Hubungan Diameter dan Tinggi Hubungan antara Kandungan Karbon Terikat dan Biomassa Pohon

Pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa yang memiliki rata-rata kadar zat terbang KZT yang paling besar adalah pada bagian batang yaitu sebesar 83,40 dan terkecil pada bagian daun sebesar 71,02. Untuk rata-rata kadar abu K.Ab yang paling besar adalah pada bagian daun yaitu sebesar 5.65 dan terkecil pada bagian batang sebesar 0,63. Sedangkan untuk rata-rata kadar karbon terikat KKT yang paling besar adalah pada bagian daun yaitu sebesar 23,34 dan terkecil pada bagian batang sebesar 15,98.

5.1.5 Hubungan Diameter dan Tinggi

Berdasarkan hasil pengukuran diameter dan tinggi yang diperoleh di lapangan, maka dapat dicari hubungan antara diameter dan tinggi. Adapun model penduga hubungan antara diameter dan tinggi dapat didekati dengan model persamaan umum yaitu H = aD b . Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa model penduga hubungan diameter dan tinggi adalah: H = 1,746 D 0,66 ; S = 0,102660 ; R 2 =86,1 ; R-adj = 85,3 Gambar 21. Hubungan Diameter dan Tinggi Pohon Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa hubungan antara diameter dan tinggi yang ada di hutan gambut merang bekas terbakar memiliki keeratan yang cukup tinggi, yang ditunjukkan dengan nilai R 2 yang mencapai 86,1 dan nilai s yang kecil yaitu 0,102660. Nilai tersebut berarti bahwa antara diameter dan tinggi memiliki hubungan yang sangat signifikan sehingga diameter pohon dapat diandalkan dalam menduga tinggi dari hutan gambut merang bekas terbakar. 5.1.6 Pendugaan Biomassa di Atas Tanah 5.1.6.1 Biomassa Pohon Bagian pohon yang digunakan untuk menentukan kandungan biomassa di atas permukaan tanah adalah batang, cabang, ranting dan daun. Biomassa pada bagian total merupakan total biomassa yang dikandung oleh seluruh bagian pohon yang diteliti. Biomassa bagian non-fotosintesis menunjukkan kandungan biomassa bagian-bagian pohon yang tidak melakukan fotosintesis. Kandungan biomassa pada setiap bagian pohon yang ditebang batang, cabang, ranting, daun, non- fotosintesis dan total maka persamaan alometrik dapat dibentuk. Persamaan tersebut didasarkan pada hubungan antara biomassa tiap bagian pohon dengan parameter diameter dan tinggi pohon Tabel 13. Tabel 13. Rekapitulasi Biomassa pada setiap Bagian Pohon Contoh yang Ditebang Dbh cm Tinggi m Biomassa kg Tiap Bagian Pohon Batang Cabang Ranting Daun Total Non-Fts 2 3,75 0,64 0,00 0,12 0,21 0,97 0,76 2,4 2,8 0,62 0,00 0,10 0,11 0,83 0,72 2,8 3,2 1,41 0,00 0,24 0,50 2,15 1,65 3 4 0,77 0,03 0,24 4,13 5,17 1,04 3,1 4,61 1,73 0,04 0,43 0,50 2,70 2,21 3,5 4,2 0,99 0,37 0,22 0,29 1,87 1,58 4 6,3 2,98 0,42 0,15 0,53 4,08 3,55 4,3 4,3 1,56 0,77 1,29 1,45 5,07 3,63 4,5 4,75 3,09 0,27 0,65 1,61 5,61 4,01 5 4,95 4,48 0,13 0,23 1,00 5,83 4,84 5,2 3,2 2,97 1,10 1,84 1,23 7,14 5,91 5,7 4,4 4,98 1,80 1,22 1,80 9,81 8,01 7,8 5 9,69 2,70 3,23 3,25 18,87 15,62 8,9 8,06 21,73 1,01 0,36 0,06 23,17 23,11 10 5,5 19,00 6,43 6,67 5,00 37,11 32,11 15,5 13,65 108,63 4,44 5,76 3,91 122,75 118,83 20 12,1 116,52 13,51 11,94 11,97 153,94 141,97 24,2 17,3 429,53 25,58 50,47 29,76 535,33 505,58 26,1 15,75 303,23 23,01 12,73 15,36 354,34 338,97 30,2 19,1 479,31 25,39 36,51 41,98 583,19 541,21 Keterangan: Dbh : Diameter pohon setinggi dada cm Non-Fts : Bagian pohon yang tidak berfotosintesis Pada Tabel 14 menyajikan persamaan hubungan antara biomassa W dengan diameter dan diameter dan tinggi untuk setiap bagian pohon yang diuji disertai dengan nilai validasi MSPE dan CV d . Adapun persamaan yang digunakan dalam menyusun persamaan alometrik biomassa pada penelitian ini adalah berdasarkan persamaan umum model penduga biomassa pohon menggunakan satu peubah bebas W = aD b dan W = exp{a+ b [ln D]+ c [ ln D] 2 + d [ln D] 3 } serta dua peubah bebas W = a D 2 H b dan W = exp{a + b[lnD 2 H] + c[lnD 2 H] 2 } dimana W = biomassa, D = diameter setinggi dada cm, H = tinggi m dan a, b = konstanta. Dari model persamaan alometrik yang telah dibuat Tabel 14 dapat diketahui bahwa hubungan antara W dan D memiliki tingkat keterandalan yang lebih baik dibandingkan dengan hubungan alometrik antara W dengan diameter dan tinggi terlihat dari nilai R 2 yang lebih tinggi dan memiliki nilai MSPE dan CV d yang lebih rendah. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Onrizal 2004, Salim 2005 dan Limbong 2009, sehingga biomassa tegakan hutan gambut merang bekas terbakar dapat diduga hanya dengan menggunakan diameter D pohon atau dengan kata lain W = f D. Persamaan tersebut mempunyai nilai lebih yaitu selain benar secara ilmiah, namun juga lebih teliti dan lebih praktis dalam pendugaan biomassa tegakan sehingga pengukuran tinggi pohon tidak harus dilakukan. Sedangkan grafik hubungan antara diameter pohon dengan biomassa tiap bagian pohon berdiameter ≥ 2 cm serta model penduganya dapat dilihat pada Gambar 22 sampai Gambar 27. Tabel 14. Persamaan Alometrik untuk Menduga Biomassa Bagian Pohon di Atas Permukaan Tanah di Hutan Gambut Merang Bekas Terbakar Sumatera Selatan Bagian Model R 2 MSPE CV d Batang W 1 = 0,060256 D 2,62 97,6 0,013 1,18 W 2 = exp {- 0,60 - 0,81[LnD] + 1,56[LnD] 2 - 0,215[LnD] 3 } 98,3 5,620 1,43 W 3 = 0,034674 D 2 H 0,983 98,6 0,080 1,72 W 4 = exp {- 2,69 + 1,15 [LnD 2 H] – 0,981[LnD 2 H] 2 } 98,7 0,999 0,001 Cabang W 1 = 0,007763 D 2,51 85,3 1,27 2,20 W 2 = exp {- 16,6 + 19,0[LnD] – 7,11[LnD] 2 + 0,960[LnD] 3 } 89,3 0,83 0,44 W 3 = 0,005888 D 2 H 0,901 80,2 1,97 2,31 W 4 = exp {- 10,1 + 2,57 [LnD 2 H] – 0,125 [LnD 2 H] 2 } 83,3 3,87 1,78 Ranting W 1 = 0,022387 D 2,13 85,3 2,03 3,28 W 2 = exp {- 3,92 + 2,60[Ln D] - 0,38 [LnD] 2 + 0,077 [LnD] 3 } 85,4 3,45 3,25 W 3 = 0,016218 D 2 H 0,778 81,7 2,47 3,05 W 4 = exp {- 4,25 + 0,743[LnD 2 H] + 0,20[LnD 2 H] 2 } 81,7 4,16 2,46 Daun W 1 = 0,072444 D 1,65 61,2 0,37 2,13 W 2 = exp {- 6,34 + 9,57[LnD] - 4,86[LnD] 2 + 0,866[LnD] 3 } 66,9 0,99 0,41 W 3 = 0,054954 D 2 H 0,610 59,6 0,43 1,63 W 4 = exp {- 2,20 + 0,794[LnD 2 H] - 1.06 [LnD 2 H] 2 } 59,8 0,99 0,0008 Total W 1 = 0,153108 D 2,40 97,8 0,08 1,61 W 2 = exp {- 1,51 + 2,08[LnD] - 0,002[LnD] 2 + 0,023[LnD] 3 } 97,9 0,13 1,25 W 3 = 0,095499 D 2 H 0,897 97,7 0,09 1,49 W 4 = exp {- 2,50 + 0,858[LnD 2 H] + 0,23[LnD 2 H] 2 } 97,7 5,64 2,32 Non-Fotosintesis W 1 = 0,091201 D 2,56 98,9 0,050 1,29 W 2 = exp {- 1,38 + 0,90[LnD] + 0,787[LnD] 2 - 0,114[LnD] 3 } 99,0 0,57 1,80 W 3 = 0,054954 D 2 H 0,955 98,7 0,07 1,44 W 4 = exp {- 3,16 + 0,891[LnD 2 H] + 0,372[LnD 2 H] 2 } 98,7 10,13 1,14 Gambar 22. Hubungan Diameter Pohon dengan Biomassa Batang Gambar 23. Hubungan Diameter Pohon dengan Biomassa Cabang Gambar 24. Hubungan Diameter Pohon dengan Biomassa Ranting Gambar 25. Hubungan Diameter Pohon dengan Biomassa Daun Gambar 26. Hubungan Diameter Pohon dengan Biomassa Total Gambar 27. Hubungan Diameter Pohon dengan Biomassa Non-Fotosintesis Berdasarkan persamaan alometrik yang terpilih yaitu W = f D, maka biomassa di hutan gambut merang bekas terbakar dapat dihitung. Hasil perhitungan biomassa Tabel 15 menunjukkan bahwa total biomassa di hutan gambut merang bekas terbakar sebesar 69.144,13 kgha yang terdiri dari biomassa batang sebesar 51.966,92 kgha 75,16, biomassa daun sebesar 6.372,73 kgha 9,22, biomassa ranting sebesar 5.752,27 kgha 8,32 dan biomassa paling kecil terdapat pada bagian cabang sebesar 5.052,21 kgha 7,31. Tabel 15. Biomassa Bagian Pohon di Atas Permukaan Tanah berdasarkan Kelas Diameter pada Hutan Gambut Merang Bekas Terbakar, Sumatera Selatan. Biomassa Pohon kgha Bagian Pohon Kelas Diameter Total per bagian 2 - 10 cm 10,01 -20 cm ≥20,01 cm 1. Batang 20.163,76 68,09 15.029,90 78,51 16.773,26 82,28 51.966,92 75,16 2. Cabang 2.116,99 7,15 1.427,22 7,45 1.508,00 7,40 5.052,21 7,31 3. Ranting 3.055,85 10,32 1.440,10 7,52 1.256,32 6,16 5.752,27 8,32 4. Daun 4.275,99 14,44 1.247,51 6,52 849,22 4,17 6.372,73 9,22 5. Total 29.612,60 100 19.144,73 100 20.386,80 100 69.144,13 100 6. Fotosintesis 4.275,99 14,44 1.247,51 6,52 849,22 4,17 6.372,73 9,22 7. Non- fotosintesis 25.336,61 85,56 17.897,22 93,48 19.537,58 95,83 62.771,40 90,78 Keterangan: Dihitung berdasarkan persamaan alometrik W = aD b , W kg, D cm Angka dalam tanda kurung merupakan persentase dari total biomassa Pada Tabel 15, dapat dilihat apabila ditinjau dari bagian-bagian pohon yang mengalami proses fotosintesis daun dengan tidak berfotosintesis batang, cabang dan ranting menunjukkan bahwa yang memiliki kandungan biomassa sebagian besar terakumulasi pada bagian pohon yang tidak berfotosintesis yaitu untuk kelas diameter 2 – 10 cm sebesar 85,56, kelas diameter 10,01 – 20 cm sebesar 93,48 dan kelas diamete r ≥ 20,01 cm sebesar 95,83. Biomassa bagian yang mengalami fotosintesis pada setiap kelas diameter 2 – 10 cm, 10,01 – 20 cm dan ≥ 20,01 cm masing-masing adalah 14,44, 6,52 dan 4,17. Besarnya nilai biomassa daun pada kelas diameter 2 – 10 cm terkait dengan lebih banyaknya jumlah daun yang dimiliki oleh pohon dibandingkan dengan kelas diameter 10,01 – 20 cm dan ≥ 20,01 cm.

5.1.6.2 Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah

Total biomassa tumbuhan bawah dan serasah di lokasi penelitian sebesar 18.139,37 kgha yang terdiri atas tumbuhan bawah tidak berkayu sebesar 9.039,13 kgha 49,83, diikuti oleh serasah dengan biomassa sebesar 7.029,77 kgha 38,75 dan terendah pada biomassa tumbuhan bawah berkayu sebesar 2.070,46 kgha 11,41. Untuk lebih jelasnya mengenai biomassa tumbuhan bawah dan serasah disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah di Hutan Gambut Merang Bekas Terbakar, Sumatera Selatan. No. Kategori Biomassa kgha dari total 1. Tumbuhan bawah berkayu 2.070,46 11,41 2. Tumbuhan bawah tidak berkayu 9.039,13 49,83 Total biomassa tumbuhan bawah A 11.109,59 61,24 3. Serasah 7.029,77 38,75 Total biomassa serasah B 7.029,77 38,75 Total Biomassa A + B 18.139,37 100,00

5.1.6.3 Nekromasa

Total nekromasa di lokasi penelitian sebesar 64.366,98 kgha yang terdiri atas nekromasa bagian batang sebesar 58.862,07 kgha 91,45, diikuti oleh nekromasa cabang sebesar 3.844,68 kgha 5,97 dan terendah pada nekromasa ranting sebesar 1.660,23 kgha 2,58. Untuk lebih jelasnya mengenai nekromasa disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Nekromasa di Hutan Gambut Merang Bekas Terbakar, Sumatera Selatan. No. Kategori Nekromasa kgha dari total 1. Nekromasa batang 58.862,07 91,45 2. Nekromasa cabang 3.844,68 5,97 3. Nekromasa ranting 1.660,23 2,58 Total nekromasa 64.366,98 100,00 5.1.7 Pendugaan Karbon Terikat di Atas Tanah 5.1.7.1 Kandungan Karbon Terikat Pohon Kandungan karbon terikat dari setiap bagian pohon contoh dapat disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Rekapitulasi Karbon Terikat pada setiap Bagian Pohon Contoh Dbh cm Tinggi m Karbon Terikat kg Tiap Bagian Pohon Batang Cabang Ranting Daun Total Non-Fts 2 3,75 0,101 0,000 0,025 0,060 0,185 0,126 2,4 2,8 0,108 0,000 0,021 0,031 0,159 0,129 2,8 3,2 0,235 0,000 0,050 0,101 0,385 0,285 3 4 0,111 0,005 0,048 0,881 1,045 0,164 3,1 4,61 0,298 0,010 0,103 0,131 0,543 0,412 3,5 4,2 0,156 0,077 0,053 0,060 0,346 0,286 4 6,3 0,465 0,075 0,043 0,131 0,715 0,584 4,3 4,3 0,230 0,165 0,256 0,288 0,939 0,651 4,5 4,75 0,464 0,049 0,138 0,331 0,982 0,651 5 4,95 0,743 0,025 0,058 0,175 1,002 0,826 5,2 3,2 0,491 0,199 0,414 0,363 1,466 1,104 5,7 4,4 0,781 0,344 0,234 0,397 1,756 1,359 7,8 5 1,614 0,450 0,355 0,799 3,217 2,418 8,9 8,06 3,570 0,106 0,073 0,015 3,765 3,749 10 5,5 3,150 1,325 1,095 1,104 6,674 5,570 15,5 13,65 14,569 0,732 1,368 0,960 17,629 16,669 20 12,1 17,128 2,547 2,511 1,861 24,047 22,186 24,2 17,3 67,705 5,203 16,908 6,237 96,053 89,816 26,1 15,75 52,109 4,363 3,059 3,926 63,458 59,531 30,2 19,1 79,949 4,222 7,726 12,333 104,230 91,897 Sama halnya dengan kandungan biomassa, bagian pohon yang digunakan untuk menentukan kandungan karbon terikat di atas permukaan tanah adalah batang, cabang, ranting dan daun. Karbon terikat total merupakan total karbon yang dikandung oleh seluruh bagian pohon yang diteliti. Karbon terikat non- fotosintesis menunjukkan kandungan karbon terikat pada bagian pohon yang tidak mengalami fotosintesis. Kandungan karbon terikat digunakan sebagai input data bagi pembuatan model penduga hubungan karbon terikat dengan diameter dan diameter dan tinggi pohon. Seperti halnya pada persamaan alometrik biomassa, penyusunan persamaan alometriknya berdasarkan peubah bebas persamaan umum model penduga karbon terikat pohon model dengan satu peubah bebas serta dua peubah bebas, seperti yang disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Persamaan Alometrik untuk Menduga Kandungan Karbon Terikat di Atas Permukaan Tanah pada Hutan Gambut Merang Bekas Terbakar, Sumatera Selatan. Bagian Model R 2 MSPE CV d Batang C 1 = 0,009772 D 2,61 97,4 0,15 1,35 C 2 = exp{ - 2.55 - 0.54 [LnD] + 1.37 [LnD] 2 - 0.181 [LnD] 3 } 98,1 0,10 1,22 C 3 = 0,005623 D 2 H 0,980 98,2 0,11 1,70 C 4 = exp {- 4.39 + 1.18 [Ln D 2 H] - 1.16 [LnD 2 H] 2 } 98,3 0,99 0,003 Cabang C 1 = 0,001585 D 2,45 83,5 1,53 1,85 C 2 = exp{- 17.1 + 17.7 [LnD] - 6.72 [LnD] 2 + 0.926 [LnD] 3 } 86,6 0,97 0,08 C 3 = 0,001230 D 2 H 0,879 78,4 2,30 1,98 C 4 = exp {- 10.6 + 2.20 [LnD 2 H] - 0.0991 [LnD 2 H] 2 } 80,4 2,55 2,10 Ranting C 1 = 0,004571 D 2,16 86,3 2,12 3,78 C 2 = exp {- 5.94 + 3.71[LnD] - 1.11 [LnD] 2 + 0.217 {lnD] 3 } 86,9 0,63 0,62 C 3 = 0,003162 D 2 H 0,795 83,9 2,44 3,64 C 4 = exp {- 5.39 + 0.888 [LnD 2 H] - 0.54 [LnD 2 H] 2 } 83,9 0,99 0,02 Daun C 1 = 0,016982 D 1,64 62,1 0,32 1,58 C 2 = exp {- 7.47 + 9.20[LnD] - 4.77 [LnD] 2 + 0.864[LnD] 3 } 68,7 0,88 0,30 C 3 = 0,012882 D 2 H 0,607 60,6 0,37 1,40 C 4 = exp {- 3.13 + 0.923 [LnD 2 H] - 1.82{lnD 2 H] 2 } 61,1 0,99 0,08 Total C 1 = 0,030200 D 2,35 97,2 0,09 1,45 C 2 = exp {- 3.47 + 2.76[LnD] - 0.46 [LnD] 2 + 0.105{LnD] 3 } 97,6 0,50 0,74 C 3 = 0,019055 D 2 H 0,876 97,0 0,11 1,26 C 4 = exp {- 3.91 + 0.889 [LnD 2 H] - 0.07 [LnD 2 H] 2 } 97,0 0,62 0,52 Non-Fotosintesis C 1 = 0,015849 D 2,54 98,7 0,06 0,15 C 2 = exp {- 3.52 + 1.67[LnD] + 0.327 [LnD] 2 - 0.035[LnD] 3 } 98,8 0,06 1,62 C 3 = 0,009550 D 2 H 0,947 98,3 0,08 1,54 C 4 = exp {- 4.80 + 0.906[LnD 2 H] + 0.237{LnD 2 H] 2 } 98,3 2,10 2,78 Berdasarkan model persamaan yang telah dibuat terlihat adanya hubungan antara karbon terikat dengan diameter memiliki tingkat keterandalan yang lebih baik dibandingkan dengan diameter dan tinggi terlihat dari nilai R 2 yang lebih tinggi dimana dengan menggunakan peubah diameter memiliki R 2 antara 62,1 – 98,8 sedangkan untuk model hubungan antara kandungan karbon terikat pohon batang, cabang, ranting dan daun dengan diameter dan tinggi memiliki R 2 antara 60,6 – 98,3. Selain itu menurut uji validitas menunjukkan bahwa pada hubungan antara karbon terikat C dengan diameter D memiliki nilai MSPE dan CV d yang lebih kecil sehingga model pendugaan karbon terikat di atas tanah cukup hanya dengan menggunakan diameter pohon atau dalam arti C = f D. Hal tersebut disebabkan selain praktis pengukurannya juga karena secara ilmiah benar. Grafik hubungan antara diameter pohon dengan karbon terikat tiap bagian pohon berdiameter ≥ 2 cm serta model penduganya dapat dilihat pada Gambar 28 sampai Gambar 33. Gambar 28. Hubungan Diameter Pohon dengan Karbon Terikat Batang Gambar 29. Hubungan Diameter Pohon dengan Karbon Terikat Cabang Gambar 30. Hubungan Diameter Pohon dengan Karbon Terikat Ranting Gambar 31. Hubungan Diameter Pohon dengan Karbon Terikat Daun Gambar 32. Hubungan Diameter Pohon dengan Karbon Terikat Total Gambar 33. Hubungan Diameter Pohon dengan Karbon Terikat Non-Fotosintesis Berdasarkan persamaan alometrik yang terpilih yaitu C = f D maka kandungan karbon terikat setiap bagian pohon dapat diperoleh. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa total karbon terikat tegakan hutan gambut merang bekas terbakar di Sumatera Selatan adalah sebesar 11.823,04 kgha. Berdasarkan kelas diameter 2 - 10 cm, 10,01 - 20 cm dan ≥ 20,01 cm maka kandungan total karbon terikat berturut-turut untuk tiap kelas diameter adalah 5.240,27 kgha, 3.221,46 kg.ha dan 3.361,31 kgha Tabel 20. Tabel 20. Kandungan Karbon Terikat Bagian Pohon di Atas Permukaan Tanah pada Hutan Gambut Merang Bekas Terbakar, Sumatera Selatan. Karbon Terikat Pohon kgha Bagian Pohon Kelas Diameter Total keseluruhan 2- 10 cm 10,01-20 cm ≥20,01 cm 1. Batang 3.209,53 61,25 2.370,75 73,59 2.632,65 78,32 8.212,93 69,47 2. Cabang 386,89 7,38 246,78 7,66 253,05 7,53 886,71 7,50 3. Ranting 658,41 12,56 319,39 9,91 282,92 8,42 1.260,71 10,66 4. Daun 985,45 18,81 284,55 8,83 192,69 5,73 1.462,68 12,37 5. Total 5.240,27 100 3.221,46 100 3.361,31 100 11.823,04 100 6. Fotosintesis 985,45 18,81 284,55 8,83 192,69 5,73 1.462,68 12,37 7. Non- fotosintesis 4.254,82 81,19 2.936,92 91,17 3.168,62 94,27 10.360,36 87,63 Keterangan: Dihitung berdasarkan persamaan alometrik C = aD b , C kg, D cm

5.1.7.2 Kandungan Karbon Terikat Tumbuhan Bawah dan Serasah

Total potensi kandungan karbon terikat tumbuhan bawah dan serasah di lokasi penelitian sebesar 4.380,83 kgha, dimana sebagian besar akumulasi karbon terdapat pada tumbuhan bawah tidak berkayu sebesar 2.141.64 kgha 48,89, kemudian diikuti oleh serasah sebesar 1.795,75 kgha 40,99. Sedangkan potensi kandungan karbon terikat terendah terdapat pada tumbuhan bawah berkayu sebesar 443,44 kgha 10,12. Potensi kandungan karbon terikat tumbuhan bawah dan serasah disajikan pada Tabel 21. Tabel 21. Kandungan Karbon Terikat Tumbuhan Bawah dan Serasah di Hutan Gambut Merang Bekas Terbakar, Sumatera Selatan. No. Kategori Karbon Terikat kgha dari total 1. Tumbuhan bawah berkayu 443,44 10,12 2. Tumbuhan bawah tidak berkayu 2.141,64 48,89 Total karbon terikat tumbuhan bawah A 2.585,08 59,01 3. Serasah 1.795,75 40,99 Total karbon terikat serasah B 1.795,75 40,99 Total karbon terikat A + B 4.380,83 100,00

5.1.7.3 Kandungan Karbon Terikat Nekromasa

Total karbon terikat nekromasa di lokasi penelitian sebesar 12.901,32 kgha yang terdiri atas nekromasa bagian batang sebesar 11.748,08 kgha 91,06, diikuti oleh nekromasa cabang dengan karbon terikat sebesar 801,13 kgha 6,21 dan terendah pada karbon terikat nekromasa ranting sebesar 352,11 kgha 2,73. Untuk lebih jelasnya mengenai potensi kandungan karbon terikat nekromasa disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Kandungan Karbon Terikat Nekromasa di Hutan Gambut Merang Bekas Terbakar, Sumatera Selatan. No. Kategori Karbon Terikat kgha dari total 1. Nekromasa batang 11.748,08 91,06 2. Nekromasa cabang 801,13 6,21 3. Nekromasa ranting 352,11 2,73 Total karbon terikat nekromasa 12.901,32 100,00

5.1.8 Hubungan antara Kandungan Karbon Terikat dan Biomassa Pohon

Hubungan antara karbon terikat dengan biomassa dapat didekati menggunakan persamaan model penduga C = aW b pada seluruh bagian pohon. Model ini dipilih karena kesamaan bentuk dengan dua jenis pendekatan yang telah dilakukan, yaitu model hubungan antara biomassa dengan diameter W = aD b dan antara kandungan karbon terikat dengan diameter C = aD b . Persamaan yang menggambarkan hubungan antara kandungan karbon terikat dengan biomassa pohon untuk setiap bagian pohon di hutan gambut merang bekas terbakar disajikan pada Tabel 23. Tabel 23. Model Hubungan antara Kandungan Karbon Terikat C, kg dengan Biomassa W, kg untuk setiap Bagian Pohon di Atas Permukaan Tanah pada Hutan Gambut Merang Bekas Terbakar, Sumatera Selatan. Bagian Pohon Persamaan S R 2 R-adj 1. Batang C = 0,159588 W 0,998 0,030092 99,9 99,9 2. Cabang C = 0,185353 W 0,984 0,076758 99,3 99,3 3. Ranting C = 0,213796 W 1,00 0,098101 98,8 98,7 4. Daun C = 0,232274 W 0,982 0,074546 99,1 99,1 5. Total C = 0,188799 W 0,980 0,033267 99,9 99,9 6. Fotosintesis C = 0,232274 W 0,982 0,074546 99,1 99,1 7. Non-fotosintesis C = 0,171791 W 0,993 0,030586 99,9 99,9 Pada Tabel 23 menunjukkan tentang model hubungan antara karbon terikat dengan biomassa yang dibuat menunjukkan bahwa R 2 dari hubungan antara karbon terikat dengan biomassa pada setiap bagian pohon adalah berkisar antara 98,8 – 99,9, hal tersebut menunjukkan bahwa karbon terikat memiliki kaitan yang sangat erat dengan biomassa. Dengan demikian kandungan karbon terikat setiap bagian pohon dapat diduga dari nilai biomassa pohon sehingga untuk kepraktisan penentuan kandungan karbon terikat pohon dapat menggunakan pendugaan biomassa pohon. Grafik hubungan antara diameter pohon dengan karbon terikat tiap bagian pohon berdiameter ≥ 2 cm serta model penduganya dapat dilihat pada Gambar 34 sampai Gambar 39. Gambar 34. Hubungan Biomassa Batang dengan Karbon Terikat Batang Gambar 35. Hubungan Biomassa Cabang dengan Karbon Terikat Cabang Gambar 36. Hubungan Biomassa Ranting dengan Karbon Terikat Ranting Gambar 37. Hubungan Biomassa Daun dengan Karbon Terikat Daun Gambar 38. Hubungan Biomassa Total dengan Karbon Terikat Total Gambar 39. Hubungan Biomassa Non-Fotosintesis dengan Karbon Terikat Non- Fotosintesis Berdasarkan Tabel 23 tersebut maka dapat menghitung persentase yang menunjukkan proporsi hubungan karbon terikat yang diduga berdasarkan data biomassa pohon. Proporsi kandungan karbon terikat terhadap biomassa tegakan di hutan gambut merang bekas terbakar dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Proporsi Kandungan Karbon Terikat terhadap Biomassa Pohon pada Kelas Diameter 2 – 10 cm, 10 – 20 cm dan 20 cm. Kelas Diameter Biomassa kgha Karbon terikat kgha karbon dari biomassa 2 - 10 cm 29.612,60 5.240,27 17,70 10 - 20 cm 19.144,73 3.221,46 16,83 20 cm 20.386,80 3.361,31 16,49 Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa jumlah karbon terikat meningkat secara linear seiring dengan meningkatnya biomassa pohon. Hubungan yang erat ini didukung oleh nilai R 2 dari persamaan alometrik hubungan antara karbon terikat dengan biomassa pohon yang dihasilkan Tabel 23, sehingga dari persamaan tersebut dapat dinyatakan bahwa kandungan karbon terikat dapat diduga dari biomassa pohon. Tabel 25. Proporsi Karbon Terikat terhadap Biomassa Bagian Pohon pada Berbagai Jenis dan Tipe Hutan. No. Jenis PohonTipe Hutan karbon terikat Pustaka 1. Hutan Mangrove 19 – 47 Hilmi 2003 2. Hutan Kerangas, Kalbar 19 – 27 Onrizal 2004 3. Acacia mangium, Sumsel Ismail 2005 a. Areal bekas terbakar 14,7 - 28,8 b. Areal tidak terbakar 14,4 - 28,4 4. Pohon Puspa, Sumsel Salim 2005 a. Kelas diameter 2 - 10 cm 31,53 b. Kelas diameter 10 - 20 cm 28,51 c. Kelas diameter 20 cm 33,84 5. Acacia crassicarpa, Sumsel Limbong 2009 a. Umur 2 tahun 15,21 b. Umur 4 tahun 18,69 c. Umur 6 tahun 17,63 6. Hutan Gambut Bekas Tebangan, Sumsel 13,70 -22,99 Novita 2010 7. Hutan Gambut Bekas Terbakar, Sumsel Studi ini a. Kelas diameter 2 - 10 cm 17,70 b. Kelas diameter 10,01 - 20 cm 16,83 c. Kelas diameter ≥ 20,01 cm 16,49 5.2 Pembahasan 5.2.1 Komposisi dan Struktur Hutan Penelitian dilakukan di hutan gambut merang bekas terbakar tahun 2006 merupakan areal dengan komunitas yang telah mengalami suksesi sekunder. Areal ini dulunya merupakan hutan primer yang telah mengalami gangguan berupa penebangan dan kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang terjadi di lokasi penelitian menyebabkan perubahan komposisi dan struktur komunitas hutan berupa hilangnya vegetasi alami hutan gambut sebelum terjadinya gangguan. Daerah yang mengalami gangguan kebakaran hutan tersebut dapat dikolonisasi oleh berbagai varietas spesies yang secara perlahan-lahan digantikan oleh suatu suksesi spesies lain Cambell et al., 2002. Setelah terjadinya gangguan tersebut biasanya terdapat jenis-jenis tertentu yang muncul sebagai pionir yang adaptif terhadap perubahan kondisi lingkungan hutan akibat kebakaran hutan. Beberapa jenis pionir ini juga dapat ditemukan dalam penelitian komposisi dan struktur vegetasi hutan sekunder bekas terbakar di Kalimantan Timur Adinugroho 2006 dan Hutan Jasinga Rahma 2008. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adinugroho 2006 menyebutkan bahwa terdapat beberapa jenis tumbuhan pionir yang merupakan ciri hutan sekunder akibat terjadinya gangguan kebakaran hutan seperti jenis Macaranga, Mallotus, Melastoma dan Leea. Sedangkan pada penelitian Rahma 2008, di lokasi Jasinga yang dulunya merupakan hutan primer setelah terjadinya gangguan kebakaran hutan selama dua kali dan sekarang telah mengalami suksesi sekunder dimana jenis yang muncul adalah jenis-jenis pionir salah satunya adalah puspa Schima wallichii yang mendominasi areal hutan tersebut. Berdasarkan hasil analisis vegetasi untuk tingkat pertumbuhan pohon dapat diketahui bahwa pada tingkat pertumbuhan pancang memiliki INP yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan lain tiang dan pohon dikarenakan terdapat jenis pionir yang merupakan vegetasi dominan seperti bebangun dan mahang Macaranga maingayi dimana memiliki jumlah pohon yang banyak sehingga nilai kerapatan jenis pun akan menjadi tinggi. Hutan gambut bekas terbakar biasanya akan terbuka dan akan mengalami suksesi dimana jenis pohon yang banyak muncul setelah terjadinya kebakaran adalah jenis