siapa yang mengemban adat berarti telah melakukan pujaan terhadap dibata Rudolf Pasaribu,1988 : 88
2.2.5 Sistem Religi
Selain itu juga dijumpai pula konsep religi mengenai tendi dan begu. Tendi diartikan sebagai roh manusia yang masih hidup, sedangkan begu diartikan sebagai
roh atau arwah manusia yang sudah meninggal. Dengan kata lain tendi seseorang akan berubah menjadi begu bila ia telah meninggal.
Hingga kini masyarakat masih melaksanakan upacara-upacara religi sehubungan dengan konsep tendi memanggil roh. Upacara ini dilakukan akibat
tendi seseorang tubuhnya karena birawan terkejut atau tiba-tiba melihat sesuatu yang gaib, sering sakit-sakitan atau hanyut di sungai. Didalam upacara ini peranan
dukun wanita yang disebut guru sibaso sangat penting dan dominan, sebab diyakini mampu membujuk atau membawah pulang tendi melalui doa dan mantera-
manteranya. Demikian pula upacara perumah begu memanggil arwah yang sudah meninggal. Upacara ini dilaksanakan pada malam hari yang dipimpin oleh guru
sibaso. Keunikan dalam upacara ini dilakukan dialog antara anggota keluarga sukut dengan begu yang masuk kedalam raga guru sibaso. Sering terjadi sukut tidak
percaya begitu saja kepada begu yang dipanggil guru sibaso. Setelah menceritakan silsilah keluarga tersebut dan menirukan suara serta tingkah laku yang sama ketika ia
masih hidup, sukut merasa percaya bahwa begu tersebut telah datang. Pada umumnya begu yang datang akan memberi nasehat-nasehat yang baik kepada keluarga yang
memanggilnya.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian begu diyakini sebagai suatu mahluk yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat karo. Karena di samping melindungi
atau memberi rejeki kepada manusia, begu juga dapat mendatangkan bala. Oleh karena itu masyarakat karo sangat menghormati begu dengan cara melaksanakan
upacara dan mempersembahkan sesajen ketempat begu berdiam.
Sehubungan dengan konsep-konsep religi tersebut, maka di dalam kerja mengket rumah adat dahulupun harus melalui suatu upacara religi. Dengan hal ini
gendang lima puluh kurang dua sangat memegang peranan di dalam proses kerja mengket rumah tersebut.
Biasanya gendang lima puluh kurang dua dimainkan dalam rumah adat setelah usai gedang adat, tepatnya dimainkan pada malam hari.Menurut kepercayaan
tradisi masyarakat karo, dengan dimaikannya gendang tersebut maka roh-roh yang terdapat pada unsur bahan rumah seperti kayu, bambu dan lain-lain tidak akan
mengganggu keluarga yang akan menempati rumah tersebut. Selain itu gendang tersebut diyakini dapat mempersatukan “kayu kering” dan “kayu basah”
1
1 Gendang Perang-perang,
. Acara untuk mengusir setan atau roh-roh yang terdapat pada unsur bahan basah disebut
dengan ngeraksamai.
Adapun reportoar gendang lima puluh kurang dua yang dimainkan secara berurutan dalam gendang tersebut berjumlah empat puluh delapan,yaitu :
1
Setiap kayu di yakini mempunyaididiami oleh roh atau penunggu.Pengertian kayu “kering dan basah” adalah menandakan perbedaan roh-roh yang mendiami setiap kayu dari bahan rumah
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2 Gendang Pendungi
3 Gendang Sungkun Berita
4 Gendang Perang-Siperangen
5 Gedang Terus Perang
6 Gendang Pendungi
7 Gendang Ngelingkah
8 Gendang Umang
9 Gendang Pemungkah
10 Gendang Sual-sual
11 Gendang Siempat Terpuk
12 Gendang angki-angki
13 Gedang Tak Gunung
14 Gendang Lingga
15 Gendang Dumangai
16 Gendang Jawi Guu
17 Gendang Pendarawai
18 Gendang Sabung Katutup
19 Gendang Katoneng-Katoneng
20 Gendang Kakatenam
21 Gendang Tembut-tembut
22 Gendang Diden-diden
23 Gendang Didong-didong
24 Gendang Musuh suka
Universitas Sumatera Utara
25 Gendang Perang Melekat
26 Gendang Empet-empet
27 Gendang Empet-empet
28 Gendang Tembut-tembut
29 Gendang Kuda-kuda
30 Gendang Pamuncak
31 Gendang Arimo Ngajar Bana
32 Gendang Tambuta
33 Gendang Kaba-kaba
34 Gendang Tampul-tampul biang
35 Gendang Pagar
36 Gendang Tungkat
37 Gendang Peselukken
38 Gendang Kelejeran
39 Gendang Toba
40 Gendang Pakpak
41 Gendang Bedah-bedah
42 Gendang Perang Balik
43 Gendang Sibalik Sumpah
44 Gendang Sibalik Gung
45 Gendang pendungi
46 Gendang Mulih-mulih
47 Gendang Teger Rudang
Universitas Sumatera Utara
48 Gendang Jumpa malem
Gendang lima puluh kurang dua ini dimainkan terus menerus hingga selesai,sesuai dengan urutannya P.Sitepu : 23-24.
2.2.6 Sistem Organisasi Sosial