I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor industri Indonesia tumbuh dengan laju rata-rata diatas 10 persen per tahun. Hal ini selaras dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB
ekonomi yang tumbuh dengan rata-rata tujuh persen per tahun. Peran PDB sektor industri terhadap PDB Nasional meningkat pada tahun 2005 dari 25,24 persen
menjadi 25,71 persen pada tahun 2006 dan 26,01 persen pada tahun 2007. Salah satu subsektor industri Indonesia adalah Industri Kecil Menengah IKM. Peran
PDB IKM terhadap PDB Nasional berkisar antara 38 – 39 persen pada tahun 2006
hingga tahun 2007
.
Perkembangan jumlah usaha dan nilai produksi IKM tahun 2006
– 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.
1
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Usaha dan Nilai Produksi IKM untuk Komoditas Prioritas Tahun 2006
– 2007 Di Indonesia
No
.
Komoditas IKM
Unit Usaha unit
Laju Pertum
buhan Nilai Produksi
Juta Rp Laju
Pertum buhan
2006 2007
2006 2007
1. Makanan
Ringan
66.288 68.277
3,00 1.996.201,00 2.154.314,00
7,92
2. Sutera Alam
32.547 33.524
3,00 347.898,00
379.068,00 8,96
3. Penyamakan
Kulit
386 398
3,11 141.367,00
148.638,00 5,14
4. CPO-IKM
11 12
9,10 1.114.807,00 1.212.613,00
8,77
5. Pupuk
412 425
3,15 142.133,00
152.407,00 7,23
6. Garam
2.866 2.952
3,00 156.239,00
167.333,00 7,10
7. Genteng
197.909 203.846
3,00 3.870.177,00 4.095.505,00
5,82
8. Alsintan
404 416
2,97 32.403,00
35.214,00 8,67
9. Motorisasi
Kapal Nelayan
2.516 2.591
2,98 83.604,00
91.003,00 8,85
10. Kapal Kecil
2.010 2.070
2,98 350.150,00
380.214,00 8,59
11. Mesin Alat
Pertanian Tradisional
24.324 25.054
3,00 467.352,00
496.130,00 6,16
12. Tenun
Tradisional
185.458 191.021
3,00 1.119.154,00 1.218.650,00
8,89
13. Perhiasan
18.955 19.524
3,00 866.379,00
935.801,00 8,01
14. Anyaman
659.967 679.766
3,00 1.567.795,00 1.705.622,00
8,79 Angka Estimasi
Sumber : Direktorat Jenderal Industri dan Dagang Kecil Menengah 2008
1
Http: ikm.depperin.go.id. Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah. Diakses
tanggal 20 Januari 2009.
2 Tabel 1 menunjukkan perkembangan berbagai jenis komoditas prioritas
industri kecil dan menengah pada tahun 2006 – 2007. Dilihat dari segi laju
pertumbuhan produksi dari tahun 2006 ke tahun 2007, komoditas sutera alam memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi walaupun jumlah unit dan nilai
produksinya bukan yang tertinggi dibandingkan komoditas lainnya. Hal ini menunjukkan komoditas sutera alam memiliki potensi untuk dikembangkan.
Industri Kecil Menengah IKM merupakan industri penggerak perekonomian daerah yang memproduksi barang dan jasa dengan menggunakan bahan baku
utamanya berbasis pada pendayagunaan sumber daya alam, bakat dan karya seni tradisional dari daerah setempat. Lingkup komoditas prioritas pada IKM antara
lain: makanan ringan, sutera alam, penyamakan kulit, minyak sawit CPO-IKM, pupuk alam dan organik, garam, genteng, alsintan, kapal kecil kurang dari 100
GT, motorisasi kapal nelayan, alat pertanian tradisional, tenun tradisional, perhiasan dan anyaman
2
. Sutera alam merupakan salah satu subsektor agro-industri yang memiliki
potensi untuk dikembangkan karena memiliki berbagai keunggulan yaitu seluruh bahan baku tersedia dan berasal dari sumber daya alam lokal. Berdasarkan sistem
agribisnis, sutera alam merupakan kegiatan dengan rangkaian usaha yang cukup panjang, menjadi bagian dari pengembangan di bidang pertanian dan kehutanan
yang dikaitkan dengan kegiatan agroindustri. Kegiatan usaha sutera alam terbagi dalam dua segmen, yaitu produksi bahan mentah dalam hal ini kepompong ulat
sutera kokon yang disebut industri hulu dan segmen produksi pengelolaan bahan mentah menjadi bahan baku industri dalam hal ini benang sutera dan pengelolaan
bahan baku benang sutera menjadi hasil jadi kain sutera yang disebut industri hilir
3
. Produk berbasis sutera alam memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Hal itu
dikarenakan selain teknologi yang digunakan relatif sederhana, kegiatan sutera alam bersifat padat karya yaitu hasil dari keterampilan tangan dan dapat menjadi
sumber pendapatan masyarakat, sehingga kegiatan ini merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan peranan sektor pertanian dan kehutanan dalam
2
Http: ikm.depperin.go.id. Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah. Diakses tanggal 20 Januari 2009.
3
Http:www.bi.go.idsipuk. Latar Belakang Budidaya Sutera. Diakses tanggal 28 Agustus 2008.
3 mendorong perekonomian masyarakat. Produk benang sutera merupakan
komoditas ekspor yang menjadi bahan baku industri lain di dalam maupun luar negeri, sehingga dapat meningkatkan devisa, menyerap tenaga kerja, dan memiliki
keterkaitan yang erat dengan sektor atau subsektor lain diluar subsektor agroindustri
4
. Permintaan pasar akan produk sutera alam, khususnya kain sutera relatif
tidak terpengaruh oleh perubahan situasi ekonomi karena mengandalkan konsumen kelas masyarakat menengah dan atas. Selain itu, penggunaan kain
sutera tidak saja terbatas untuk kebutuhan sandang tetapi telah meluas untuk kebutuhan tekstil non-sandang seperti dekorasi dan interior hotel-hotel, gedung
perkantoran dan lain-lain. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan pasar terhadap kain sutera
5
. Volume impor sutera alam dari berbagai negara produsen sutera seperti
China, India, Jepang, Korea dan Brazil lebih banyak pada hasil budidaya ulat sutera produksi kokon dan benang sutera. Kenyataan ini sangat bertolak
belakang dengan potensi sumber daya alam yang menunjang bagi pengembangan budidaya murbei dan pemeliharaan kokon di Indonesia. Dengan demikian pasar
bagi pemenuhan kebutuhan kokon dan benang dalam negeri masih terbuka. Sedangkan untuk volume ekspor banyak pada produksi kain dan barang jadi. Hal
tersebut menunjukkan masih besarnya respon pasar luar negeri untuk produk- produk hilir persuteraan alam, baik dalam bentuk kain maupun barang jadi seperti
kemeja, dasi, kaos kaki dan lain-lain. Serta besarnya volume ekspor kain dan barang jadi berbasis sutera menunjukkan perkembangan yang positif
4
. Peningkatan permintaan produk sutera alam dunia merupakan peluang
bagi Indonesia untuk memproduksi sutera alam yang lebih optimal. Ekspor sutera alam Indonesia saat ini telah mencakup berbagai negara, antara lain : Malaysia,
Jepang, Turki, Yunani, Jerman, Amerika dan Spanyol
6
. Nilai dan perkembangan ekspor sutera alam di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
4
Http:www.bi.go.idsipuk. Latar Belakang Budidaya Sutera. Diakses tanggal 28 Agustus 2008.
5
Http:pdf.usaid.gov. Pengembangan Komoditi Unggulan LPE Al-Syura. Diakses tanggal 28 Agustus 2008.
6
Http:www.bi.go.idsipuk. Aspek Pemasaran Sutera: Prospek Pemasaran. Diakses tanggal 28 Agustus 2008.
4
Tabel 2. Nilai dan Perkembangan Ekspor Produk Sutera Alam Indonesia Tahun 2003-2006
Tahun Nilai Ekspor US
Perkembangan
2003 275.993
- 2004
365.844 32,56
2005 1.866.493
410,19 2006
1.972.568 5,68
Sumber : Badan Pusat Statistik 2007
7
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai ekspor produk sutera alam di Indonesia dari tahun 2003 sampai tahun 2006 mengalami peningkatan. Nilai ekspor dari
tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 berkembang positif. Persentase perkembangan nilai ekspor terbesar terjadi pada periode tahun 2005. Hal ini
dikarenakan permintaan untuk ekspor pakaian jadi berbasis sutera pada tahun tersebut meningkat tajam seiring dengan berkembangnya dunia mode di berbagai
negara. Walaupun demikian, secara keseluruhan nilai ekspor produk sutera alam di Indonesia meningkat, hal ini berarti peluang bisnis pesuteraan alam di
Indonesia masih menjanjikan. Ekspor yang berkembang positif karena adanya permintaan produk sutera
yang meningkat dan potensi pasar dunia yang cukup besar merupakan momentum dan peluang bagi Indonesia untuk memacu peningkatan produktivitas sutera alam.
Oleh karena itu perlu diketahui dan dianalisis sejauh mana produksi sutera alam khususnya produk kain sutera mencapai produksi yang optimal sehingga dapat
memaksimumkan keuntungan dan meningkatkan pendapatan para pengusaha sutera. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam produksi sutera alam adalah
CV Batu Gede yang terletak di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat.
1.2 Perumusan Masalah