Distribusi Diameter Pohon Hasil .1 Komposisi Jenis

Dyera costulata, meranti dan beberapa jenis lainnya namun dalam jumlah yang sedikit.

5.1.1.2 Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Berkayu dan Tidak Berkayu

Hasil analisis vegetasi pada tumbuhan bawah ditemukan 14 jenis tumbuhan bawah berkayu dan 18 jenis tumbuhan bawah tidak berkayu. Berdasarkan perhitungan indeks nilai penting INP menunjukkan bahwa indeks nilai penting tertinggi pada tumbuhan bawah tidak berkayu oleh jenis jenis pakis paku Stenochlaena palustris dengan nilai INP sebesar 87,07 sedangkan pada tumbuhan bawah berkayu oleh jenis siduduk Melastoma malabathricum dengan nilai INP sebesar 50,87 Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5. Tumbuhan bawah tidak berkayu memiliki kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan bawah berkayu. Kerapatan tertinggi pada tumbuhan tidak berkayu adalah pada jenis pakis paku Stenochlaena palustris dengan kerapatan individu sebesar 27.500 indha 55,70, sedangkan untuk tumbuhan bawah berkayu pada jenis siduduk Melastoma malabathricum dengan kerapatan individu sebesar 1.750 indha 31,81. Untuk lebih jelasnya mengenai kerapatan tumbuhan bawah berkayu dan tidak berkayu dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kerapatan Tertinggi Tumbuhan Bawah Berkayu dan Tidak Berkayu No. Jenis Tumbuhan Bawah Jenis Dominan K indha KR 1. Tumbuhan Bawah Berkayu siduduk Melastoma malabathricum 1.750 31,82 2. Tumbuhan Bawah Tidak Berkayu pakis paku Stenochlaena palustris 27.500 55,70

5.1.2 Distribusi Diameter Pohon

Berdasarkan kelas diameter dengan lebar kelas diameter sebesar 10 cm kecuali kelas diameter 2 – 10 cm, dapat diketahui bahwa sebagian besar termasuk kedalam kelas diameter 2 – 10 cm dengan kerapatan sebesar 23.200 indha, kemudian diikuti oleh kelas diameter 10,01 – 20 cm sebesar 1.000 indha, kelas diameter 20,01 – 30 cm sebesar 250 indha dan kelas diameter 30,01 cm memiliki kerapatan yang paling kecil sebesar 25 indha. Untuk lebih jelasnya mengenai penyebaran pohon di hutan gambut merang bekas terbakar Sumatera Selatan berdasarkan kelas diameter dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Distribusi Kelas Diameter dari Tegakan Hutan Gambut Merang Bekas Terbakar, Sumatera Selatan. No. Kelas Diameter cm Kerapatan indha 1. 2.0 - 10 23.200 2. 10,01 – 20 1.000 3. 20,01 – 30 250 4. 30,01 25 Total 24.475 Karapatan setiap jenis pada setiap kelas diameter lengkap disajikan pada Lampiran 4. Kelas diameter 2 – 10 cm dengan kerapatan pohon sebesar 23.200 indha disusun oleh 19 jenis dimana jenis bebangun, mahang Macaranga maingayi dan medang putih Crytocarya crassinervia merupakan jenis yang memiliki kerapatan jenis tertinggi. Besarnya kerapatan jenis ketiga jenis tersebut berturut-turut adalah 9.200 indha 39,66, 4.400 indha 18,97 dan 1.600 indha 6,9. Sedangkan 16 jenis lainnya memiliki kerapatan yang berkisar antara 400 – 800 indha 1,72 – 3,45. Pada kelas diameter 10,01 – 20 cm memiliki kerapatan jenis pohon sebesar 1.000 indha yang disusun oleh 9 jenis dimana jenis mahang Macaranga maingayi merupakan jenis yang memiliki kerapatan yang tertinggi dibandingkan dengan jenis lainnya yaitu sebesar 200 indha 20 sedangkan 8 jenis lainnya memiliki nilai kerapatan masing-masing 100 indha 10. Selanjutnya pada kelas diameter 20,01 – 30 cm memiliki kerapatan jenis pohon sebesar 250 indha yang disusun oleh 10 jenis dimana seluruh jenis yang ada memiliki nilai kerapatan yang sama yaitu sebesar 25 indha 10. Sedangkan pada kelas diameter ≥ 30,01 cm hanya ada satu jenis pohon yaitu kayu kulus Parartocarpus venenosus dengan kerapatan sebesar 25 indha. Distribusi diameter pohon di hutan gambut merang bekas terbakar bahwa kerapatan pohon menurun secara eksponensial dari pohon pada kelas diameter 2 – 10 cm kemudian 10,01 – 20 cm, 20,01 – 30 cm dan kelas diameter ≥ 30,01 cm. Pohon yang mendominasi pada kelas diameter 2 - 10 cm adalah jenis bebangun dan mahang Macaranga maingayi yang merupakan jenis pionior yang biasanya muncul ketika terjadi kebakaran hutan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, jenis ini biasanya tumbuh berkelompok dalam suatu areal yang biasanya dapat menginvasi daerah tersebut.

5.1.3 Sifat Fisik Bagian Pohon