Sejarah Areal Pendugaan Biomassa dan Potensi Karbon Terikat di Atas Permukaan Tanah Pada Hutan Gambut Merang Bekas Terbakar di Sumatera Selatan

Berdasarkan peta rawan kebakaran, menunjukkan bahwa area dalam tingkat kerawanan yang tinggi. Sumber: Solichin 2008 Gambar 6. Peta Citra Hot spot di MPDF Sumatera Selatan Pada Gambar 6 dapat dilihat mengenai titik api pada areal MPDF bahwa pertama kali hotspot muncul pada tahun 1997 yang terjadi di areal hutan yang terdegradasi yang berada disekitar sungai. Selanjutnya tahun 1998 sampai tahun 2000 tidak ditemukan adanya titip api, dan ditemukan kembali adanya titik pada tahun 2003 karena adanya kegiatan penebangan di areal proyek yang diusulkan. Kegiatan ini mengakibatkan jumlah titik api semakin banyak, hal tersebut terlihat pada citra satelit tahun 2004, kemudian titik api mulai tidak ditemukan lagi pada tahun 2005. Hingga akhirnya pada tahun 2006 merupakan puncak dimana banyak ditemukannya titik api dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kejadian kebakaran hutan di MPDF pada tahun 2006 diduga disebabkan karena semakin banyaknya areal yang terdegradasi akibat dari kegiatan penebangan liar maupun akibat terjadinya kebakaran berulang yang menyebabkan hutan menjadi areal terdegradasi sehingga rentan untuk terjadinya kebakaran hutan. Kegiatan illegal logging menyisakan limbah sisa penebangan yang dapat menjadi bahan bakar yang sangat potensial dan apabila terdapat sumber penyulutan maka akan memicu terjadinya kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 2006 di areal MPDF selain dipengaruhi oleh aktivitas illegal logging maupun kebakaran hutan tahun sebelumnya yang menyebabkan degradasi hutan juga dipengaruhi oleh faktor iklim curah hujan, suhu dan kelembaban. Faktor iklim merupakan faktor pendukung untuk terjadinya kebakaran hutan, dapat dilihat pada gambar 7, 8 dan 9. Berdasarkan hasil pengukuran Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Kenten Palembang terhadap data curah hujan bulanan di Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin dari bulan Januari sampai Desember tahun 2005, 2006 dan 2007 Gambar 7. Gambar 7. Grafik Curah Hujan Bulanan di Wilayah Bayung Lincir Kabupaten Musi Banyuasin Grafik di atas menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian terjadi perbedaan curah hujan dan terdapat bulan yang tidak mengalami kejadian hujan yaitu pada bulan Agustus 2006 dan pada tahun 2007 terdapat data curah hujan paling rendah dibandingkan dengan bulan lain yaitu sebesar 5 mmbulan. Pada bulan tersebut merupakan bulan yang sangat rentan terjadinya kebakaran hutan, hal ini terbukti, bahwa kejadian kebakaran hutan di lokasi penelitian yang terjadi pada tahun 2006 diperkirakan terjadi pada bulan Agustus hingga Oktober yang ditandai dengan adanya bulan kering. Oleh karena itu, pada periode inilah dimulainya proses akumulasi pengeringan dan penumpukan bahan bakar sehingga kadar airnya semakin menurun dan apabila terdapat sumber penyulutan maka bahan bakar tersebut akan relatif mudah untuk terbakar. Untuk data pengukuran suhu dan kelembaban udara menggunakan data hasil pengukuran Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Kenten Palembang di Desa Tulung Salapan karena secara umum kondisi cuaca di Palembang hampir sama. Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa suhu udara bulanan maksimal pada tahun 2006 terjadi pada bulan Oktober sebesar 28,9°C sedangkan suhu udara minimal pada bulan Januari sebesar 26,4°C. Sedangkan suhu udara bulanan maksimal pada tahun 2007 terjadi pada bulan Mei dan September sebesar 27,5°C dan minimal pada bulan Desember 26,4°C Gambar 8. Gambar 8. Grafik Suhu Udara Bulanan °C di Wilayah Tulung Salapan Untuk kelembaban udara bulanan maksimal terjadi pada tahun 2006 yaitu pada bulan Januari hingga Juni sebesar 87, sedangkan kelembaban udara minimum pada bulan Oktober sebesar 71. Pada tahun 2007 kelembaban udara maksimal pada bulan Januari sebesar 88 dan kelembaban udara minimal pada bulan September sebesar 78. Semakin tinggi suhu berarti kelembaban udara semakin rendah, hal ini berarti bahwa daerah tersebut berpeluang besar terhadap kejadian kebakaran hutan. Hal ini dapat dilihat bahwa kejadian kebakaran pada bulan Agustus hingga Oktober 2006 ditandai dengan meningkatnya suhu dan rendahnya kelembaban udara. Gambar 9. Grafik Kelembaban Udara Bulanan di Wilayah Tulung Salapan BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga bulan Agustus tahun 2009 di hutan gambut merang bekas terbakar yang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Untuk identifikasi spesies tumbuhan dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Cibinong dan analisis biomassa dan karbon terikat berdasarkan bagian-bagian pohon batang, cabang, ranting dan daun, tumbuhan bawah, serasah dan nekromasa dilakukan di Laboratorium Kimia Kayu Puslitbang Hutan, Departemen Kehutanan pada bulan Agustus hingga November 2009. Gambar 10. Peta Lokasi Penelitian

4.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompas, GPS Global Positioning System Garmin 60CSx, bor gambut, paralon untuk patok, phi band, paranggolok, meteran panjang 50 m dan 100 m, terpal 2 x 3 m, tambang, tali rafia, timbangan 25 kg, 50 kg, timbangan analitik 5 kg, chainsaw, karabiner dan webing, gunting daun, cawan porselen, tanur, eksikator, kamera serta alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tali rafia, kertas koran, alkohol 70, kantong plastik 2 kg, kertas label, cat semprot merah, amplop, sealed plastic untuk menyimpan sampel, serta tally sheet. a b c d Gambar 11. Peralatan Penelitian Keterangan : a Timbangan 5 kg, 25 kg dan 50 kg, timbangan analitik 5 kg, meteran 100 m, pita diameter, tali tambang dan gunting daun b Gergaji dan parang c Patok yang terbuat dari pipa, tali tambang, GPS, kompas, meteran dan pita diameter d Chainsaw

4.3 Jenis Data

Data- data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer : data yang diperoleh langsung dari kegiatan di lapangan yaitu diameter dan tinggi pohon, berat basah total berdasarkan bagian-bagian