Kegiatan Produksi Perusahaan DESKRIPSI PERUSAHAAN CV BATU GEDE

50 istirahat satu jam. Hari dan jam kerja tersebut berlaku untuk tenaga kerja administrasi dan petani sutera. Sedangkan tenaga kerja borongan untuk produksi kain sutera, jumlah hari dan jam kerja mereka disesuaikan dengan produksi kain sutera perusahaan. Hari orang kerja HOK per periode satu bulan pada CV Batu Gede adalah 24 – 26 HOK. CV Batu Gede sebagai salah satu perusahaan yang sedang berkembang, memiliki visi dan misi untuk membawa persuteraan alam ke dalam era modernisasi dan globalisasi. Visi CV Batu Gede adalah menjadi salah satu perusahaan yang kreatif, produktif dan pendorong dalam perkembangan persuteraan alam sehingga tercipta masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Misi dari CV Batu Gede antara lain : 1. Memberi kesempatan pelatihan dan magang kepada masyarakat petani sutera mengenai pemeliharaan kebun murbei, pemeliharaan ulat dengan maksud agar masyarakat betul-betul mampu membudidayakan ulat sutera. 2. Membina petani plasma baik dari segi teknis maupun manajemen usaha tani. 3. Menjalin kerjasama dengan mitra tani, pemerintah dan pihak swasta dalam hal pengelolaan kebun murbei dan pemeliharaan ulat sutera sehingga produksi kokon tidak langka sebagai bahan baku produk hilir sutera.

5.3 Kegiatan Produksi Perusahaan

Kegiatan produksi CV Batu Gede menghasilkan produk yang berbasis sutera seperti benang sutera dan kain tenun sutera. Kegiatan produksi diawali dengan penanaman murbei, budidaya murbei sebagai pakan ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera, pengokonan ulat sutera, pemintalan benang sutera sampai penenunan kain sutera. Produk yang dijual oleh CV Batu Gede adalah produk kain sutera dobby dan warna. Untuk memproduksi kain sutera jenis dobby putih polos dan tenun warna motif, solid, corak atau batik ada beberapa proses produksi yang dilakukan perusahaan. Sebelum proses produksi dilakukan, perusahaan melakukan pengadaan bahan baku sebagai salah satu input produksi kain sutera tahap awal. 51

5.3.1 Penggunaan Bahan Baku

Bahan baku untuk memproduksi kain sutera adalah benang sutera. Benang sutera yang dibutuhkan adalah jenis pakan dan lungsi. Benang pakan merupakan benang sutera yang dipasang secara horizontal pada Alat Tenun Bukan Mesin ATBM, sedangkan benang lungsi adalah benang sutera yang dipasang secara vertikal pada ATBM. Proporsi penggunaan benang pakan lebih besar untuk menghasilkan kain tenun sutera. Rasio perbandingan penggunaan benang pakan dan benang lungsi untuk menghasilkan kain tenun sutera adalah tiga berbanding satu 3:1. Setiap meter produksi kain sutera membutuhkan 0,075 kg benang pakan dan 0,025 kg benang lungsi. Pengadaan bahan baku untuk memproduksi kain sutera terdapat dua proses. Pertama, bahan baku diperoleh diawali dengan proses budidaya murbei sebagai pakan ulat sutera dan budidaya ulat sutera sebagai penghasil kokon. Kegiatan ini dilakukan oleh petani di lahan perusahaan. Kokon yang dihasilkan akan diolah melalui proses perebusan dan pemintalan sehingga menghasilkan benang sutera mentah Raw Silk. Saat ini jumlah produksi kokon CV Batu Gede adalah rata-rata 25 kg per bulan. Jumlah tersebut masih jauh untuk kebutuhan kokon sebagai penghasil benang sutera yang merupakan bahan baku kain sutera pada CV Batu Gede yaitu rata-rata 115 kg per bulan. Sehingga perusahaan melakukan pengadaan bahan baku pada proses yang kedua, yaitu melakukan kerjasama melalui pembelian benang sutera pada mitra tani perusahaan yang berada di wilayah perkebunan murbei Karya Sari, Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Penggunaan dan nilai ketersediaan bahan baku benang pakan untuk memproduksi kain sutera di CV Batu Gede dapat dilihat pada Tabel 8. 52 Tabel 8. Penggunaan dan Nilai Ketersediaan Bahan Baku Benang Pakan untuk Produksi Kain Sutera pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan Tahun Bulan Penggunaan Benang Pakan kg Ketersediaan kg Kain Dobby Kain Warna 2007 September 6,1 2,0 12,50 Oktober 6,2 2,1 12,67 Nopember 5,9 2,0 14,44 Desember 5,7 1,9 14,72 2008 Januari 6,2 2,1 16,33 Februari 5,5 1,8 13,26 Maret 5,9 2,0 14,44 April 6,0 2,0 14,55 Mei 6,1 2,0 17,27 Juni 6,2 2,1 17,34 Juli 6,5 2,2 17,48 Agustus 6,3 2,1 16,54 Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008 Tabel 8 menunjukkan jumlah penggunaan benang pakan lebih banyak untuk memproduksi kain dobby. Hal ini dikarenakan jumlah produksi kain dobby pada perusahaan lebih besar dari pada kain tenun warna. Ketersediaan bahan baku benang pakan merupakan jumlah persediaan yang ada di gudang perusahaan selama periode produksi. Untuk bahan baku jenis benang lungsi, penggunaan dan nilai ketersediaannya dapat dilihat pada Tabel 9. 53 Tabel 9. Penggunaan dan Nilai Ketersediaan Bahan Baku Benang Lungsi untuk Produksi Kain Sutera pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan Tahun Bulan Penggunaan Benang Lungsi kg Ketersediaan kg Kain Dobby Kain Warna 2007 September 2,0 0,7 3,50 Oktober 2,1 0,7 3,56 Nopember 2,0 0,7 5,42 Desember 1,9 0,6 7,31 2008 Januari 2,1 0,7 9,53 Februari 1,8 0,6 9,24 Maret 2,0 0,7 9,43 April 2,0 0,7 9,43 Mei 2,0 0,7 9,49 Juni 2,1 0,7 9,54 Juli 2,2 0,7 9,67 Agustus 2,1 0,7 6,79 Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008 Sama halnya dengan penggunaan benang pakan, pada Tabel 9 menunjukkan bahwa benang lungsi digunakan lebih banyak untuk memproduksi kain dobby. Penggunaan dan ketersediaan bahan baku terbesar terjadi pada bulan Juli 2008, hal ini dikarenakan tingginya produksi pada bulan tersebut. Lebih tingginya kebutuhan benang pakan dari pada benang lungsi dikarenakan proporsi penggunaan benang pakan lebih besar dari pada benang lungsi untuk menghasilkan kain tenun sutera.

5.3.2 Penggunaan Bahan Pembantu

Bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi kain sutera pada CV Batu Gede antara lain : soda as, zat pewarna direk, asam, kationik, naftol dan reaktif, kazesol, natrium silikat dan hidrogen peroksida. Bahan-bahan pembantu tersebut diperoleh perusahaan dengan melakukan pembelian pada toko kimia yang berada di pasar Anyar Bogor. Zat soda as digunakan untuk menghilangkan kotoran dan serisin pada benang sutera sehingga tekstur benang menjadi halus. 54 Serisin adalah protein albumin yang terdapat pada benang sutera mentah yang tidak larut dalam air dingin, tetapi menjadi lemah di dalam air panas dan larut di dalam alkali lemah seperti zat soda as. Zat pewarna direk, asam, kationik, naftol dan reaktif digunakan untuk memberikan warna pada serat benang sutera sehingga menghasilkan kain tenun warna. Kazesol digunakan untuk menghaluskan tekstur benang sutera dengan menghilangkan zat kanji pada benang sutera yang menyebabkan benang menjadi kaku. Natrium silikat digunakan untuk memutihkan benang atau kain sutera dan hidrogen peroksia sebagai zat oksidatornya. Penggunaan bahan-bahan pembantu untuk produksi kain dobby dan tenun warna pada CV Batu Gede selama periode 12 bulan masing-masing dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11. Tabel 10. Penggunaan Bahan Pembantu Untuk Produksi Kain Sutera Dobby pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan Tahun Bulan Produksi m Penggunaan Bahan Pembantu kg Soda As Kazesol Natrium Silikat Hid. Peroksida 2007 September 81,4 0,40 0,24 0,20 0,20 Oktober 83,1 0,41 0,25 0,21 0,21 Nopember 78,9 0,40 0,24 0,20 0,20 Desember 75,5 0,37 0,23 0,19 0,19 2008 Januari 82,2 0,41 0,25 0,21 0,21 Februari 73,7 0,37 0,22 0,18 0,18 Maret 79,1 0,40 0,24 0,20 0,20 April 79,4 0,40 0,24 0,20 0,20 Mei 80,9 0,41 0,24 0,20 0,20 Juni 82,6 0,41 0,25 0,21 0,21 Juli 86,6 0,44 0,26 0,22 0,22 Agustus 83,6 0,42 0,25 0,21 0,21 Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008 Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa bahan pembantu yang digunakan untuk produksi kain dobby pada CV Batu Gede adalah soda as, kazesol, natrium silikat dan hidrogen peroksida. Bahan pembantu yang paling banyak digunakan 55 adalah soda as, hal ini dikarenakan proporsi penggunaannya lebih besar daripada bahan pembantu lainnya. Setiap meter produksi kain sutera membutuhkan 0,005 kg soda as; 0,003 kg kazesol; 0,0025 kg natrium silikat; dan 0,0025 hidrogen peroksida. Tabel 11. Penggunaan Bahan Pembantu Untuk Produksi Kain Sutera Tenun Warna pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan Tahun Bulan Produksi m Penggunaan Bahan Pembantu kg Soda As Kazesol Natrium Silikat Hid. Peroksida Zat Pewarna 2007 September 27,1 0,14 0,08 0,07 0,07 0,14 Oktober 27,7 0,14 0,08 0,07 0,07 0,14 Nopember 26,3 0,13 0,08 0,07 0,07 0,13 Desember 25,2 0,13 0,08 0,06 0,06 0,13 2008 Januari 27,4 0,14 0,08 0,07 0,07 0,14 Februari 24,6 0,12 0,07 0,06 0,06 0,12 Maret 26,4 0,13 0,08 0,07 0,07 0,13 April 26,5 0,13 0,08 0,07 0,07 0,13 Mei 27,0 0,14 0,08 0,07 0,07 0,14 Juni 27,5 0,14 0,08 0,07 0,07 0,14 Juli 28,9 0,14 0,09 0,07 0,07 0,14 Agustus 27,9 0,14 0,08 0,07 0,07 0,14 Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008 Sama halnya dengan produksi kain dobby, pada Tabel 11 menunjukkan bahwa bahan pembantu yang digunakan untuk produksi kain tenun warna adalah soda as, kazesol, natrium silikat dan hidrogen peroksida. Komposisi kebutuhan bahan pembantu untuk produksi kain tenun warna sama dengan komposisi kebutuhan untuk produksi kain dobby. Namun dalam proses produksi kain tenun warna ini diperlukan bahan pembantu tambahan seperti zat pewarna untuk memperoleh jenis warna pada kain sesuai dengan permintaan. Komposisi zat pewarna yang dibutuhkan dalam produksi kain tenun warna adalah 0,005 kg per meter. Berdasarkan Tabel 10 dan 11, bahan pembantu yang paling banyak digunakan dalam produksi kain sutera pada CV Batu Gede adalah soda as dan zat pewarna. 56 Ketersediaan bahan-bahan pembantu di gudang untuk produksi kain dobby dan tenun warna pada CV Batu Gede selama periode 12 bulan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Ketersediaan Bahan Pembantu Untuk Produksi Kain Sutera pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan Tahun Bulan Ketersediaan Bahan Pembantu kg Soda As Kazesol Natrium Silikat Hid. Peroksida Zat Pewarna 2007 September 2,25 0,17 0,23 0,23 0,50 Oktober 2,50 0,34 0,45 0,45 0,25 Nopember 2,00 0,53 0,69 0,19 0,50 Desember 1,50 0,72 0,94 0,44 0,25 2008 Januari 2,50 0,40 0,66 0,16 0,40 Februari 1,75 0,10 0,42 0,42 0,25 Maret 2,33 0,28 0,65 0,65 0,33 April 2,00 0,47 0,89 0,89 0,40 Mei 1,67 0,64 1,12 0,62 0,50 Juni 1,50 0,81 1,34 0,84 0,25 Juli 2,25 0,97 1,56 1,06 0,50 Agustus 2,50 0,63 1,28 0,78 0,25 Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008 Pada tahap selanjutnya setelah melakukan pengadaan bahan baku dan bahan pembantu, perusahaan melakukan kegiatan produksi kain sutera yang terdiri dari beberapa proses. Proses produksi kain sutera pada CV Batu Gede yaitu: 1. Pembersihan getah benang degumming yarn Proses ini dilakukan melalui perebusan atau pemasakan benang sutera yang sudah dipintal dengan menggunakan zat Soda As. Soda As digunakan untuk menghilangkan getah serisin yang terdapat pada benang. Setelah perebusan atau pemasakan, pada benang lungsi dilakukan pengkanjian atau pemberian zat kazesol dan hidrogen peroksida agar benang tidak keras dan berbulu. Pengkanjian ini digunakan agar benang menjadi kuat, putih bersih dan lentur. 2. Pengelosan twisting lungsi Pengelosan atau penggulungan adalah kegiatan menggulung benang lungsi pada gulungan kelos. Gulungan kelos ini merupakan gulungan benang lungsi 57 yang berdiameter dua cm. Pengelosan dilakukan secara manual dengan tangan menggunakan alat kincir yang diputar. 3. Pemaletan twisting pakan Sama halnya dengan pengelosan, pemaletan ini merupakan kegiatan menggulung benang pakan pada gulungan palet dengan menggunakan alat kincir secara manual. Gulungan palet adalah gulungan benang pakan yang berukuran lebih kecil dari gulungan kelos yaitu berdiameter satu cm. 4. Pewarnaan atau pencelupan Proses ini dilakukan untuk menghasilkan kain tenun warna. Sebelumnya benang sutera diikat sesuai dengan motif yang diinginkan ikat lungsi, ikat pakan atau keduanya kemudian dicelup. Benang yang terikat tidak akan tercelup sehingga pada waktu bahan tersebut ditenun akan memberikan motif. Pencelupan dilakukan untuk memberikan warna secara merata. Disini bahan yang terikat tidak akan tercelup sehingga pada waktu bahan tersebut ditenun akan memberikan motif. Bahan sutera mempergunakan zat warna direk, asam, kationik, naftol dan reaktif. 5. Penghanian Penghanian merupakan kegiatan memasukkan dan mensejajarkan benang hasil gulungan pada alat hani. 6. Pencucukan Setelah benang dihani, maka selanjutnya dilakukan pencucukan yaitu benang pada alat hani dimasukkan pada alat tenun bukan mesin ATBM. 7. Penenunan Penenunan merupakan kegiatan menenun benang sutera secara manual dengan tangan menggunakan ATBM untuk menghasilkan kain tenun sutera. Proses penenunan ini, benang pakan dipasang secara horizontal dan benang lungsi dipasang secara vertikal pada ATBM. 8. Pembersihan kain tenun degumming cloth Proses ini dilakukan melalui perebusan kain tenun sutera dalam larutan soda as, setelah itu dijemur agar kain tidak kotor dan tidak kaku. Proses produksi kain tenun sutera pada CV Batu Gede di awali dari tahap pembersihan getah benang degumming yarn sampai dengan pembersihan kain 58 tenun degumming cloth, namun untuk produksi kain tenun jenis dobby putih polos tidak dilakukan tahap pewarnaan. Sedangkan untuk memproduksi kain tenun warna dilakukan proses pewarnaan pada benang setelah melalui tahap pengelosan dan pemaletan. Secara singkat, proses produksi kain tenun sutera pada CV Batu Gede dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Skema Proses Produksi Kain Tenun Sutera CV Batu Gede. 5.3.3 Penggunaan Tenaga Kerja Langsung TKL Seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya mengenai organisasi dan ketenagakerjaan perusahaan, CV Batu Gede memiliki tenaga kerja tidak langsung dan tenaga kerja langsung. Tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja yang tidak melakukan rangkaian proses produksi kain tenun sutera, yaitu staf adminsitrasi, supir dan petani sutera. Sedangkan tenaga kerja langsung TKL merupakan tenaga kerja yang melakukan seluruh tahap proses produksi Kain Dobby Pewarnaan Kain Warna Degumming Yarn Pengelosan Pemaletan Penghanian Pencucukan Penenunan Degumming Cloth Penghanian Pencucukan Penenunan Degumming Cloth 59 kain tenun sutera baik dobby ataupun warna. Tenaga kerja langsung pada CV Batu Gede merupakan tenaga kerja pemborong yang melakukan semua kegiatan produksi kain tenun sutera. Artinya TKL tersebut bukan tenaga kerja tetap perusahaan melainkan tenaga kerja yang digunakan perusahaan untuk memproduksi kain tenun sutera berdasarkan order atau pesanan yang ada perusahaan. maka dari itu sewaktu-waktu TKL ini dapat beralih ke perusahaan lain atau mengerjakan jenis pekerjaan lain sesuai dengan keahlian mereka apabila perusahaan tidak melakukan produksi lagi atau adanya penurunan produksi. Tenaga kerja langsung perusahaan berjumlah sepuluh orang melakukan proses produksi kain tenun dobby dan warna masing-masing lima orang. Jumlah hari dan jam kerja mereka disesuaikan dengan produksi kain sutera perusahaan. Hari orang kerja HOK per periode satu bulan pada CV Batu Gede adalah 24 – 26 HOK. Berdasarkan data produksi perusahaan baik untuk produksi kain dobby maupun kain warna, penggunaan tenaga kerja langsung mengenai jumlah pekerja, jam kerja, HOK dan ketersediaan jumlah jam kerja selama periode produksi dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14. Tabel 13. Penggunaan dan Ketersediaan Tenaga Kerja Langsung Produksi Kain Tenun Dobby pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan Tahun Bulan Produksi m Jumlah TKL orang Jam Kerjahari jam HOK hari Ketersediaan jam 2007 September 81,4 5 7 25 875 Oktober 83,1 5 7 26 910 Nopember 78,9 5 7 25 875 Desember 75,5 5 7 26 910 2008 Januari 82,2 5 7 26 910 Februari 73,7 5 7 24 840 Maret 79,1 5 7 26 910 April 79,4 5 7 25 875 Mei 80,9 5 7 26 910 Juni 82,6 5 7 25 875 Juli 86,6 5 7 26 910 Agustus 83,6 5 7 26 910 Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008 60 Tabel 13 menunjukkan bahwa jumlah ketersediaan jam kerja TKL paling sedikit terdapat pada bulan Februari 2008, hal ini dikarenakan jumlah produksi pada bulan tersebut paling sedikit daripada bulan lainnya sehingga penggunaan HOK untuk memproduksi kain tenun dobby pada bulan tersebut paling kecil dibandingkan bulan lainnya. Jumlah ketersediaan jam kerja TKL diperoleh dengan cara mengalikan jumlah pekerja, jam kerja per hari dan HOK-nya. Penggunaan dan ketersediaan TKL untuk produksi kain tenun warna pada CV Batu Gede dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Penggunaan dan Ketersediaan Tenaga Kerja Langsung Produksi Kain Tenun Warna pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan Tahun Bulan Produksi m Jumlah TKL orang Jam Kerjahari jam HOK hari Ketersediaan jam 2007 September 27,1 5 7 25 875 Oktober 27,7 5 7 26 910 Nopember 26,3 5 7 25 875 Desember 25,2 5 7 26 910 2008 Januari 27,4 5 7 26 910 Februari 24,6 5 7 24 840 Maret 26,4 5 7 26 910 April 26,5 5 7 25 875 Mei 27,0 5 7 26 910 Juni 27,5 5 7 25 875 Juli 28,9 5 7 26 910 Agustus 27,9 5 7 26 910 Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008 Sama halnya dengan produksi dobby, Tabel 14 menunjukkan bahwa jumlah ketersediaan jam kerja TKL untuk memproduksi kain tenun warna paling sedikit terjadi pada bulan Februari 2008, hal ini dikarenakan jumlah produksi pada bulan tersebut paling sedikit daripada bulan lainnya sehingga penggunaan HOK pada bulan tersebut paling kecil dibandingkan bulan lainnya. Sedangkan rata-rata jumlah HOK per bulan untuk bulan lainnya adalah sama sehingga ketersediaan jam kerja TKL untuk produksi kain tenun warna rata-rata sama setiap bulannya. Hal ini dikarenakan produksi kain tenun warna setiap bulannya hanya mengalami peningkatan yang relatif sedikit. 61

5.3.4 Penggunaan Alat Tenun Bukan Mesin ATBM

Alat Tenun Bukan Mesin ATBM digunakan oleh tenaga kerja langsung perusahaan pada proses penenunan sutera baik untuk produksi kain tenun dobby maupun warna. CV Batu Gede memiliki dua buah unit ATBM dalam kegiatan produksinya masing-masing satu unit untuk produksi kain tenun dobby dan warna. Penggunaan dan ketersediaan jam kerja ATBM untuk memproduksi kain dobby dan warna dapat dilihat pada Tabel 15 dan 16. Tabel 15. Penggunaan dan Ketersediaan Jam Kerja ATBM untuk Produksi Kain Tenun Dobby pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan Tahun Bulan Produksi m Jumlah Mesin unit Jam Kerjahari jam HOK hari Ketersediaan jam 2007 September 81,4 1 7 25 175 Oktober 83,1 1 7 26 182 Nopember 78,9 1 7 25 175 Desember 75,5 1 7 26 182 2008 Januari 82,2 1 7 26 182 Februari 73,7 1 7 24 168 Maret 79,1 1 7 26 182 April 79,4 1 7 25 175 Mei 80,9 1 7 26 182 Juni 82,6 1 7 25 175 Juli 86,6 1 7 26 182 Agustus 83,6 1 7 26 182 Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008 Pada Tabel 15 menunjukkan bahwa ketersediaan jam kerja ATBM untuk produksi kain dobby diperoleh dari perhitungan hasil perkalian antara jumlah mesin yang digunakan, jam kerja per hari dan ketersediaan HOK. Ketersediaan jam kerja ATBM untuk produksi kain dobby paling sedikit terdapat pada periode bulan Februari 2008. Hal ini dikarenakan HOK pada bulan tersebut jumlahnya sedikit dibandingkan bulan-bulan lainnya. 62 Tabel 16. Penggunaan dan Ketersediaan Jam Kerja ATBM untuk Produksi Kain Tenun Warna pada CV Batu Gede Selama Periode 12 Bulan Tahun Bulan Produksi m Jumlah Mesin unit Jam Kerjahari jam HOK hari Ketersediaan jam 2007 September 27,1 1 7 25 175 Oktober 27,7 1 7 26 182 Nopember 26,3 1 7 25 175 Desember 25,2 1 7 26 182 2008 Januari 27,4 1 7 26 182 Februari 24,6 1 7 24 168 Maret 26,4 1 7 26 182 April 26,5 1 7 25 175 Mei 27,0 1 7 26 182 Juni 27,5 1 7 25 175 Juli 28,9 1 7 26 182 Agustus 27,9 1 7 26 182 Sumber : Data Produksi CV Batu Gede Bogor 2008 Tabel 15 dan 16 menunjukkan bahwa penggunaan dan ketersediaan jam kerja ATBM besarnya sama baik untuk memproduksi kain tenun dobby atau tenun warna. Hal ini dikarenakan penggunaan dan ketersediaan jam kerja ATBM tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi yang ada. Jam kerja ATBM tersebut tersedia selama ATBM masih berfungsi untuk melakukan produksi perusahaan.

5.4 Biaya Produksi