Motivasi Belajar IPS Analisis Deskriptif Data

90 Dari skala penskoran di atas, motivasi belajar IPS dapat dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah Saifuddin Azwar, 2009: 107- 109. Perhitungan kategori motivasi belajar IPS selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Berikut rincian dari kategori motivasi belajar IPS. Tabel 12. Kategori Skor Motivasi Belajar IPS No Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase 1 X 87,8 Sangat Tinggi 84 35,7 2 74,3 X ≤ 87,8 Tinggi 92 39,1 3 60,8 X ≤ 74,3 Sedang 49 20,9 4 47,3 X ≤ 60,8 Rendah 10 4,3 5 X ≤ 47,3 Sangat Rendah Total 235 100 Sumber: Lampiran Halaman 183-188 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa dengan motivasi belajar IPS dalam kategori sangat tinggi ada 84 siswa atau 35,7, kategori tinggi ada 92 siswa atau 39,1, kategori sedang ada 49 siswa atau 20,9, kategori rendah ada 10 siswa atau 4,3 dan tidak ada siswa pada kategori sangat rendah. Penjabarannya dapat dilihat pada diagram lingkaran berikut. 91 Gambar 5. Diagram Lingkaran Motivasi Belajar IPS 2. Analisis Inferensial Data a. Uji Prasyarat Analisis 1 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data tersebut normal atau tidak. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan pada kedua variabel penelitian, yaitu positive reinforcement dan motivasi belajar IPS siswa kelas V. Uji normalitas dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS V. 20 menggunakan taraf signifikansi 5. Dari perhitungan tersebut maka diperoleh hasil sebagai berikut. 92 Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Data Positive Reinforcement dan Motivasi Belajar IPS No. Variabel Penelitian Kolmogorov Smirnov z Asymp. Sig Keterangan 1 Positive Reinforcement 1,163 1,134 Normal 2 Motivasi Belajar IPS 0,133 0,153 Normal Sumber: Lampiran Halaman 189 Berdasarkan tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa nilai pada tabel kolmogorov smirnov dan asymp sig pada semua variabel penelitian mempunyai nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data pada kedua variabel tersebut berdistribusi normal. 2 Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas positive reinforcement X dengan variabel terikat motivasi belajar IPS siswa Y mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Jika data berbentuk linier, maka penggunaan analisis regresi linier pada pengujian hipotesis dapat dipertanggungjawabkan akan tetapi jika tidak linier, maka harus digunakan analisis regresi nonlinier. Kriterianya, jika harga F hitung ≤ F tabel, maka data berpola linier sedangkan apabila harga F hitung ≥ F tabel , maka data berpola tidak linier. 93 Tabel 14. Hasil Uji Linieritas Data Positive Reinforcement dan Motivasi Belajar IPS Hubungan Variabel Degree of freedom df F hitung F tabel Keterangan Positive reinforcement dengan motivasi belajar IPS X dengan Y 184 0,939 1,42 Linier Sumber: Lampiran Halaman 190 Hasil uji linieritas dengan bantuan program komputer SPSS V. 20 menunjukkan nilai F hitung sebesar 0,939 dengan degree of freedom df sebesar 184, maka diperoleh nilai F tabel sebesar 1,42 sehingga F hitung sebesar 0,939 ≤ F tabel 1,42. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hubungan variabel positive reinforcement dengan motivasi belajar IPS adalah linier, karena dapat diketahui bahwa setelah dilakukan perhitungan dengan bantuan program komputer SPSS V. 20 diperoleh hasil F hitung sebesar 0,939 ≤ F tabel 1,42.

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Sederhana

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui penerimaan atau penolakan hipotesis. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah positive reinforcement berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Se- Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. 94 Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah. Ha = Positive reinforcement berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo. Ho = Positive reinforcement tidak berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo. Setelah dihitung menggunakan bantuan program komputer SPSS V. 20, didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 15. Hasil Uji Hipotesis Data Positive Reinforcement dan Motivasi Belajar IPS Hubungan Variabel Degree of freedom df sig t hitung t tabel Keterangan Positive reinforcement dengan motivasi belajar IPS X dengan Y 234 0,000 5,301 1,980 Positive reinforcement berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi belajar IPS Sumber: Lampiran Halaman 193 Berdasarkan tabel 15 di atas didapatkan hasil bahwa t hitung sebesar 5,301. Kemudian t tabel dengan df degree of freedom sebesar 234 dan taraf kesalahan sebesar 0,05 maka didapat t tabel sebesar 1,980. Kemudian nilai signifikansi menunjukkan 0,000, yang berarti kurang dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini adalah positive reinforcement 95 berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas V SD Negeri Se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo. Melalui uji regresi juga dapat diketahui seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Duwi Priyatno 2012: 123 berpendapat bahwa R square R 2 yaitu menunjukkan nilai koefisien determinasi yang akan diubah ke bentuk persen, yang artinya persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Perhitungan uji regresi diperoleh R square R 2 sebesar 0,108 yang berarti besarnya pengaruh positive reinforcement terhadap motivasi belajar IPS adalah sebesar 10,8.

B. Pembahasan

Pada saat wawancara dengan guru kelas V lima SD Negeri di Kecamatan Butuh yaitu SD N Lubang Lor, SD N Andong, SD N Wonorejokulon, SD N 2 Butuh, dan SD N Mangunjayan. Ditemukan fakta di lapangan bahwa SD N Lubang Lor, SD N Andong, dan SD N Wonorejokulon dengan diberikannya positive reinforcement, siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar IPS sehingga berdampak pada nilai mata pelajaran IPS yaitu pada masing-masing sekolah sebagian besar siswa atau 50 sudah mencapai KKM Kriteria Ketuntasan Minimal. Untuk SD N 2 Butuh dan SD N Mangunjayan dengan diberikannya positive reinforcement, 50 siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar IPS tetapi 50 siswa masih kurang tertarik untuk belajar IPS sehingga berdampak pula pada nilai mata pelajaran IPS yaitu masih banyak 96 siswa yang belum mencapai KKM sehingga perlu diberi perbaikan. Setelah dilaksanakan uji coba instrumen kepada 30 siswa anggota populasi di luar anggota populasi yang dijadikan sampel dari SD N Andong, SD N Wonorejokulon, dan SD N Mangunjayan, didapatkan bahwa hasil wawancara tersebut terbukti dilihat dari hasil data uji coba instrumen. Untuk SD N Lubang Lor, SD N Andong, SD N Wonorejokulon selain karena guru pada sekolah tersebut sudah memberikan positive reinforcement dengan cukup efektif, input siswa memang sudah baik ditunjang dengan lokasi yang strategis serta sarana dan prasarana sekolah yang cukup memadai. Untuk SD N 2 Butuh, guru kurang memahami cara, model, dan waktu yang tepat dalam memberikan positive reinforcement serta jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas sedangkan SD N Mangunjayan, guru cukup menguasai positive reinforcement akan tetapi input siswa masih rendah, lokasi sekolah yang sangat terpencil dan jauh dari pusat Kecamatan, serta sarana dan prasarana sekolah yang masih kurang. Kelima sekolah tersebut mewakili 5 gugus Sekolah Dasar di Kecamatan Butuh. Berdasarkan persentase penelitian mengenai hubungan positive reinforcement dan motivasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo memiliki positive reinforcement dalam kategori sangat tinggi dengan jumlah responden 77 siswa 32,8, kemudian 103 siswa memiliki positive reinforcement dalam kategori tinggi 43,8, 53 siswa memiliki positive reinforcement dalam kategori sedang 22,6, dan untuk 2 siswa memiliki kategori rendah 0,9. Hal ini