2.2.4 Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare, yang berarti
menambatkan, adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion Kamus Filosofi dan Agama
mendefinisikan Agama sebagai berikut: ... sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama
untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan
kebahagiaan sejati.[1] Menurut Maran 2000: 68-70 agama merupakan terjemahan dari kata Inggris
religion yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti religi. ’Re’ artinya adalah kembali, sedangkan ’ligare’ artinya adalah mengikat. Jadi religarereligi maksudnya
adalah kehidupan beragama itu mempunyai tata aturan serta kewajiban yang harus ditaati oleh pemeluknya. Tata aturan serta kewajiban tersebut diyakini sebagai
sesuatu yang diinginkan oleh Tuhan. Menurut Bertocci, agama adalah suatu kepercayaan pribadi bahwa nilai-nilai
terpenting adalah yang didukung oleh atau selaras dengan struktur alam semesta yang abadi. Selaras dengan pendapat sebelumnya, Beardsleys menambahkan bahwa
agama mengacu pada seperangkat kepercayaan, sikap, dan praktis yang ditentukan oleh kepercayaan mereka tentang hakikat manusia, alam semesta, tentang bagaimana
manusia harus hidup, dan tentang cara-cara terbaik untuk mencari kebenaran realitas
Universitas Sumatera Utara
serta nilai-nilai. Selanjutnya Oman menjelaskan agama adalah pengakuan akan adanya realitas tertinggi-suatu realitas yang bernilai dan patut disembah. Maran,
2000:70-71. Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulka bahwa agama
merupakan kepercayaan, perbuatan, dan perasaan manusia dalam ketaatan dan keyakinan bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya berakar dalam suatu
realitas ilahi. Inti kehidupan orang beragama ialah percaya dan berserah secara total kepada Tuhan.
Masyarakat Karo sebelum datangnya sebaran agama IslamKristen telah mengenal sistem kepercayaan tradisonal mereka. Sistem kepercayaan yang disebut
dengan agama tradisional perbegu yang berubah menjadi pemena. Agama pemena istilah agama adalah merujuk kepada pemahaman lokal masyarakat Karo dan bukan
berdasarkan konsep agama menurut NKRI merupakan agama yang mengajarkan umatnya untuk menghormati, mensakralkan dan mengkeramatkan roh manusia yang
telah meninggal dunia oleh karena keluhurannya semasa hidup di dunia. Sebahagian besar masyarakat Karo memeluk agama Kristen Protestan,
Katolik maupun Islam, sebahagian kecil memeluk agama Hindu. Masing-masing agama memiliki rumah peribadatan. Upacara atau peribadatan dilakukan untuk
menyembah tuhannya. Dilihat dari sistem sosial eksternal semua agama mempunyai rasa toleransi terhadap agama lain dalam menjalankan upacara
keagamaan terutama pada hari-hari besar keagamaan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Koentjaraningrat istilah religi dibedakan dengan istilah agama, religi merupakan bagian dari kebudayaan. Menurut Cirero religi tidak berbeda jauh dengan
pengertian agama yaitu suatu pengalaman batin dari kehidupan kejiwaan manusia kemudian menimbulkan perbuatan-perbuatan atau tingkah laku manusia yang
dipersembahkan kepada suatu zat yang menguasai manusia dan seluruh alam semesta.
Menurut E.B. Tylor, evolusi religi yang berdasarkan kesadaran manusia itu sendiri yang terbagi menjadi: 1 Animesme, bentuk religi yang berdasarkan
kepercayaan bahwa di alam sekeliling tempat tinggal manusia tinggal berbagai maca,
ruh, spirit, mahluk halus, dan kekuatan gaib lainnya. 2 Dinamisme, bentuk religi
yang berdasarkan pada kepercayaan akan kekuatan alam yang melebihi kekuatan
manusia. 3 Polytheisme, bentuk religi yang berdasarkan kepada kepercayaan akan
dewa-dewa, yang masing-masing mewakili suatu kekuatan atau fenomena alam
tertentu. 4 Panteon, bentuk kepercayaan kepada dewa-dewa, dimana dewa-dewa
tersebut tergabung didalam suatu sistem dengan struktur tugas dan jenjang yang berbeda-beda. 5 Monotheisme, bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan pada
suatu kekuatan tunggal. Menurut Koentjaraningrat religi merupakan suatu sestem yang terdiri atas
empat komponen: 1 Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius. 2 Sistem kepercayaan yang mengadung keruhanian dan bayangan-
bayangan manusia tentang sifat tuhan, wujud dan alam gaib. 3 Sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan dewa-dewa atau mahluk-
Universitas Sumatera Utara
mahluk halus yang mendiami alam gaib. 4 Kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan tersebut.
Dalam suatu praktek keagamaan atau kepercayaan terdat bermacam-macm fungsi psikologis dan sosial: 1 Fungsi Penyelamatan, keselamatan dapat dicapai
dengan menjalankan segalaaturanaturan atau norma yang ada. 2 Fungsi Sosial, yaitu mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia,
dan manusia dengan lingkungan. 3 Fungsi Pendidikan, suatu upacara keagamaan dan inisiasi dapat memperlancar atau membantu melestarikan budaya.
Jauh sebelum masuk agama Prostestan, Khatolik, Islam, Hindu maupun Budha, masyarakat karo sudah memiliki erkiniteken kepercayaan terhadap dibata
tuhan, sebagai maha pencipta segala yang ada di alam raya maupun di dunia ini Tridah Bangun,1986 : 37
Kepercayaan terhadap dibata adalah kepercayaan yang berdasarkan kepada pemujaan roh leluhur ancestor worship. Masyarakat karo pada masa itu juga
percaya juga tentang adanya roh lain di alam sekeliling tempat tinggalnya,sehingga perlu di puja animisme ; percaya bahwa benda-benda dan tumbuh-tumbuhan
disekelilingnya mempunyai roh animatisme ; dan percaya tentang adanya kekuatan sakti pada segala hal atau benda yang luar biasa dinamiesme.
Menurut A.Ginting suka, dibata tidak mengadakan komunikasi dengan manusia. Dibata di lihat sebagai cita-cita dan sebagai pelindung dan penjamin
ketertiban alam. Kehendak dibata telah tertuang dalam adat istiadat karo. Jadi barang
Universitas Sumatera Utara
siapa yang mengemban adat berarti telah melakukan pujaan terhadap dibata Rudolf Pasaribu,1988 : 88
2.2.5 Sistem Religi