Komponen Positive Reinforcement Tinjauan tentang Positive Reinforcement

21 adalah berdiri di samping siswa, berjalan menuju siswa, duduk dekat dengan seorang siswa atau kelompok siswa, berjalan di sisi siswa, dan sebagainya. d. Penguatan dengan Sentuhan Teknik ini penggunaannya perlu mempertimbangkan latar belakang siswa, umur, jenis kelamin, serta latar belakang kebudayaan setempat. Dalam memberikan penguatan ini, beberapa perilaku yang dapat dilakukan guru antara lain menepuk pundak atau bahu siswa, menjabat tangan siswa, mengelus rambut siswa, atau mengangkat tangan siswa yang menang dalm pertandingan. e. Penguatan dengan Kegiatan yang Menyenangkan Motivasi belajar siswa dipengaruhi pula oleh apakah kegiatan belajar yang dilaksanakan tersebut menyenangkan dirinya atau tidak. Bentuk kegiatan belajar yang disenangi siswa dapat mempertinggi intensitas belajarnya. Untuk menguatkan gairah belajar, guru dapat memilih kegiatan-kegiatan belajar yang disukai siswa. Setiap siswa memiliki kesukaran masing-masing, sehingga guru perlu menyediakan berbagai alternatif pilihan yang sesuai dengan kesukaan masing-masing siswa. Dengan memberikan alternatif kegiatan belajar yang sesuai dengan kesukaan siswa tersebut, maka hal itu bisa juga menjadi bentuk penguatan bagi siswa. Penguatan ini juga dapat diberikan sebagai akibat dari prestasi baik yang ditunjukkan siswa. Misalnya, anak yang 22 berprestasi dalam hasil belajarnya ditunjuk sebagai pimpinan kelompok belajar. f. Penguatan Berupa Simbol atau Benda Jenis simbol atau benda yang diberikan diselaraskan dengan usia perkembangan siswa. Untuk anak tingkat sekolah dasar, berbeda dengan anak usia sekolah lanjutan. Penguatan berupa simbol atau benda ini dapat berupa piagam penghargaan, benda-benda berupa alat-alat tulis dan buku, dan dapat pula berupa komentar tertulis pada buku siswa. Perlu diperhatikan dalam hal penggunaan penguatan yang berupa benda yaitu hendaknya tujuan belajar siswa tidak mengarah pada benda tersebut. Oleh karena itu, perlu dibatasi frekuensi penggunaannya. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa positive reinforcement yang dapat diberikan oleh guru terdiri dari berbagai macam bentuk antara lain penguatan verbal, penguatan gestural, penguatan kegiatan, penguatan mendekati, penguatan sentuhan, dan penguatan tanda. Penguatan verbal yaitu berkaitan dengan ucapan guru untuk merespon tingkah laku siswa, misalnya memberikan pujian berupa bagus, benar, baik, betul, atau tepat kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan. Penguatan gestural berkaitan erat dengan mimik muka dan gerakan tubuh guru, misalnya guru memberikan acungan jempol, tepuk tangan, atau senyuman yang cerah. Penguatan kegiatan berupa sebuah tugas yang memiliki keterkaitan dengan tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebagai hadiah untuk siswa. Penguatan mendekati yakni guru mendekati 23 tempat duduk siswa. Penguatan ini digunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan sentuhan, dan penguatan tanda. Penguatan sentuhan berkaitan dengan penguatan mendekati, guru dapat secara fisik menyentuh siswa dengan tujuan memberikan penguatan atas penampilan, tingkah laku, maupun unjuk kerja siswa. Penguatan tanda yaitu memberikan penguatan berupa tulisan, simbol sebagai penghargaan atas penampilan, tingkah laku, maupun unjuk kerja siswa. Komponen positive reinforcement ini menjadi dasar pembuatan sub indikator variabel pada kisi-kisi instrumen variabel positive reinforcement. Mengacu pada pendapat Syaiful Bahri Djamarah dan Marno Idris seperti yang telah dijelaskan di atas maka komponen positive reinforcement yang digunakan sebagai sub indikator pada kisi-kisi instrumen variabel antara lain yaitu verbal, gestural, kegiatan, mendekati, sentuhan, dan tanda. Masing-masing komponen terdapat dalam beberapa pernyataan dalam instrumen yang bernilai positif dan negatif.

5. Model Penggunaan Positive Reinforcement

Marno Idris 2014: 135-136 mengemukakan beberapa model penggunaan positive reinforcement yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut. a. Penguatan pada Pribadi Tertentu Penguatan harus jelas ditujukan kepada siswa tertentu. Pandangan guru harus tegas diarahkan kepada anak yang memperoleh penguatan. 24 Oleh karena itu, penguatan harus jelas ditujukan kepada siapa dan usahakan menyebut namanya serta memandang kepadanya. b. Penguatan kepada Kelompok Penguatan dapat juga diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya jika satu tugas telah dilaksanakan dengan baik oleh satu kelas, guru dapat mengijinkan kelas tersebut untuk bermain sesuai dengan kegemaran mereka. Jika ada satu atau sebagian kelompok kelas yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka guru dapat mengatakan senang sekali, kelompok A telah menunjukkan kemajuan yang pesat. c. Penguatan Tidak Penuh Sering didapat jawaban yang diberikan anak atas pertanyaan guru sedikit mengandung kebenaran. Untuk itu, penguatan yang digunakan tentu penguatan tidak penuh. Prinsip dalam penguatan tidak penuh adalah pengakuan guru atas jawaban yang sebagian jawaban salah. d. Variasi Penggunaan Untuk menghindari ketidakbermaknaan, guru dapat menggunakan secara bervariasi. Penggunaan penguatan yang monoton dapat menjadi bahan tertawaan siswa. Bahkan siswa ikut serta memberikan penguatan apabila teman lain menjawab benar. Untuk menghindari lunturnya makna penguatan dan kemungkinan menjadi bahan tertawaan siswa, guru dapat memvariasikan penggunaannya. Oleh karena itu, guru perlu menerapkan prinsip-prinsip penggunaannya secara matang. 25 Syaiful Bahri Djamarah 2005: 122-123 mengemukakan empat model penggunaan penguatan positive reinforcement yaitu sebagai berikut. a. Penguatan Seluruh Kelompok Pemberian penguatan kepada seluruh anggota kelompok dalam kelas dapat dilakukan secara terus menerus seperti halnya pemberian penguatan pada perorangan. Penguatan gestural, verbal, tanda, dan kegiatan merupakan komponen penguatan yang dapat diperuntukkan pada seluruh anggota kelompok. b. Penguatan yang Ditunda Penundaan pemberian penguatan dinilai kurang efektif, namun penundaan tersebut dapat dilakukan dengan memberi isyarat verbal bahwa penghargaan akan diberikan kemudian setelah perilaku dimunculkan. c. Penguatan Partial sebagian Penguatan partial sama dengan penguatan sebagian-sebagian atau penguatan tidak berkesinambungan, diberikan kepada siswa untuk sebagian responnya. d. Penguatan Perorangan Penguatan perorangan merupakan pemberian penguatan secara khusus. Pemberian penguatan perorangan dapat dilakukan dengan menyebutkan nama, perilaku, atau penampilan siswa yang bersangkutan. 26 Positive reinforcement dapat diberikan oleh guru melalui berbagai macam model, antara lain penguatan pada pribadi tertentu, penguatan kepada kelompok, penguatan yang tidak penuh, dan variasi penggunaan. Penguatan pada pribadi tertentu merupakan penguatan yang paling khusus karena guru harus memberikan penguatan dengan menyebutkan nama, perilaku yang bersangkutan secara perorangan, langsung, dan memandang siswa. Penguatan kepada kelompok di dalam kelas dapat dilaksanakan secara terus menerus. Penguatan yang tidak penuh memiliki prinsip yaitu pengakuan guru atas jawaban yang sebagian jawaban salah. Variasi penggunaan dilakukan agar penggunaan penguatan tidak monoton serta untuk menghindari lunturnya makna penguatan. Pada dasarnya pendapat Syaiful Bahri Djamarah dan Marno Idris tentang model penggunaan positive reinforcement adalah hampir sama. Namun, penelitian ini mengacu pada pendapat Marno Idris karena lebih sederhana dan relevan. Model penggunaan positive reinforcement yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu penguatan pada pribadi tertentu, penguatan kepada kelompok, penguatan yang tidak penuh, dan variasi penggunaan. Teori ini digunakan sebagai acuan dalam penulisan pernyataan instrumen penelitian yang berarti termuat dalam pernyataan instrumen.

6. Penjadwalan Positive Reinforcement

Edi Purwanta 2012: 55 mengatakan bahwa jadwal pemberian penguatan adalah aturan yang dianut oleh pemberi pengukuh dalam