50 istirahat satu jam. Hari dan jam kerja tersebut berlaku untuk tenaga kerja
administrasi dan petani sutera. Sedangkan tenaga kerja borongan untuk produksi kain sutera, jumlah hari dan jam kerja mereka disesuaikan dengan produksi kain
sutera perusahaan. Hari orang kerja HOK per periode satu bulan pada CV Batu Gede adalah 24
– 26 HOK. CV Batu Gede sebagai salah satu perusahaan yang sedang berkembang,
memiliki visi dan misi untuk membawa persuteraan alam ke dalam era modernisasi dan globalisasi. Visi CV Batu Gede adalah menjadi salah satu
perusahaan yang kreatif, produktif dan pendorong dalam perkembangan persuteraan alam sehingga tercipta masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Misi
dari CV Batu Gede antara lain : 1.
Memberi kesempatan pelatihan dan magang kepada masyarakat petani sutera mengenai pemeliharaan kebun murbei, pemeliharaan ulat dengan
maksud agar masyarakat betul-betul mampu membudidayakan ulat sutera. 2.
Membina petani plasma baik dari segi teknis maupun manajemen usaha tani. 3.
Menjalin kerjasama dengan mitra tani, pemerintah dan pihak swasta dalam hal pengelolaan kebun murbei dan pemeliharaan ulat sutera sehingga
produksi kokon tidak langka sebagai bahan baku produk hilir sutera.
5.3 Kegiatan Produksi Perusahaan
Kegiatan produksi CV Batu Gede menghasilkan produk yang berbasis sutera seperti benang sutera dan kain tenun sutera. Kegiatan produksi diawali
dengan penanaman murbei, budidaya murbei sebagai pakan ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera, pengokonan ulat sutera, pemintalan benang sutera
sampai penenunan kain sutera. Produk yang dijual oleh CV Batu Gede adalah produk kain sutera dobby dan warna. Untuk memproduksi kain sutera jenis dobby
putih polos dan tenun warna motif, solid, corak atau batik ada beberapa proses produksi yang dilakukan perusahaan. Sebelum proses produksi dilakukan,
perusahaan melakukan pengadaan bahan baku sebagai salah satu input produksi kain sutera tahap awal.
51
5.3.1 Penggunaan Bahan Baku
Bahan baku untuk memproduksi kain sutera adalah benang sutera. Benang sutera yang dibutuhkan adalah jenis pakan dan lungsi. Benang pakan merupakan
benang sutera yang dipasang secara horizontal pada Alat Tenun Bukan Mesin ATBM, sedangkan benang lungsi adalah benang sutera yang dipasang secara
vertikal pada ATBM. Proporsi penggunaan benang pakan lebih besar untuk menghasilkan kain tenun sutera. Rasio perbandingan penggunaan benang pakan
dan benang lungsi untuk menghasilkan kain tenun sutera adalah tiga berbanding satu 3:1. Setiap meter produksi kain sutera membutuhkan 0,075 kg benang
pakan dan 0,025 kg benang lungsi. Pengadaan bahan baku untuk memproduksi kain sutera terdapat dua
proses. Pertama, bahan baku diperoleh diawali dengan proses budidaya murbei sebagai pakan ulat sutera dan budidaya ulat sutera sebagai penghasil kokon.
Kegiatan ini dilakukan oleh petani di lahan perusahaan. Kokon yang dihasilkan akan diolah melalui proses perebusan dan pemintalan sehingga menghasilkan
benang sutera mentah Raw Silk. Saat ini jumlah produksi kokon CV Batu Gede adalah rata-rata 25 kg per bulan. Jumlah tersebut masih jauh untuk kebutuhan
kokon sebagai penghasil benang sutera yang merupakan bahan baku kain sutera pada CV Batu Gede yaitu rata-rata 115 kg per bulan. Sehingga perusahaan
melakukan pengadaan bahan baku pada proses yang kedua, yaitu melakukan kerjasama melalui pembelian benang sutera pada mitra tani perusahaan yang
berada di wilayah perkebunan murbei Karya Sari, Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Penggunaan dan nilai ketersediaan bahan baku benang pakan untuk
memproduksi kain sutera di CV Batu Gede dapat dilihat pada Tabel 8.
52
Tabel 8. Penggunaan dan Nilai Ketersediaan Bahan Baku Benang Pakan untuk Produksi Kain Sutera pada CV Batu Gede Selama Periode
12 Bulan
Tahun Bulan
Penggunaan Benang Pakan kg Ketersediaan kg
Kain Dobby Kain Warna
2007 September
6,1 2,0
12,50 Oktober
6,2 2,1
12,67 Nopember
5,9 2,0
14,44 Desember
5,7 1,9
14,72
2008 Januari
6,2 2,1
16,33 Februari
5,5 1,8
13,26 Maret
5,9 2,0
14,44 April
6,0 2,0
14,55 Mei
6,1 2,0
17,27 Juni
6,2 2,1
17,34 Juli
6,5 2,2
17,48 Agustus
6,3 2,1
16,54
Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008
Tabel 8 menunjukkan jumlah penggunaan benang pakan lebih banyak untuk memproduksi kain dobby. Hal ini dikarenakan jumlah produksi kain dobby
pada perusahaan lebih besar dari pada kain tenun warna. Ketersediaan bahan baku benang pakan merupakan jumlah persediaan yang ada di gudang perusahaan
selama periode produksi. Untuk bahan baku jenis benang lungsi, penggunaan dan nilai
ketersediaannya dapat dilihat pada Tabel 9.
53
Tabel 9. Penggunaan dan Nilai Ketersediaan Bahan Baku Benang Lungsi untuk Produksi Kain Sutera pada CV Batu Gede Selama Periode
12 Bulan
Tahun Bulan
Penggunaan Benang Lungsi kg Ketersediaan kg
Kain Dobby Kain Warna
2007 September
2,0 0,7
3,50 Oktober
2,1 0,7
3,56 Nopember
2,0 0,7
5,42 Desember
1,9 0,6
7,31
2008 Januari
2,1 0,7
9,53 Februari
1,8 0,6
9,24 Maret
2,0 0,7
9,43 April
2,0 0,7
9,43 Mei
2,0 0,7
9,49 Juni
2,1 0,7
9,54 Juli
2,2 0,7
9,67 Agustus
2,1 0,7
6,79
Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008
Sama halnya dengan penggunaan benang pakan, pada Tabel 9 menunjukkan bahwa benang lungsi digunakan lebih banyak untuk memproduksi
kain dobby. Penggunaan dan ketersediaan bahan baku terbesar terjadi pada bulan Juli 2008, hal ini dikarenakan tingginya produksi pada bulan tersebut. Lebih
tingginya kebutuhan benang pakan dari pada benang lungsi dikarenakan proporsi penggunaan benang pakan lebih besar dari pada benang lungsi untuk
menghasilkan kain tenun sutera.
5.3.2 Penggunaan Bahan Pembantu
Bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi kain sutera pada CV Batu Gede antara lain : soda as, zat pewarna direk, asam, kationik, naftol dan
reaktif, kazesol, natrium silikat dan hidrogen peroksida. Bahan-bahan pembantu tersebut diperoleh perusahaan dengan melakukan pembelian pada toko kimia yang
berada di pasar Anyar Bogor. Zat soda as digunakan untuk menghilangkan kotoran dan serisin pada benang sutera sehingga tekstur benang menjadi halus.
54 Serisin adalah protein albumin yang terdapat pada benang sutera mentah yang
tidak larut dalam air dingin, tetapi menjadi lemah di dalam air panas dan larut di dalam alkali lemah seperti zat soda as. Zat pewarna direk, asam, kationik, naftol
dan reaktif digunakan untuk memberikan warna pada serat benang sutera sehingga menghasilkan kain tenun warna. Kazesol digunakan untuk
menghaluskan tekstur benang sutera dengan menghilangkan zat kanji pada benang sutera yang menyebabkan benang menjadi kaku. Natrium silikat
digunakan untuk memutihkan benang atau kain sutera dan hidrogen peroksia sebagai zat oksidatornya.
Penggunaan bahan-bahan pembantu untuk produksi kain dobby dan tenun warna pada CV Batu Gede selama periode 12 bulan masing-masing dapat dilihat
pada Tabel 10 dan 11.
Tabel 10. Penggunaan Bahan Pembantu Untuk Produksi Kain Sutera Dobby pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan
Tahun Bulan
Produksi m
Penggunaan Bahan Pembantu kg Soda As Kazesol Natrium Silikat Hid. Peroksida
2007 September
81,4 0,40
0,24 0,20
0,20 Oktober
83,1 0,41
0,25 0,21
0,21 Nopember
78,9 0,40
0,24 0,20
0,20 Desember
75,5 0,37
0,23 0,19
0,19
2008 Januari
82,2 0,41
0,25 0,21
0,21 Februari
73,7 0,37
0,22 0,18
0,18 Maret
79,1 0,40
0,24 0,20
0,20 April
79,4 0,40
0,24 0,20
0,20 Mei
80,9 0,41
0,24 0,20
0,20 Juni
82,6 0,41
0,25 0,21
0,21 Juli
86,6 0,44
0,26 0,22
0,22 Agustus
83,6 0,42
0,25 0,21
0,21
Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008
Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa bahan pembantu yang digunakan untuk produksi kain dobby pada CV Batu Gede adalah soda as, kazesol, natrium
silikat dan hidrogen peroksida. Bahan pembantu yang paling banyak digunakan
55 adalah soda as, hal ini dikarenakan proporsi penggunaannya lebih besar daripada
bahan pembantu lainnya. Setiap meter produksi kain sutera membutuhkan 0,005 kg soda as; 0,003 kg kazesol; 0,0025 kg natrium silikat; dan 0,0025 hidrogen
peroksida. Tabel 11. Penggunaan Bahan Pembantu Untuk Produksi Kain Sutera
Tenun Warna pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan
Tahun Bulan
Produksi m
Penggunaan Bahan Pembantu kg Soda
As Kazesol
Natrium Silikat
Hid. Peroksida
Zat Pewarna
2007 September
27,1 0,14
0,08 0,07
0,07 0,14
Oktober 27,7
0,14 0,08
0,07 0,07
0,14 Nopember
26,3 0,13
0,08 0,07
0,07 0,13
Desember 25,2
0,13 0,08
0,06 0,06
0,13
2008 Januari
27,4 0,14
0,08 0,07
0,07 0,14
Februari 24,6
0,12 0,07
0,06 0,06
0,12 Maret
26,4 0,13
0,08 0,07
0,07 0,13
April 26,5
0,13 0,08
0,07 0,07
0,13 Mei
27,0 0,14
0,08 0,07
0,07 0,14
Juni 27,5
0,14 0,08
0,07 0,07
0,14 Juli
28,9 0,14
0,09 0,07
0,07 0,14
Agustus 27,9
0,14 0,08
0,07 0,07
0,14
Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008
Sama halnya dengan produksi kain dobby, pada Tabel 11 menunjukkan bahwa bahan pembantu yang digunakan untuk produksi kain tenun warna adalah
soda as, kazesol, natrium silikat dan hidrogen peroksida. Komposisi kebutuhan bahan pembantu untuk produksi kain tenun warna sama dengan komposisi
kebutuhan untuk produksi kain dobby. Namun dalam proses produksi kain tenun warna ini diperlukan bahan pembantu tambahan seperti zat pewarna untuk
memperoleh jenis warna pada kain sesuai dengan permintaan. Komposisi zat pewarna yang dibutuhkan dalam produksi kain tenun warna adalah 0,005 kg per
meter. Berdasarkan Tabel 10 dan 11, bahan pembantu yang paling banyak digunakan dalam produksi kain sutera pada CV Batu Gede adalah soda as dan zat
pewarna.
56 Ketersediaan bahan-bahan pembantu di gudang untuk produksi kain dobby
dan tenun warna pada CV Batu Gede selama periode 12 bulan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Ketersediaan Bahan Pembantu Untuk Produksi Kain Sutera pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan
Tahun Bulan
Ketersediaan Bahan Pembantu kg Soda As
Kazesol Natrium
Silikat Hid.
Peroksida Zat
Pewarna
2007 September
2,25 0,17
0,23 0,23
0,50 Oktober
2,50 0,34
0,45 0,45
0,25 Nopember
2,00 0,53
0,69 0,19
0,50 Desember
1,50 0,72
0,94 0,44
0,25
2008 Januari
2,50 0,40
0,66 0,16
0,40 Februari
1,75 0,10
0,42 0,42
0,25 Maret
2,33 0,28
0,65 0,65
0,33 April
2,00 0,47
0,89 0,89
0,40 Mei
1,67 0,64
1,12 0,62
0,50 Juni
1,50 0,81
1,34 0,84
0,25 Juli
2,25 0,97
1,56 1,06
0,50 Agustus
2,50 0,63
1,28 0,78
0,25
Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008
Pada tahap selanjutnya setelah melakukan pengadaan bahan baku dan bahan pembantu, perusahaan melakukan kegiatan produksi kain sutera yang
terdiri dari beberapa proses. Proses produksi kain sutera pada CV Batu Gede yaitu:
1. Pembersihan getah benang degumming yarn
Proses ini dilakukan melalui perebusan atau pemasakan benang sutera yang sudah dipintal dengan menggunakan zat Soda As. Soda As digunakan untuk
menghilangkan getah serisin yang terdapat pada benang. Setelah perebusan atau pemasakan, pada benang lungsi dilakukan pengkanjian atau pemberian zat
kazesol dan hidrogen peroksida agar benang tidak keras dan berbulu. Pengkanjian ini digunakan agar benang menjadi kuat, putih bersih dan lentur.
2. Pengelosan twisting lungsi
Pengelosan atau penggulungan adalah kegiatan menggulung benang lungsi pada gulungan kelos. Gulungan kelos ini merupakan gulungan benang lungsi
57 yang berdiameter dua cm. Pengelosan dilakukan secara manual dengan tangan
menggunakan alat kincir yang diputar. 3.
Pemaletan twisting pakan Sama halnya dengan pengelosan, pemaletan ini merupakan kegiatan
menggulung benang pakan pada gulungan palet dengan menggunakan alat kincir secara manual. Gulungan palet adalah gulungan benang pakan yang
berukuran lebih kecil dari gulungan kelos yaitu berdiameter satu cm. 4.
Pewarnaan atau pencelupan Proses ini dilakukan untuk menghasilkan kain tenun warna. Sebelumnya
benang sutera diikat sesuai dengan motif yang diinginkan ikat lungsi, ikat pakan atau keduanya kemudian dicelup. Benang yang terikat tidak akan
tercelup sehingga pada waktu bahan tersebut ditenun akan memberikan motif. Pencelupan dilakukan untuk memberikan warna secara merata. Disini bahan
yang terikat tidak akan tercelup sehingga pada waktu bahan tersebut ditenun akan memberikan motif. Bahan sutera mempergunakan zat warna direk, asam,
kationik, naftol dan reaktif. 5.
Penghanian Penghanian merupakan kegiatan memasukkan dan mensejajarkan benang hasil
gulungan pada alat hani. 6.
Pencucukan Setelah benang dihani, maka selanjutnya dilakukan pencucukan yaitu benang
pada alat hani dimasukkan pada alat tenun bukan mesin ATBM. 7.
Penenunan Penenunan merupakan kegiatan menenun benang sutera secara manual dengan
tangan menggunakan ATBM untuk menghasilkan kain tenun sutera. Proses penenunan ini, benang pakan dipasang secara horizontal dan benang lungsi
dipasang secara vertikal pada ATBM. 8.
Pembersihan kain tenun degumming cloth Proses ini dilakukan melalui perebusan kain tenun sutera dalam larutan soda
as, setelah itu dijemur agar kain tidak kotor dan tidak kaku. Proses produksi kain tenun sutera pada CV Batu Gede di awali dari tahap
pembersihan getah benang degumming yarn sampai dengan pembersihan kain
58 tenun degumming cloth, namun untuk produksi kain tenun jenis dobby putih
polos tidak dilakukan tahap pewarnaan. Sedangkan untuk memproduksi kain tenun warna dilakukan proses pewarnaan pada benang setelah melalui tahap
pengelosan dan pemaletan. Secara singkat, proses produksi kain tenun sutera pada CV Batu Gede dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Skema Proses Produksi Kain Tenun Sutera CV Batu Gede. 5.3.3 Penggunaan Tenaga Kerja Langsung TKL
Seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya mengenai organisasi dan ketenagakerjaan perusahaan, CV Batu Gede memiliki tenaga kerja
tidak langsung dan tenaga kerja langsung. Tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja yang tidak melakukan rangkaian proses produksi kain tenun sutera,
yaitu staf adminsitrasi, supir dan petani sutera. Sedangkan tenaga kerja langsung TKL merupakan tenaga kerja yang melakukan seluruh tahap proses produksi
Kain Dobby
Pewarnaan
Kain Warna
Degumming Yarn Pengelosan
Pemaletan
Penghanian Pencucukan
Penenunan Degumming Cloth
Penghanian Pencucukan
Penenunan Degumming Cloth
59 kain tenun sutera baik dobby ataupun warna. Tenaga kerja langsung pada CV Batu
Gede merupakan tenaga kerja pemborong yang melakukan semua kegiatan produksi kain tenun sutera. Artinya TKL tersebut bukan tenaga kerja tetap
perusahaan melainkan tenaga kerja yang digunakan perusahaan untuk memproduksi kain tenun sutera berdasarkan order atau pesanan yang ada
perusahaan. maka dari itu sewaktu-waktu TKL ini dapat beralih ke perusahaan lain atau mengerjakan jenis pekerjaan lain sesuai dengan keahlian mereka apabila
perusahaan tidak melakukan produksi lagi atau adanya penurunan produksi. Tenaga kerja langsung perusahaan berjumlah sepuluh orang melakukan
proses produksi kain tenun dobby dan warna masing-masing lima orang. Jumlah hari dan jam kerja mereka disesuaikan dengan produksi kain sutera perusahaan.
Hari orang kerja HOK per periode satu bulan pada CV Batu Gede adalah 24 –
26 HOK. Berdasarkan data produksi perusahaan baik untuk produksi kain dobby maupun kain warna, penggunaan tenaga kerja langsung mengenai jumlah pekerja,
jam kerja, HOK dan ketersediaan jumlah jam kerja selama periode produksi dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14.
Tabel 13. Penggunaan dan Ketersediaan Tenaga Kerja Langsung Produksi Kain Tenun Dobby pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan
Tahun Bulan
Produksi m
Jumlah TKL orang
Jam Kerjahari jam
HOK hari
Ketersediaan jam
2007 September
81,4 5
7 25
875 Oktober
83,1 5
7 26
910 Nopember
78,9 5
7 25
875 Desember
75,5 5
7 26
910
2008 Januari
82,2 5
7 26
910 Februari
73,7 5
7 24
840 Maret
79,1 5
7 26
910 April
79,4 5
7 25
875 Mei
80,9 5
7 26
910 Juni
82,6 5
7 25
875 Juli
86,6 5
7 26
910 Agustus
83,6 5
7 26
910
Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008
60 Tabel 13 menunjukkan bahwa jumlah ketersediaan jam kerja TKL paling
sedikit terdapat pada bulan Februari 2008, hal ini dikarenakan jumlah produksi pada bulan tersebut paling sedikit daripada bulan lainnya sehingga penggunaan
HOK untuk memproduksi kain tenun dobby pada bulan tersebut paling kecil dibandingkan bulan lainnya. Jumlah ketersediaan jam kerja TKL diperoleh
dengan cara mengalikan jumlah pekerja, jam kerja per hari dan HOK-nya. Penggunaan dan ketersediaan TKL untuk produksi kain tenun warna pada CV
Batu Gede dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Penggunaan dan Ketersediaan Tenaga Kerja Langsung Produksi Kain Tenun Warna pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan
Tahun Bulan
Produksi m
Jumlah TKL orang
Jam Kerjahari jam
HOK hari
Ketersediaan jam
2007 September
27,1 5
7 25
875 Oktober
27,7 5
7 26
910 Nopember
26,3 5
7 25
875 Desember
25,2 5
7 26
910
2008 Januari
27,4 5
7 26
910 Februari
24,6 5
7 24
840 Maret
26,4 5
7 26
910 April
26,5 5
7 25
875 Mei
27,0 5
7 26
910 Juni
27,5 5
7 25
875 Juli
28,9 5
7 26
910 Agustus
27,9 5
7 26
910
Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008
Sama halnya dengan produksi dobby, Tabel 14 menunjukkan bahwa jumlah ketersediaan jam kerja TKL untuk memproduksi kain tenun warna paling
sedikit terjadi pada bulan Februari 2008, hal ini dikarenakan jumlah produksi pada bulan tersebut paling sedikit daripada bulan lainnya sehingga penggunaan HOK
pada bulan tersebut paling kecil dibandingkan bulan lainnya. Sedangkan rata-rata jumlah HOK per bulan untuk bulan lainnya adalah sama sehingga ketersediaan
jam kerja TKL untuk produksi kain tenun warna rata-rata sama setiap bulannya. Hal ini dikarenakan produksi kain tenun warna setiap bulannya hanya mengalami
peningkatan yang relatif sedikit.
61
5.3.4 Penggunaan Alat Tenun Bukan Mesin ATBM
Alat Tenun Bukan Mesin ATBM digunakan oleh tenaga kerja langsung perusahaan pada proses penenunan sutera baik untuk produksi kain tenun dobby
maupun warna. CV Batu Gede memiliki dua buah unit ATBM dalam kegiatan produksinya masing-masing satu unit untuk produksi kain tenun dobby dan warna.
Penggunaan dan ketersediaan jam kerja ATBM untuk memproduksi kain dobby dan warna dapat dilihat pada Tabel 15 dan 16.
Tabel 15. Penggunaan dan Ketersediaan Jam Kerja ATBM untuk Produksi Kain Tenun Dobby pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan
Tahun Bulan
Produksi m
Jumlah Mesin unit
Jam Kerjahari jam
HOK hari
Ketersediaan jam
2007 September
81,4 1
7 25
175 Oktober
83,1 1
7 26
182 Nopember
78,9 1
7 25
175 Desember
75,5 1
7 26
182
2008 Januari
82,2 1
7 26
182 Februari
73,7 1
7 24
168 Maret
79,1 1
7 26
182 April
79,4 1
7 25
175 Mei
80,9 1
7 26
182 Juni
82,6 1
7 25
175 Juli
86,6 1
7 26
182 Agustus
83,6 1
7 26
182
Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008
Pada Tabel 15 menunjukkan bahwa ketersediaan jam kerja ATBM untuk produksi kain dobby diperoleh dari perhitungan hasil perkalian antara jumlah
mesin yang digunakan, jam kerja per hari dan ketersediaan HOK. Ketersediaan jam kerja ATBM untuk produksi kain dobby paling sedikit terdapat pada periode
bulan Februari 2008. Hal ini dikarenakan HOK pada bulan tersebut jumlahnya sedikit dibandingkan bulan-bulan lainnya.
62
Tabel 16. Penggunaan dan Ketersediaan Jam Kerja ATBM untuk Produksi Kain Tenun Warna pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan
Tahun Bulan
Produksi m
Jumlah Mesin unit
Jam Kerjahari jam
HOK hari
Ketersediaan jam
2007 September
27,1 1
7 25
175 Oktober
27,7 1
7 26
182 Nopember
26,3 1
7 25
175 Desember
25,2 1
7 26
182
2008 Januari
27,4 1
7 26
182 Februari
24,6 1
7 24
168 Maret
26,4 1
7 26
182 April
26,5 1
7 25
175 Mei
27,0 1
7 26
182 Juni
27,5 1
7 25
175 Juli
28,9 1
7 26
182 Agustus
27,9 1
7 26
182
Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008
Tabel 15 dan 16 menunjukkan bahwa penggunaan dan ketersediaan jam kerja ATBM besarnya sama baik untuk memproduksi kain tenun dobby atau tenun
warna. Hal ini dikarenakan penggunaan dan ketersediaan jam kerja ATBM tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi yang ada. Jam kerja ATBM
tersebut tersedia selama ATBM masih berfungsi untuk melakukan produksi perusahaan.
5.4 Biaya Produksi