Model Pendugaan Karbon Terikat Pohon Model Hubungan Kandungan Karbon Terikat dan Biomassa Pemilihan Model

Tidak Ya Gambar 19. Diagram Alur Pembuatan Model Biomassa Pohon

4.7.2.2 Model Pendugaan Karbon Terikat Pohon

Pembuatan model penduga karbon terikat pohon dilakukan dengan tahapan seperti pada Gambar 20. Seperti halnya dengan pembuatan model penduga biomassa pohon, model hubungan antara karbon terikat dan dimensi pohon diameter dan tinggi dibuat dengan persamaan regresi allometrik dan persamaan polynomial yang menggambarkan karbon terikat sebagai fungsi dari diameter dan tinggi. Mulai Selesai Berat batang, cabang, ranting, dan daun Biomassa berdasarkan bagian pohon batang, cabang, ranting dan daun Pemodelan Biomassa Biomassa = f dimensi pohon Biomassa = f diameter dan tinggi pohon Pilih persamaan terbaik dengan R 2 , Ra 2 dan S 2 Model biomassa terpilih Tidak Ya Gambar 20 . Diagram Alur Pembuatan Model Karbon Terikat Pohon

4.7.2.3 Model Hubungan Kandungan Karbon Terikat dan Biomassa

Model hubungan antara kandungan karbon terikat dengan biomassa dibuat untuk tegakan. Model hubungan yang dibuat didasarkan pada fungsi bahwa karbon terikat = f biomassa. Fungsi hubungan ini dibangun melalui persamaan regresi sederhana. Dari model hubungan yang dibangun akan diketahui tingkat keeratan antara kandungan karbon terikat dengan biomassa. Selesai Berat batang, cabang, ranting, dan daun Proses penentuan kadar karbon terikat dengan metode pengabuan Pemodelan Karbon Terikat Karbon Terikat = f dimensi pohon Karbon Terikat = f diameter dan tinggi pohon Pilih persamaan terbaik dengan R 2 , Ra 2 dan S 2 Model karbon terikat terpilih Mulai

4.7.2.4 Pemilihan Model

Adapun model yang terpilih didasarkan pada beberapa kriteria, yaitu: 1. Kesesuaian terhadap fenomena 2. Sifat keterandalan model data reability yang didasarkan pada: a. Koefisien determinasi R 2 Koefisien determinasi adalah perbandingan antara jumlah kuadrat regresi JKR dengan jumlah kuadrat total JKT, dengan rumus: Adapun kriteria keterandalan model berdasarkan nilai R 2 adalah jika nilai R 2 mendekati 100, maka model makin terandalkan dan jika R 2 mendekati 0, maka model makin tidak terandalkan dalam menjelaskan hubungan antara biomassa dan dimensi pohon. b. Varian S 2 Varian diukur berdasarkan tingkat keragaman data dengan rumus sebagai berikut: Model yang terpilih adalah model yang memiliki nilai varian terkecil dibandingkan model-model lainnya. c. Koefisien determinasi terkoreksi R 2 a Koefisien determinasi yang terkoreksi adalah koefisien determinasi yang sudah dikoreksi oleh derajat bebas dari jumlah kuadrat sisa JKS dan jumlah kuadrat total JKT, dengan rumus sebagai berikut: R 2 a = 1 – JKS n – p = 1 – 1 – R 2 [ n – 1 n – p] JKT n -1 Dimana p adalah banyaknya peubah dalam regresi termasuk βo dan n adalah banyaknya objek kasus yang dianalisis. Kriteria uji R 2 a adalah sama dengan kriteria uji untuk R 2 . 3. Uji Validasi Model Selain kriteria nilai statistik, dilakukan uji validasi model untuk menentukan persamaan allometrik terbaik. Kriteria yang dipertimbangkan adalah ketepatan dari suatu penduga dalam menduga nilai yang sebenarnya secara R 2 = JKR JKT x 100 S 2 = Σ Xi 2 – Σxi 2 n n – 1 berturut-turut dinyatakan oleh sistematika, besar dan penyebab dari simpangan tersebut. Semakin kecil simpangan maka penduga tersebut akan semakin tinggi ketepatannya. Semakin sempit sebaran simpangan maka akan semakin tinggi ketelitiannya dan semakin kecil kesalahan sistematiknya, maka penduga tersebut semakin tidak bias. Apabila Ŷ i adalah penduga bagi Y i yaitu penduga tak bebas ke-i yang diperoleh dengan penduga model maka akan diperoleh n buah simpangan Ŷ i terhadap Y i , yaitu : e i = Y i - Ŷ i untuk i = 1,2,3,...,n dari n buah e i ini dapat ditentukan : m i = e i Y i 100 untuk i = 1,2,3,...,n Selanjutnya, apabila d i = m i 2 , maka akan dihitung : n i n d MSPE 1 , n i n i i i d n n d d S 1 2 2 2 ] 1 [ 100 x d S CV d d Model akan semakin baik apabila memiliki MSPE dan CV d yang semakin kecil. Atas dasar ini maka nilai MSPE dan CV d ini selanjutnya dipakai sebagai kriteria dalam menentukan tingkat keabsahan dari model-model yang dicobakan. Uji keabsahan model merupakan uji terakhir dilakukan dalam pemilihan model yang terbaik sekaligus juga untuk menentukan cara pendekatan terbaik dalam pemecahan masalah dalam penelitian. Selain faktor-faktor dalam kekonsistenan dalam penerimaan model tertentu pada setiap kali membangun model, kepraktisan pemakaian model dan kemudahan mendapatkan modelnya.

4.7.2.5 Total Potensi Biomassa Tegakan