124 Untuk nilai sensitivitas sebelah kanan kendala pada skenario 3, secara
keseluruhan sama dengan hasil nilai skenario 2. Hal ini dikarenakan fungsi kendala model di uji dengan menggunakan asumsi yang sama dengan skenario 2
yaitu mengurangi jumlah TKL, sehingga koefisien fungsi sebelah kanan kendala berubah dari kondisi optimal awal. Kendala yang menjadi pembatas adalah
kendala ketersediaan jam kerja TKL dan jam kerja ATBM, artinya kedua kendala memiliki nilai batas kenaikan atau penurunan sebesar tertentu. Secara
keseluruhan, hasil analisis post optimal skenario 3 menunjukkan informasi kepada perusahaan untuk lebih mengendalikan produksinya dengan mengefisienkan
sumberdaya yang dimilikinya terutama bahan baku, TKL dan ATBM.
6.7 Perbandingan Kondisi Aktual Perusahaan, Optimal Awal, Post Optimal Skenario 1, 2 dan 3
Berdasarkan analisis optimalisasi produksi yang dilakukan, maka hasil kombinasi output produksi kain sutera pada CV Batu Gede dengan menggunakan
kombinasi input yang dimiliki perusahaan pada solusi optimal awal dan dengan melakukan perubahan pada kombinasi input termasuk biaya total bahan baku serta
jam kerja tenaga kerja langsung terdapat perbedaan. Perbedaan atau perbandingan hasil kombinasi output antara kondisi aktual, solusi optimal dan skenario post
optimal dapat dilihat pada Tabel 56. Pada Tabel 56 menunjukkan bahwa jumlah kombinasi produksi optimal
berbeda dengan kondisi aktual. Jumlah produksi kain sutera jenis dobby pada solusi optimal lebih besar dibandingkan dengan jumlah produksi aktualnya.
Sedangkan jumlah produksi kain sutera jenis tenun warna pada solusi optimal menunjukkan jumlah yang lebih kecil dari jumlah produksi aktualnya.
Kombinasi jumlah produksi pada kondisi skenario 1 tidak berbeda dengan kondisi solusi awal. Artinya, perubahan kenaikan biaya total bahan baku benang
sutera pada skenario 1 masih berada pada selang kepekaan solusi awal. Selain itu, presentase biaya bahan baku masih kecil terhadap biaya total produksi sehingga
tidak terlalu berpengaruh terhadap solusi optimal awal. Sedangkan kombinasi jumlah produksi pada kondisi skenario 2 dan 3 hampir sama dengan kondisi
aktual perusahaan. Hal ini menunjukkan perusahaan tetap harus fokus pada produksi kain sutera jenis dobby untuk mencapai kondisi optimal.
Tabel 56. Perbandingan Kombinasi Produksi dan Nilai Keuntungan antara Kondisi Aktual, Optimal Awal, Skenario 1, Skenario 2
serta Skenario 3
Tahun Bulan
Aktual Optimal Awal
Skenario 1 Skenario 2
Skenario 3 Dobby
m Warna
m Dobby
m Warna
m Dobby
m Warna
m Dobby
m Warna
m Dobby
m Warna
m
2007 September
81,4 27,1
93,6 23,0
93,6 23,0
81,4 27,1
81,5 27,1
Oktober 83,1
27,7 95,6
23,5 95,6
23,5 83,1
27,7 83,1
27,7 Nopember
78,9 26,3
90,7 22,4
90,7 22,3
78,9 26,3
78,9 26,3
Desember 75,5
25,2 86,9
21,4 86,9
21,4 75,5
25,2 75,5
25,2
2008 Januari
82,2 27,4
94,5 23,3
94,5 23,3
81,9 27,4
81,9 27,5
Februari 73,7
24,6 84,7
20,9 84,7
20,9 73.,7
24,6 73,7
24,6 Maret
79,1 26,4
91,0 22,4
91,0 22,4
79,1 26,4
79,1 26,4
April 79,4
26,5 91,3
22,5 91,3
22,5 79,1
26,7 79,1
26,6 Mei
80,9 27,0
93,1 22,9
93,1 22,9
80,9 27,0
80,9 27,0
Juni 82,6
27,5 95,0
23,4 95,0
23,4 82,7
27,5 82,7
27,5 Juli
86,6 28,9
99,5 24,6
99,5 24,6
86,5 28,9
86,5 28,9
Agustus 83,6
27,9 96,2
23,7 96,2
23,7 83,6
27,9 83,6
27,9
Keuntungan Rp 82.862.122,62
Rp 85.057.260,00 Rp 76.740.350,00
Rp 82.893.570,00 Rp 75.157.860,00
71 Secara keseluruhan, perbandingan nilai keuntungan pada Tabel 56
menunjukkan nilai terendah pada hasil post optimal skenario 3. Hal ini dikarenakan kenaikan biaya bahan baku benang sutera dan pengurangan jam kerja
tenaga kerja langsung yang terjadi secara bersamaan menyebabkan keuntungan optimal semakin menurun. Namun dari dua perubahan yang terjadi, nilai
keuntungan yang paling rendah terjadi ketika adanya kenaikan total biaya bahan baku benang sutera sebesar 20 persen skenario 1. Pada skenario 1 tersebut dapat
juga dilihat perubahan kombinasi jumlah produksi yang signifikan terhadap kondisi aktual perusahaan dan hampir sama dengan kombinasi produksi pada
solusi optimal awal. Maka dari itu, hasil analisis post optimal menunjukkan bahwa model optimalisasi produksi kain sutera pada CV Batu Gede lebih peka
berubah terhadap perubahan yang terjadi akibat adanya kenaikan biaya bahan baku benang sutera.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN