Metode Analisis Data METODE PENELITIAN

42 baik jenis dobby maupun tenun warna. Nilai koefisien dari pertidaksamaan fungsi kendala jam kerja ATBM menunjukkan jam kerja ATBM yang diperlukan untuk menghasilkan kain sutera. Nilai sebelah kanan kendala menunjukkan jumlah jam kerja ATBM selama periode yang dianalisis. Kendala ketersediaan jam kerja ATBM dirumuskan sebagai berikut : ij ij i j ij g X G     2 1 12 1 Keterangan : = Koefisien penggunaan jam kerja ATBM untuk aktivitas ke-i pada bulan ke-j jammbulan. ij g = Ketersediaan jam kerja ATBM untuk menghasilkan produk ke-i pada bulan ke-j selama periode analisis jam.

4.4.8 Kendala Permintaan

Permintaan yang berfluktuasi dapat mempengaruhi keuntungan dan produksi yang harus dihasilkan oleh perusahaan. Jumlah produksi aktual masih lebih kecil dari jumlah permintaan pada perusahaan. Kendala permintaan digunakan untuk mengetahui batas produksi yang harus dihasilkan oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan yang ada. Kendala permintaan untuk produk kain sutera dirumuskan sebagai berikut : ij ij H X  Keterangan : ij X = Jumlah aktivitas produksi dari produk ke-i pada bulan ke-j m ij H = Jumlah permintaan untuk setiap produk ke-I pada bulan ke-j selama periode analisis m

4.5 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data diolah dan diformulasikan ke dalam model program linier. Secara komputerisasi, data diolah dengan bantuan LINDO Linear Interactive of Discrete Optimizer. LINDO merupakan salah satu perangkat lunak komputer yang dapat membantu memecahkan permasalahan optimalisasi produksi. Perangkat lunak ini terdiri dari input berupa fungsi tujuan dan kendala serta output berupa penyelesaian optimal. Hasil pengolahan data akan ij G 43 dianalisis dengan menggunakan beberapa metode analisis yaitu analisis primal, dual, sensitivitas dan post optimal.

4.5.1 Analisis Primal

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kombinasi produk terbaik yang dapat menghasilkan tujuan yang optimal. Pada penelitian ini, analisis primal dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan maksimisasi Z dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya terbatas yang dijadikan sebagai kendala produksi. Analisis ini dapat membandingkan tingkat produksi aktual dengan tingkat produksi optimal, sehingga hasil dari analisis ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi perusahaan dan rekomendasi produksi untuk periode yang akan datang.

4.5.2 Analisis Dual

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui nilai terhadap status atau penggunaan sumberdaya. Status sumberdaya dapat dilihat dari nilai kekurangan slack atau kelebihan surplus dan nilai dual. Nilai dual menunjukkan perubahan yang akan terjadi pada fungsi tujuan apabila sumberdaya berubah sebesar satu satuan. Apabila nilai slack atau surplus lebih dari nol dan nilai dualnya sama dengan nol, maka artinya sumberdaya yang digunakan merupakan sumberdaya yang berlebih atau tidak menjadi kendala. Sumberdaya yang berlebih termasuk kedalam sumberdaya tidak aktif pasif yaitu kendala yang tidak habis terpakai dalam proses produksi dan tidak mempengaruhi fungsi tujuan apabila terjadi penambahan sumberdaya sebesar satu satuan. Sumberdaya yang nilai dualnya lebih dari nol menunjukkan bahwa sumberdaya bersifat langka atau aktif dan termasuk kendala yang membatasi nilai fungsi tujuan. Apabila nilai slack atau surplus dan nilai dualnya sama dengan nol maka artinya penambahan atau pengurangan sumberdaya tidak akan berpengaruh terhadap nilai solusi optimalnya. Nilai dual dapat dilihat dari nilai harga bayangan shadow price yaitu batas nilai harga tertinggi suatu sumberdaya yang masih dapat dijangkau oleh perusahaan yang tidak merubah kondisi optimal. 44

4.5.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana jawaban optimal masih dapat diterapkan apabila terjadi perubahan parameter yang membangun model. Perubahan parameter meliputi perubahan pada nilai koefisien fungsi tujuan dan ketersediaan sumberdaya yang ditunjukkan oleh nilai sebelah kanan dari fungsi kendala. Analisis ini juga digunakan untuk memberikan selang perubahan fungsi tujuan tanpa mempengaruhi nilai optimal variabel keputusan. Pengaruh perubahan dapat dilihat dari selang kepekaan yang terdiri dari batas minimum allowable decrease dan batas maksimum allowable increase. Batas minimum merupakan batas penurunan nilai parameter yang diperbolehkan agar tidak mengubah kondisi optimal. Batas maksimum menunjukkan batas kenaikan nilai parameter yang diperbolehkan agar kondisi optimal tidak berubah. Semakin kecil atau sempit selang kepekaan yang terjadi pada suatu parameter model, maka parameter tersebut akan semakin peka dalam mengubah solusi optimal yang dihasilkan. Analisis sensitivitas sangat penting untuk dilakukan karena dalam dunia nyata akan menghadapi ketidakpastian yang menyebabkan adanya perubahan. Analisis ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pemecahan optimalisasi baru yang sesuai dengan perhitungan tambahan yang minimum.

4.5.4 Analisis Post Optimal

Analisis post optimal dilakukan untuk mempelajari nilai-nilai dari peubah- peubah pengambilan keputusan dalam suatu model jika terdapat perubahan terhadap parameter yang membentuk model. Analisis post optimal menyangkut analisis terhadap koefisien fungsi tujuan, koefisien teknologi, nilai sebelah kanan model dan adanya tambahan peubah pengambil keputusan baru. Selain itu, analisis ini berguna untuk mengetahui perubahan solusi optimal sebagai respon terhadap perubahan-perubahan parameter input. Pada penelitian ini, analisis post optimal akan digunakan dengan melakukan perubahan terhadap input produksi yaitu menaikkan total biaya bahan baku benang sutera dan mengurangi jumlah tenaga kerja langsung TKL. Kenaikan biaya bahan baku benang sutera diasumsikan sebesar 20 persen. Hal ini didasarkan dari pengalaman perusahaan terhadap perubahan harga benang 45 sutera. Harga benang sutera pada tahun 2005 yaitu Rp 240.000,00 sedangkan pada tahun 2006 menjadi Rp 265.000,00 per kg, bahkan pada tahun 2007 harga benang sutera mencapai Rp 300.000,00 per kg. Hal ini berarti peningkatan harga benang sutera yang pernah terjadi berkisar antara 10 sampai 15 persen. Maka dari itu, asumsi kenaikan sebesar 20 persen didasarkan sebagai antisipasi apabila terjadi kenaikan harga yang lebih besar. Pengurangan jumlah TKL didasarkan karena tenaga kerja langsung pada proses produksi kain sutera di CV Batu Gede merupakan tenaga kerja borongan bukan tenaga kerja tetap, sehingga hal yang dapat terjadi adalah beralihnya tenaga kerja borongan untuk mencari pekerjaan jenis yang lain. Maka dari itu ketersediaan jumlah tenaga kerja langsung untuk produksi kain tenun warna diasumsikan berkurang dari lima orang menjadi tiga orang. Selain itu, perubahan peningkatan harga benang sutera dan pengurangan jumlah TKL yang dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan jam kerja TKL, dimungkinkan dapat terjadi pada kurun waktu yang sama. Maka dari itu, perlu dianalisis perubahan solusi optimal terhadap perubahan-perubahan input produksi yang dapat terjadi secara bersamaan. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka analisis post optimal ini akan dilakukan dengan menggunakan beberapa skenario, yaitu : Skenario I : Menaikkan total biaya bahan baku benang sutera sebesar 20 persen. Skenario II : Menurunkan jumlah tenaga kerja langsung untuk produksi kain tenun warna menjadi tiga orang. Skenario III : Menaikkan total biaya bahan baku benang sutera sebesar 20 persen dan menurunkan jumlah tenaga kerja langsung untuk produksi kain tenun warna menjadi tiga orang.

4.6 Definisi Operasional