Peserta Upacara Makna Dibalik Upacara

diinginkan, dijauhkan dari alapetaka yang dikhawatirkan akan menimpa masyarakat apabila tidak dilaksanakan Koentjaraningrat, 1967: 241. Sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa informan kunci seperti bapak Nempel Tarigan dan bapak Nguda Sitepu, adapun tujuan pelaksanaan upacara kerja mengket rumah ini adalah : 1 Bersyukur atas rejeki yang telah diterima dari Tuhan sehingga kegembiraan itu perlu diwujudkan dalam bentuk doa bersama, menari bersama dan makan bersama di dalam sebuah upacara. 2 Memperlihatkan kerukunan diantara unsur-unsur sangkep nggeluh daliken sitelu, maupun kaum kerabat lainnya. 3 Menghargai dan menghormati tokoh pendahulu yang menjadi panutan dan tuntunan hidup, yang tak lain adalah kedua orang tua yang sudah almarhumah dari keluarga bapak Pengeri Sitepu tuan rumah. Melestarikan budaya dari leluhur yang masih tetap bertahan ditengah arus globalisasi yanag berkembang dalam masyarakat.

3.5 Peserta Upacara

Sebagai penyelenggara upacara dalam kerja tersebut adalah sukut dan sangkep nggeluhnya. Kedua kelompok dalam tatanan kekerabatan inilah sebagai inti dan motor terselenggaranya upacara kerja mengket rumah tersebut. Kehadiran rohaniawan yang di wakili pertua dalam upacara ini berfungsi sebagi sarana legitimasi gereja bagi umatnya. Hal ini diwujudkan dalam bentuk upacara liturgi, yang diawali dari membuka kunci, pemercikan rumah hingga rangkaian doa-doa dan pujian dalam bentuk lagu rohani. Selain itu, pengetua adat dan kepala desa hadir Universitas Sumatera Utara sebagai orang yang dihormati dan disegani. Penggual dan perkolong-kolongpun merupakan bagian dari peserta upacara. Hal ini disebabkan karena upacara kerja mengket rumah ini memakai gendang. Demikian pula Perkolong-kolong diundang sebagai alasan untuk menyanyikan katoneng-katoneng. Lebih dari itu perkolong- kolong adalah sebagai media pemberi doa-doa, berkat maupun nasehat-nasehat darioleh maupun untuk pendukung kerja melalui nyanyian katoneng-katoneng. Seluruh acara dalam kerja mengket rumah di atur oleh anak beru tua sekaligus bertindak sebagai ptotokol dalam acara perlandek. Dalam kerja tersebut hadir juga para undangan yang lain seperti tetangga dan kaum muda di desa tersebut.

3.6 Gendang Dalam Upacara Kerja Mengket Rumah

Dalam upacara kerja mengket rumah ini, peranan gendang sebagai pengiring katoneng-katoneng dan perlandek sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari rangkaian acara perlandek dimana setiap giliran tegun menari selalu diiringi dengan gendang. Gendang mempunyai beberapa pengertian 1 gendang sebagai ensembel, misalnya gendang lima sendalanen, gendang kulcapi. Gendang sebagai reportoar , misalnya gendang simalungun rakyat , gendang perang-perang , gendang jumpa malem. Gendang juga dapat sebagai bentuk upacara, misalnya gendang guro-guro aron, gendang simate-mate. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tempat lokasi, gendang dapat di bagi ke dalam dua bagian yaitu: 1 Gendang i rumah Gendang i rumah ini diselenggarakan di dalam rumah. Reportoar yang di mainkan adalah gendang perang-perang , gendang simalungun Rakyat, gendang Ola Kisat , dan gendang Jumpa Malem. Adapun urutan perlandek gendang i rumah adalah sebagai berikut :  Sukut,yang terdiri dari : senina, sembuyak, senina sipemeren, senina siparibanen, senina sipengalon dan perangkat desa kepala kampung atau Sekdes.  Anak beru dan anak beru menteri  Kalimbubu,yang terdiri dari : kalimbubu sierkimbang , kalimbubu simupus , kalimbubu tua, kalimbubu siperdemui.  Puang kalimbubu, yang terdiri dari : puang kalimbubu arah simupus, puang kalimbubu arah sierkimbang , puang kalimbubu arah siperdemui.  Serayaan yaitu pemuda-pemudi desa. Pemakaian gendang i rumah saat sekarang ini sudah jarang dilakukan, mengingat keterbatasan ruangan sebagai tempat pelaksanaan upacara. Dahulu pun pemakaian gendang i rumah dilaksanakan pada upacara kerja rumah adat. 2 Gendang i Teruh Universitas Sumatera Utara Gendang ini dimainkan di luar rumah, bisa di halaman rumah, atau di loosd. 12 Sarune terbuat dari kayu selantam. Badan sarune ini terdiri dari dua bagian yang berbentuk konis. Yang menghubungkan badan sarune dan lidah sarune adalah sebuah timah yang berbentuk tube. Anak sarune reed terbuat dari daun kelapa hijau. Ampang – ampang sarune terbuat dari lempengan perak atau terbuat dari tanduk berbentuk bulatan yang letaknya antara badan dan lidah sarune. Fungsinya Reportoar dan urutan secara perlandek gendang i teruh sama dengan gendang i rumah. Perbedaanya hanya pada urutan pertama. Pande tukang pembuat rumah dan guru adalah tegun yang pertama sekali menari, kemudian urutan perlandek selanjutnya sama dengan gendang i rumah

3.6.1 Ensembel Gendang yang Dipakai

Dalam pelaksanaan upacara kerja mengket rumah ensembel gendang yang dipakai adalah gendang lima sendalanen atau di sebut juga gendang sarune. Gendang lima sendalanen terdiri dari lima buah instrumen , yaitu; sebuah sarune sejenis alat musik tiup berlidah ganda –aerophone-double reed . Berfungsi sebagai pembawa melodi. Dua buah gendang alat muik pukul --membranophone-conical yang terdiri dari gendang singindungi berfungsi sebagai pembawa ritem variabel dan gendang singanaki berfungsi sebagai pembawa ritem konstan. Sebuah gung alat musik pukul--idiphone .dan sebuah penganak alat musik pukul--idiophone 12 Loosd adalah tempat pelaksanaan upacara-upacara adat seperti upacara perkawinan, upacara kematian, dan lain-lain. Biasanya upacara tersebut menyangkut kepentingan masyarakat setempat. Bangunan Loosd ada yang berbentuk letter U ada juga seperti bangunan joglo, beratap seng atau ijuk dan tidak berdinding. Ada yang berlantai tanah, semen ada juga yang memakai keramik. Disalah satu sudut bangunan, ada tempat untuk memasak dapur umum. Universitas Sumatera Utara sebagai penyekat Mulut ketika meniup sarune. Lobang sarune berjumlah delapan. Dengan perincian, tujuh lobang berada di sisi atas sedang sebuah lobang lagi berada pada sisi dibalik lubang yang tujuh yang letakknya paling atas. Gendang singindungi bahannya terbuat dari kayu nangka atau kayu teras juhar. Berbentuk konis dengan panjang lebih kurang 40 cm,lubang atas berdiameter 7 cm, sedang lubang bagian bawah berdiameter 5 cm. Kedua lubang ini di tutup dengan kulit napuh yaitu sejenis kancil. Kulit bagian atas dan bagian bawah dihubungkan dan terikat oleh tali yang terbuat dari kulit lembu disebut dengan tarik. Selain berfungsi sebagai pengikat kedua tutup gendang, tarik tersebut juga berfungsi sebagai penyetem gendang tuning. Alat pemukul gendang singindungi berjumlah dua buah dengan ukuran yang berbeda. Satu sebesar ibu jari tangan atau ukuran panjang kira-kira 13 cm, dan diameternya kira-kira 2 cm. Dan sebuah lagi yang lebih kecil dengan uksuran panjang 13 cm dan berdiameter kira-kira 1 cm .Biasanya pemukul gendang terbuat dari kayu jeruk purut. Gendang singanaki mempunyai bahan,bentuk dan ukuran yang sama persis dengan gendang singindungi. Hanya saja gendang singanaki mempunyai sebuah gendang kecil yang digantungdiikat pada tarik gendang singanaki. Gendang kecil ini disebut gerantung. Ukuran gerantung ini jauh lebih kecil dari gendang singanaki. Panjangnya kira-kira 10 cm, lubang atas berdiameter kira-kira 4 cm, dan lubang bawah berdiameter kira-kira 3,5 cm , namun konstruksi gerantung sama dengan kedua gendang tersebut. Alat pemukul gendang singanaki berjumlah dua buah Universitas Sumatera Utara dengan ukuran yang sama, yakni panjang 13 cm dan berdiameter kira-kira 1 cm Biasanya pemukul gendang terbuat dari kayu jeruk purut. Gung terbuat dari bahan perunggu, berdiameter kira-kira 70 cm. Penganak berdiameter kira-kira 16 cm , terbuat dari bahan kuningan.

3.6.2 Jenis Reportoar Yang Dimainkan

Jenis reportoar yang dimainkan dalam upacara kerja mengket rumah dapat di bagi ke dalam dua bagian yaitu, reportoar yang di mainkan dalam gendang adat dan reportoar yang dimainkan dalam gendang lima puluh kurang dua. Yang termasuk ke dalam golongan gendang adat yaitu gendang perang-perang, gendang simalungun rakyat, gendang jumpa malem 13 . Tetapi ada juga penambahan reportoar di dalam gendang adat seperti gendang odak-odak , mari-mari dan patam-patam. 14 Penggunaan seluruh reportoar dalam gendang adat tidak berkaitan dengan masalah kepercayaan. Sesuai dengan namanya gendang adat, maka gendang ini hanya berhubungan dengan adat istiadat. Berbeda halnya dengan gendang lima puluh kurang dua yang penggunaanya sangat berkaitan dengan upacara ritual lihat sistem religi. Dalam kerja mengket rumah dewasa ini gendang limapuluh kurang dua tidak lagi dimainkan , karena fungsinya bertentangan dengan ajaran agama. 13 Dalam konteks kerja mengket rumah ini, gendang jumpa malem hanya dimainkan pada awal acara perlandek. Menurut keterangan dari P. Sitepu, dimainkannya gendang jumpa malem pada awal acara perlandek, diharapkan dapat membuat kedamaian dan kebahagiaan bagi seluruh sangkep nggeluh beserta seluruh kerabat yang hadir di dalam kerja tersebut. Secara harafiah jumpa malem berarti jumpa kebahagiaan dan kedamaian. Untuk selanjutnya biasanya dimainkan gendang simalungun rayat. 14 Gendang odak-odak, mari-mari dan patam-patam dapat dimainkan setelah seluruh tegun sukut, kalimbubu dan anak beru telah selesai menarikan gendang jumpa malem dan simalungun rayat. Tempo gendang lebih dinamis lebih cepat dari tempo gendang jumpa malem dan simalungun rayat. Universitas Sumatera Utara Jarangnya reportoar ini dimainkan dan diperdengarkan, menyebabkan banyak penggual sudah tidak bisa memainkan gendang ini secara utuh.

3.7 Makna Dibalik Upacara

Penyelenggaraan upacara tradisional ditujukan sebagai media untuk memperlancar komunikasi antar warga agar terjalin rasa persatuan dan kesatuan. Dalam upacara itu juga terkandung nilai-nilai luhur yang sebenarnya ditujukan untuk menuntun masyarakat agar menjadi pribadi yang beradab dan berbudaya, sehingga generasi penerus bangsa yang baik untuk mewujudkan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Dalam semua hubungan itu, maka keseimbangan antara hak dan kewajiban harus dijunjung tinggi. Artinya berupaya mengenal hak dan menikmatinya secara wajar, mengetahui kewajibannya dalam menunaikan sebaik-baiknya. Keseimbangan, terutama antara hak dan kewajiban merupakan inti dari harmoni Koentjaraningrat dalam Budiono Herusatoto, 1984: 100 . Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan dalam masyarakat modern, ketika seseorang berada dalam lingkungannya maka dia akan mengikuti adat yang berlaku dalam lingkungannya tersebut, dan tidak berani meningglkan tradisi itu walaupun sudah mempunyai agama dan kepercayaan sendiri -sendiri. Pelajaran yang dapat ditarik dari pelaksanaan upacara kerja mengket rumah di desa Sukanalu adalah: 1. Melestarikan budaya dari leluhur yang masih tetap bertahan di tengah arus lobalisasi yang berkembang dalam masyarakat Universitas Sumatera Utara 2. Sikap menghargai dan menghormati kepada tokoh pendahulu yang menjadi panutan dan tuntunan hidup 3. Sifat kerukunan dan kegotong-royongan yang masih terlihat lewat upacara kerja mengket rumah ini. yang sekarang sudah mulai terkikis dalam masyarakat perkotaan. 4. Bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dengan berdoa bersama dan melaksanakan makan secara bersama pada waktu upacara kerja mengket rumah dilaksanakan. 5. Menambah keagungan dan kesempurnaan upacara mendatangkan perkolong- kolong dan penggual untuk memberikan apresiasi baik dari isi syair yang dilantunkan maupun irama gendang yang mengiringi tarian. Kedua hal ini baik untuk seluruh peserta upacara yang hadir saat itu orang tua maupun kepada generasi muda.

3.8 Asal-usul