Penjadwalan Positive Reinforcement Tinjauan tentang Positive Reinforcement

29 satu tingkat sekolah tertentu saja, baik anak yang sudah dewasa maupun yang belum dewasa. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian penguatan ialah guru harus yakin, bahwa siswa akan menghargainya dan menyadari akan respon yang diberikan guru. Syaiful Bahri Djamarah 2005: 119 menuliskan beberapa situasi yang efektif dalam positive reinforcement adalah sebagai berikut. a. Siswa memperhatikan guru, kawan lainnya, dan benda yang menjadi tujuan diskusi. b. Siswa sedang belajar, mengerjakan tugas dari buku, membaca, dan bekerja di papan tulis. c. Menyelesaikan hasil kerja baik selesai penuh atau menyelesaikan format. d. Bekerja dengan kualitas baik kerapian, ketelitian, keindahan, dan mutu materi. e. Perbaikan pekerjaan dalam kualitas, hasil, atau penampilan. f. Ada kategori tingkah laku tepat, tidak tepat, verbal, fisik, dan tertulis. g. Tugas mandiri perkembangan pada pengarahan diri sendiri, mengelola tingkah laku sendiri, dan mengambil inisiatif kegiatan sendiri. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, positive reinforcement diberikan kepada siswa pada saat yang tepat. Hal tersebut bertujuan agar siswa akan menghargai dan menyadari akan respon yang diberikan oleh guru. Situasi yang efektif untuk memberikan positive reinforcement antara lain pada saat siswa memperhatikan guru, siswa sedang belajar, siswa 30 menyelesaikan hasil kerja, siswa bekerja dengan kualitas yang baik, siswa berkonsentrasi mengerjakan tugas mandiri, siswa mengerjakan di papan tulis dan lain-lain. Dalam latar belakang masalah pada penelitian ini dipaparkan bahwa pemberian positive reinforcement dalam pembelajaran IPS, masih kurang optimal dan kurang bermakna sehingga siswa kurang menyadari respon yang diberikan oleh guru tersebut. Hal ini dikarenakan salah satunya yaitu guru kurang memahami waktu yang tepat dalam memberikan positive reinforcement. Syaiful Bahri Djamarah menuliskan beberapa situasi yang efektif dalam memberikan positive reinforcement seperti yang telah dijelaskan di atas antara lain yaitu pada saat siswa memperhatikan guru, siswa sedang belajar, siswa menyelesaikan hasil kerja, siswa bekerja dengan kualitas yang baik, siswa berkonsentrasi mengerjakan tugas mandiri, siswa mengerjakan di papan tulis dan lain-lain. Paparan situasi yang efektif dalam pemberian positive reinforcement digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan pernyataan instrumen positive reinforcement yang dikombinasikan dengan prinsip penggunaan dan komponen positive reinforcement.

B. Tinjauan tentang Motivasi Belajar IPS

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Koeswara Dimyati dan Mudjiono, 2002: 80 berpendapat bahwa motivasi belajar sebagai kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. 31 Kekuatan mental tersebut berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita- cita. Menurut Sardiman 2007: 75 motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang ada di dalam di diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar dapat tercapai. Selain itu, Hamzah B. Uno 2007: 23 juga berpendapat bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Berdasarkan beberapa pengertian motivasi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah sebagai suatu dorongan yang ada di dalam diri siswa yang ditandai dengan timbulnya keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita dan yang berasal dari luar diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Penelitian ini bertujuan untuk mencari ada atau tidaknya pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo dan seberapa besar pengaruh tersebut. Hal ini didasari belum diketahuinya tingkat motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo dan belum diketahuinya pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo. Berdasarkan hasil wawancara juga telah