Tujuan Hipotesis Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Nekromasa Dikering oven Sampel: batang, cabang, ranting dan daun Diarangkan Kandungan Karbon Terikat Pohon Karbon terikat tumbuhan bawah, serasah dan nekromasa Potensi Karbon Terikat Model Penduga karbon terikat pohon: Karbon Terikat = f diameter, tinggi Karbon Terikat = f biomassa Model penduga biomassa Pohon: Biomassa = f diameter, tinggi Diameter dan tinggi Hubungan diameter dan tinggi pohon Tinggi = f Diameter  Biomassa bagian pohon  Biomassa tumbuhan bawah, serasah dan nekromasa Tumbuhan bawah dan serasah Non-kayu Contoh pohon terpilih dbh≥2 cm Destruktif sampling Kayu Pengikat karbon Hutan mempunyai peran penting dalam penyerapan karbon Api yang cukup panas yang berasal dari kejadian kebakaran hutan dapat mematikan 100 tumbuhan hijau, 75 tumbuhan bawah, dan 80 organisme penutup tanah Terjadi penurunan dalam penyerapan karbon  BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan adalah pembakaran yang penjalarannya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan seperti serasah, rumput, ranting atau cabang pohon mati, snags atau pohon mati yang tetap berdiri, logs, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan dan pohon-pohon dimana setiap kebakaran yang bukan dilakukan secara sengaja pada areal-areal yang tidak direncanakan Brown dan Davis 1973. Menurut Brown dan Davis 1973 dalam Saharjo 2003, pembakaran terjadi melalui dua proses, yaitu proses kimia dan fisika. Proses ini berlangsung dengan cepat memisahkan jaringan-jaringan tanaman menjadi unsur kimia, diiringi dengan proses pembentukan bagian-bagian tanaman melalui proses fotosintesis. Secara ringkas kedua proses tersebut dapat dilihat di bawah ini: Proses Fotosintesis : 6CO 2 + 6H 2 O + Energi Matahari C 6 H 12 O 6 n + 6O 2 Proses Pembakaran : C 6 H 12 O 6 n + 6O 2 + kindling temperatur CO 2 + 6H 2 O + Energi Panas Terdapat tiga komponen penting yang diperlukan untuk setiap api agar dapat menyala dan mengalami proses pembakaran, yaitu 1 tersedianya bahan bakar yang dapat terbakar, 2 panas yang cukup untuk digunakan dalam menaikkan temperatur bahan bakar hingga ke titik penyalaan, 3 diperlukan adanya suplai O 2 yang cukup, dalam menjaga proses pembakaran agar tetap berlangsung dan untuk mempertahankan suplai panas yang cukup dan memungkinkan terjadinya pembakaran bahan bakar yang sulit terbakar Brown dan Davis 1973. Ketiga komponen tersebut akan membentuk suatu segitiga api Gambar 2. Oksigen O 2 API Bahan bakar Sumber panas Gambar 2. Segitiga Api Brown dan Davis 1973 Menurut Chandler et al., 1983, terdapat lima fase dalam pembakaran meliputi : 1. Fase Pre-ignition Pada fase ini bahan bakar mulai mengalami pelepasan uap air, CO 2 dan gas-gas yang mudah terbakar termasuk methane, methanol dan hidrogen proses pyrolisis. Dalam proses ini terjadi perubahan reaksi yaitu dari proses exothermic memerlukan panas menjadi endothermic melepaskan panas. 2. Fase Flaming combustion Pada tahap ini reaksi eksotermis dapat menaikkan temperatur melebihi 300 - 500°C. Pyrolisis melaju dan mempercepat proses oksidasi dari gas-gas yang mudah terbakar. Gas-gas yang mudah terbakar dan uap yang dihasilkan dari pyrolisis naik ke atas permukaan bahan bakar, bercampur dengan O 2 dan terbakar selama fase ”flaming”. Api menjadi lebih mudah membesar dan bergerak sesuai dengan gerakan angin. Seperti massa dari gas yang terbakar dalam fase ini. Oksidasi gas-gas organik yang tinggi dan gas-gas dalam zona penyalaan menghasilkan massa terbesar dari produk pembakaran seperti H 2 O, CO 2 , SO 2 , N 2 dan NO x. Fase ”flaming” tidak terjadi pada semua bahan bakar. 3. Fase Smoldering Fase ini biasanya mengikuti fase ”flaming combustion” di dalam suatu pembakaran. Pada fase ini, pembakaran yang kurang menyala menjadi proses yang dominan. ”Smoldering” adalah fase awal di dalam pembakaran untuk tipe bahan bakar ”duff” dan tanah organik. Laju penjalaran api menurun karena bahan bakar tidak dapat mensuplai gas-gas