82
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk kelas V SD Netral D Yogyakarta yang terdiri dari siklus I dan II, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Penelitian
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses IPA siswa dengan metode guided discovery. Setiap siklus dilakukan observasi terhadap keterampilan proses
IPA siswa. Keterampilan proses yang diamati adalah keterampilan proses dasar yang terdiri dari mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur,
menyimpulkan, mengkomunikasikan. Pelaksanaan metode guided discovery dalam pembelajaran meliputi langkah-langkah preparation, pre-activity
discussion, data collect, follow up. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebelum dilakukan tindakan,
diketahui bahwa proses pembelajaran menggunakan metode ceramah, sehingga siswa lebih banyak mendengarkan. Proses pembelajaran yang seharusya
praktikum juga dilakukan dengan ceramah, sehingga siswa cenderung pasif selama kegiatan pembelajaran. Hal demikian sesuai dengan pendapat Srini M.
Iskandar 1997:50 jika pelajaran IPA tanpa keterampilan proses akan menimbulkan kebosanan pada diri siswa dan tidak memberikan gambaran yang
benar tentang IPA. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa
masih rendah. Hal ini dilihat dari kemampuan mengamati siswa yang kurang teliti. Siswa juga kurang mampu memprediksi dan menyimpulkan hasil pemikiran
sendiri dengan tepat. Selain itu mereka belum mampu mengkomunikasikan hasil belajarnya baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Conny Semiawan 2008:
83
137 rendahnya keterampilan proses dasar IPA membawa akibat siswa kesulitan dalam memahami konsep IPA yang abstrak, sehingga konsep tersebut tidak
dimilikinya secara tuntas. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan penelitian tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses dasar IPA siswa.
Pada tindakan siklus I menggunakan metode guided discovery guru belum optimal dalam menjalankan langkah-langkah guided discovery. pada tahap pre-
activity discussion di awal pembelajaran guru sudah memberikan motivasi, menyampaikan rumusan masalah dan menyampaikan langkah kegiatan yang akan
dilakukan. Berdasarkan rumusan masalah yang disampaikan, siswa didorong untuk membuat hipotesis. Namun, setelah itu guru belum mengajak siswa untuk
membuat hipotesis dari rumusan masalah yang disampaikann guru. Saat pengumpulan data guru juga belum optimal dalam membimbing siswa. Pada
langkah follow up guru juga belum memberikan reward baik secara verbal maupun non verbal untuk.
Pada siklus I proses pembelajaran dengan kelompok besar membuat pengembangan keterampilan proses siswa kurang optimal. Pembagian kelompok
tersebut berakibat pada banyaknya siswa yang kurang aktif saat percobaan dan membuat keterampilan proses sains siswa kurang berkembang. Keaktifan siswa
dalam setiap kegiatan yang menunjang keterampilan proses IPA siswa. Proses pembelajaran yang belum optimal menyebabkan keterampilan
proses sains siswa yang belum mencapai kriteria, oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Pelaksaan proses pada siklus II berdasarkan
84
refleksi pada siklus I. Perbaikan pelaksaan metode guided discovery dalam pembelajaran.
Pada siklus II sudah melakukan semua langkah dalam metode guided discovery. Pada tahap pembuatan hipotesis guru sudah mendorong siswa untuk
mengajukan hipotesis dari rumusan masalah yang disampaikan guru. Pembagian kelompok menjadi lebih kecil lebih 2-3orang mengoptimalkan siswa dalam
pengumpulan data dan pengolahan data. Siswa lebih aktif dalam melaksanakan percobaan dan dapat menunjang keterampilan proses IPA siswa. Selain itu,
Keterlibatan siswa secar aktif dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan pegetahua melalui keterampilan proses sains dasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa sudah mengalami peningkatan dari sebelum ada tindakan ke siklus I. Hal ini
ditunjukkan dengan rata-rata persentase ketrampilan proses IPA pada pratindakan hanya 45 menjadi 61,84 di siklus I meskipun demikian hasil tersebut belum
mecapai kriteria keberhasilan tindakan yang telah direncanakan karena hanya sebayak 4 siswa dari 22 siswa yang memiliki keterampilan proses IPA dengan
kriteria tinggi. Kriteria keberhasilan yang ditetapkan peneliti beserta guru kelas yaitu minimal 75 dari seluruh siswa memiliki keterampilan proses dengan
kriteria tinggi. Keterampilan proses pada siklus II mengalami peningkatan dari kondisi
siklus I. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata persentase keterampilan proses IPA pada siklus II meningkat menjadi 77,89. Siswa yang memiliki keterampilan
proses IPA dengan kriteria tinggi mengalami peningkatan menjadi 20 siswa 80
85
dari 25 siswa. Keberhasilan yang diperoleh dari siklus II merupaka perbaika dari siklus I, dimana bimbingan guru kepada siswa lebih maksimal sehigga
keterampilan proses meningkat. Pembentukan kelompok pada siklus II terdiri dari 2 sampai 3 orang tiap
kelompok. Pembentukan kelompok pada siklus II lebih efektif dibandingkan siklus I. Pembagian tugas dan kerjasama siswa dalam kelompok lebih merata.
Siswa lebih fokus dengan kegiatan kelompok untuk menemukan pengetahuan yang mereka bangun sendiri. Siswa mencermati setiap langkah-langkah kegiatan
yang dilakukan. Guru juga memberikan bimbingan maksimal kepada siswa yang bertanya dan kesulitan.
Adanya batasan waktu ketika mengumpulkan data dan mengolah data menghasilkan efektifnya kerja kelompok siswa. Hal ini bertujuan agar siswa lebih
fokus dan bertanggung jawab dengan kegiatan yang mereka laksanakan. Sesuai dengan pendapat Carin Sund 1989: 104 pembelajaran melalui guided
discovery membuat siswa mejadi lebih bertaggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
Berdasarkan hasil pegamatan terhadap proses pembelajaran IPA menggunakan metode guided discovery dan keterampilan proses IPA siswa yang
telah diuraikan diatas, menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan metode guided discovery telah diterapkan secara optimal dan mampu meningkatkan
keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses sains melalu6,05. Hal ini dapat dilihat rata-rata keterampilan proses sains pada siklus I sebesar 61,84
86
meningkat menjadi 77,89 pada siklus II. Dengan demikian, penelitian ini dikatakan berhasil dan siklus dalam penelitian ini dihentikan.
Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitaian yang dilakukan Nur Anifah. Penelitian yang dilakukan Nur Anifah menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan keterampilan proses mengamati dan hasil belajar ilmu pengetahuan alam melalui metode guided discovery siswa kelas V SD Negeri Kepuhan, Sewon.
Persamaan penelitian yang dilakukan dengan Nur Anifah adalah sama-sama meggunakan metode guided discovery pada pembelajaran IPA kelas V SD,
perbedaan penelitian terletak pada subjek, tempat, dan waktu penelitian. Perbedaan lebih mendalam terletak pada keterampilan proses yang diamati dalam
penelitian. Nur anifah memilih hasil belajar dan hanya mengambil satu keterampilan proses yaitu mengamati sedangkan dalam penelitian ini meliputi
enam keterampilan proses dasar yaitu mengamati, megklasifikasi, memprediksi, mengukur, meyimpulkan dan mengkomunikasikan.
C. Keterbatasan Penelitian