud yang baik dari anak beru yang sangat menjunjung tinggi kalimbubunya.
Bentuk: P enggo labo bagei bapa teman senina bapana enterem
ku tadingken nindu ndubei karo mergana enggo labo bagei bapa turang nandena
Karo mergana Ia erpilih beru Karo la erndobahen nindu nandei beru Biring
Beru biring beru Milala Adi teridah gelah kam karina
I lebe-lebe kalimbubu ras puang Singasup ndalanken kehormaten
Kehormatan nandangi nandendu beru Pandia Amin enggo pe metua batang daging ibabana
Ngasup nge ia nerangi ukurndu sigelap denga Bagei kange kuakap nina Karo mergana
Gendek-gendek mekacar penggual tua ndai
Universitas Sumatera Utara
Terjemahan: Jadi beginilah bapa turang nandena anakku
Semua Karo mergana dan beru Karo seluruhnya Kata ibu beru Biring beru Milala
Agar semua kalian terpandang Ditengah-tengah kalimbubu dan puang
Yang mampu menjaga nama baik kita Nama baik ibumu beru Pandia
walaupun ia sudah tua renta tapi masih sanggup menerangi pikiranmu
yang sedang kusut gelap begitulah kira-kira menurutku perkolong-kolong
pesan Karo mergana almarhum pemain gendang yang pendek-pendek dan lincah
Bentuk P pada teks kalimat lagu katoneng-katoneng ini jelas sekali bagaimana terlihat hubungan Penanda dan Petanda. Barthes menggunakan istilah
Denotasi dimana hubungan keduanya menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti. Hal ini diperkuat dengan konsep Relasi R dimana Ekspression E sebagai
Penanda, sangat berkaitan dengan Content isi C sebagai Petanda. Hal ini diperkuat oleh Halliday salah satu tokoh semiotik bahasa. Istilah Denotatif yakni mengkaji
tanda-tanda bahasa dalam makna sesungguhnya. Bentuk: Q
Emaka ibas gendang sipemenan enda tanda enggo metunggung karina
Karo mergana ras kemberahenna Enggo kita landek ngelandakken
Genda jumpa malem Maka malem gelah karina teta nggeluh
Karna nggeluh kami bagi taneh pertibi enda e kugange isuraken bag gelah man pendapaten
tanda ersangap tada erdolat Karo mergana Karo mergana ningen Sitepu
Terjemahan:
Universitas Sumatera Utara
oleh sebab itu pada gendang yang pertama ini adalah pertanda kesempurnaan semuanya
marga Karo-karo bersama istri-istrinya kita sudah menarikan gendang jumpa malem
supaya kita selalu hidup dengan damai dan menempuh hidup diatas dunia ini
dan apa yang kita cita-citakan hendaknya tercapai yang berarti tandanya murah rejeki
Karo mergana Karo-karo Sitepu
Bentuk Q pada teks kalimat lagu katoneng-katoneng juga sama kajian semiotiknya dengan bentuk P sebelumnya. Kajian semiotika Barthes dan Halliday
dapat mengungkap makna teks. Bentuk: R
Emaka kalimbubu tatap kami karina anak berundu ei Ilebe-ilebendu ampang-ampang angindu meter ei
Enggo kap karina metunggung meparas lalit kekurengenna
Terjemahan: Wahai kalimbubu lihatlah kami semua anak berumu
Dihadapanmu yang menjadi perisai penahan topan Semuanya sudah sempurna
Tak ada kekurangannya
Istilah ampang-ampang angindu meter ei yang terjemahan bebasnya adalah perisai penahan topan, mengandung makna simbolik metafora yang artinya sebagai
anak beru siap melaksanakan tugas walau seberat apapun demi terselenggaranya kerja dengan baik.
Bentuk: S emaka tataplah dagei karina
seh sibagi pinta-pinta,
Universitas Sumatera Utara
cinta-cinta gelah sari mendapet erpudun sibatang jera
e kugange i pita bagei gelah kari dapet pulung kita bagenda mama Karo
anak sintua ndai pe enggo malem penakitna jenda nari kupundi Karo mergana
Terjemahan: Maka jadilah hendaknya
Seperti apa yang dicita-citakan Cinta-cinta gelah sari mendapet
Erpudun sibatang jera Apa yang dicita-citakan
Hendaknya dapat tercapai Disini kita berkumpul mama Karo
Anak yang sulung pun sudah sembuh penyakitnya Dari sekarang hingga seterusnya Karo mergana
Jika dilihat dari terjemahan Bentuk S pada teks Cinta-cinta gelah sari mendapet Erpudun sibatang jera, maka menurut kajian semiotik Roland Barthes
konsep Relasi R dimana Exspression E sebagai Penanda dan Content isi C sebagai Petanda, maka istilah Konotasi yang paling tepat untuk menjelaskan
hubungan Penanda dan Petanda pada realitas , menghasilkan makna tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti. Selanjutnya jika memakai kajian semiotika Halliday,
istilah Konotatif yang paling sesuai untuk kalimat lagu tersebut, karena mengkaji tanda-tanda dalam makna di luar sesungguhnya.
Bentuk: T eimaka kalimbubu
sebaba gendang sipemenan enda ndai nina turangna Tarigan mergana
sila kusilap pembegingku landek kerina sukut nitaruhken kam kalimbubu
si enggo dung ilebe anak beru anak Karo mergana, ibas gendang naruhken anak berunta ndai enggo dung rose,
Universitas Sumatera Utara
banci nge ku akap surut-surut kam sukut Sitepu mergana ras kemberahenna
Maka iasak kalimbubu janah itaruhkenna Kam kujabu amak ingan ndu kundul
Terjemahan: Kepada kalimbubu
Oleh karena gendang pemula ini Kata turang marga Tarigan protokol
Kalau tidak silap pendengaranku Semua sukut menari yang dihantarkan oleh kalimbubu
Yang telah selesai dihadapan anak beru dan Karo mergana Dalam gendang menghantarkan anak beru
Yang telah selesai berpakaian adat Sekarang kamu sudah boleh kembali menempati tempat duduk
Pada Bentuk T kalimat lagu katoneng-katoneng jika dikaji melalui teori Barthes, maka dikategorikan dengan istilah Denotasi. Dan bila memakai konsep
Relasi R, maka sebagai Expression E yakni Penanda adalah anak beru sedangkan Content isi C adalah kalimbubu menghantarkan sukut yanag menjadi anak berunya
kembali ke tempatnya semula karena gendang yang pertama sebagai pengiring mereka menari sudah berakhir.
Bentuk: U Bagem dage kalimbubu merga siempat
Puang merga silima Asak manjar-manjar anak berunduei
Itaruhken gelah ia kubas jabuna Adi lit lagu terteren em ban kaka penggual penarune
Maka erlancarna perlandek Terjemahan:
Demikianlah kalimbubu siempat marga Puang silima marga
Desak pelan-pelan anak berumu dalam hal menari Hantarlah ia ketempatnya
Jika ada laguirama yang lebih cepat
Universitas Sumatera Utara
Mainkanlah segera abang penggual penarune pemusik Supaya acara menari ini lebih lancar dan meriah
Pada bagian akhir lagu katoneng-katoneng yakni bentuk U, terlihat jelas bagaimana Relasi R atara Penanda Expression E dan Petanda Content isi.
Sehingga konsep dan kajian semiotika Barthes ini menjelaskan hubungan Penanda dan Petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung dan jelas maka
dikategorikan kedalam Denotasi.
4.3 Penggarapan Teks Dalam Katoneng-katoneng