penulis pilih dan lakukan untuk mentranskripsikan katoneng-katoneng yang menjadi bahan dalam tulisan ini adalah pendekatan notasi preskriptif.
5.1.2 Proses Transkripsi
Bagi seorang etnomusikolog mentranskripsikan musik tradisional dalam bentuk notasi visual sejak lama telah dianggap sebagai tugas yang esensial. Hasil
penelitian lapangan dalam bentuk rekaman audio visual dengan keberagaman konteks dan lokasi merupakan bahan materi yang dapat ditranskripsi dan analisa.
Sekarang ini terdapat banyak materi dasar yang merupakan hasil penelitian seorang etnomusikolog, seperti: rekaman-rekaman yang dilakukan dengan teksnik rekaman
berkualitas baik, serta materi-materi dengan konteks beragam. Namun, musik-musik ini hanya dapat dibandingkan atau dianalisis apabila musik-musik itu masih dalam
bentuk dokumen suara yang terdapat di dalam silinder, piringan hitam, atau di dalam pita tape Supanggah, ed: 1995.
Untuk mentranskripsikan musik secara rinci, maka proses ini dilakukan dengan berbagai langkah, seperti yang pernah dikemukakan oleh Nettl ibid;119-
120, yaitu:
a Mendengarkan nada secara seksama, untuk membedakan antara
penyanyi, alat musik, dan lain sebagainya. b
Untuk memindahkan nada yang didengar ke dalam bentuk tulisan, digunakan garis paranada untuk menempatkan notasi balok.
Universitas Sumatera Utara
c Penulisan bentuk yang pertama ditulis dengan terperinci, untuk
menghindari terjadinya kesulitan dengan bentuk yang pertama dengan bentuk lainnya.
d Menggunakan kecepatan normal, kemudian hasil transkripsi diperiksa
kembali, lalu diteruskan dengan nada yang lainnya.
Dalam proses pentranskripsian Katoneng-katoneng, penulis mengikuti langkah-langkah yang dikemukakan oleh Nettle. Diawali dari mendengarkan hasil
rekaman yang dilakukan berulang kali dengan menggunakan tape. Setelah beberapa kali mendengarkan, penulis mulai melakuan pentranskripsian not, dengan
menggunakan pensil dan kertas yang di dalamnya terdapat garis paranada. Dalam hal ini, penulis tidak melakukan pentranskripsian lagu sekaligus, melainkan bagian
perbagian, sesuai dengan kalimat lagu yang dinyanyikan oleh perkolong-kolong. Hal ini penulis lakukan berulang-ulang, hingga semua not selesai ditranskripsikan
Penulis menggunakan tanda kunci G pada garis paranada, seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini dengan birama 84. Birama yang tidak lazim,
namun karena irama mengikuti pola sirkulasi Gung kolotomi yang kembali pada ketukan ke delapan maka penulis menetapkan biramanya demikian.
Universitas Sumatera Utara
_____________ : Garis tempat Gung dan Penganak
: Simbol Gung dan Penganak : Simbol Penganak
Berikut ini penulis menjelaskan bentiuk dan simbol yang digunakan pada notasi seperti yang tertulis pada transkripsi katoneng-katoneng.
Garis lengkung yang berada diatas dua garis datar adalah tanda untuk
menentukan satuan kalimat lagu, sedangkan huruf kapital A, B dan seterusnya digunakan sebagai urutannya.
Garis datar yang berada diatas garis para nada adalah tanda untuk
menentukan satuan frasa, sedangkan bilangan 1, 2, 3 dan seterusnya digunakan sebagai urutannya.
Lingkaran bulatan besar adalah simbol gung mirip dengan simbol not
penuh.Dengan harga not 8 ketuk.
Lingkaran kecil adalah simbol penganak, masing-masing berharga 4 ketuk.
84 = Tanda biramaTime Signature untuk menandakan terdapat 8
delapan buah not sepempat ketuk dalam satu birama
Universitas Sumatera Utara
5.2 Pemilihan Sampel