Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Secara umum siswa Sekolah Dasar berada pada tahap Operasional konkrit yang berlangsung antara usia 7-11 tahunyang baru mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. 7 . Pada tahap ini anak menyesuaikan diri dengan realitas konkrit dan sudah berkembang rasa ingin tahunya. Cara berpikir anak yang masih bersifat konkrit menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkrit. 8 Karakteristik pada tahap ini yaitu individu memahami sesuatu sebagaimana yang tampak saja, individu sangat terikat kepada proses mengalami sendiri dan akan mudah memahami konsep jika pengertian konsep itu dapat diamati atau individu itu melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebu. Itulah sebabnya seperti dikemukakan oleh Kohlberg dan Gilligan dalam Gunarsa bahwa kesulitan belajar matematika karena adanya upaya untuk mengajarkan kepada anak yang masih berada pada tahapan operasi konkret dengan materi abstrak. 9 Mengacu pada pernyataan diatas, Untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi perkalian di kelas III MIT Mulia Buana, peneliti menekankan kepada penggunaan teknik untuk mempermudah siswa dalam menyelesaikan soal-soal perkalian.Penggunaan teknik yang dapat memudahkan siswa dan mudah ditemukan alat konkretnya nampaknya harus diterapkan, hal ini dimaksudkan agar tujuan pembelajaran matematika yang sudah ditetapkan kurikulum dapat tercapai dan sesuai dengan perkembangan kognitif siswa.Salah satu teknik yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berhitung serta membangkitkan semangat untuk belajar karena tekniknya merupakan kegiatan yang 7 Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan Peserta didik, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada: 2014, hlm. 127. 8 Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2009, hlm. 50 9 Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2012 hlm. 61 menyenangkan, teknik yang digunakan adalah teknik jarimatika yang menggunakan 10 jari sebagai alat bantu untuk proses berhitung perkalian. Melalui teknik jarimatika, siswa tidak perlu membeli alat peraga karena teknik ini sangat praktis dengan menggunakan jari-jari tangan sebagai alat berhitung, sedangkan jari tangan dimiliki oleh setiap siswa dan memenuhi tahap perkembangan kognitifnya, karena siswa akan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep yang berkaitan yaitu perkalian . Berdasarkan uraian diatas itulah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dan menuangkannya dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Perkalian dengan Teknik Jarimatika Siswa Kelas III di MIT Mulia Buana Parungpanjang.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin mengidentifikasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa pada materi perkalian. 2. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar menghitung perkalian. 3. Siswa merasa bingung dan bosan ketika belajar menghitung perkalian. 4. Teknik pembelajaran yang digunakan untuk menghitung perkalian kurang variatif.

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada: 1. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran matematika di kelas III-A di MIT Mulia Buana Parungpanjang 2. Pembelajaran perkalian menggunakan teknik jarimatika untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian. 3. Yang dimaksud dengan hasil belajar matematika adalah: kognitif, afektif, psikomor, dan konsep perkalian bilangan bulat 4. Yang dimaksud dengan teknik jarimatika adalah: pengertian teknik, pengertian jarimatika, keunggulan jarimatika, cara menggunakan jarimatika.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika pada materi perkalian dengan teknik jarimatika siswa kelas III di MIT Mulia Buana? 2. Bagaimana aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran matematika pada materi perkalian dengan teknik jarimatika?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi perkalian dengan teknik jarimatika pada siswa kelas III MIT Mulia Buana Parungpanjang. 2. Untuk meningkatkan dan mengetahui aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran matematika pada materi perkalian dengan teknik jarimatika.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi siswa

a. Dapat meningkatkan hasil belajar matematika khususnya pada materi perkalian. b. Dapat meningkatkan pemahaman cara berhitung perkalian mengguanakan jari tangan. c. Pembelajaran jarimatika secara tidak langsung mengurangi kebosanan dan memudahkan siswa menghitung.

2. Manfaat bagi guru

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif khususnya pada guru sebagai tenaga pendidik agar dalam proses pengajaran matematika lebih meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar, sehingga siswa dapat lebih menguasai dan memahami pelajaran matematika. b. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan merancang proses belajar mengajar.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Sebagai dorongan bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar secara umum. b. Dengan peningkatan hasil belajar menggunakan teknik jarimatika diharapkan akan meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik bagi sekolah.

4. Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian sebagai gambaran yang jelas akan fakta dilapangan terutama yang berkaitan dengan teknik mengajarkan perkalian dengan jarimatika.

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Pengertian Matematika

“Matematika” merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu máthéma. Yang diartikan sebagai pengkajian, pembelajaran, atau ilmu yang ruang lingkupnya menyempit. Dalam arti teknisnya dapat diartikan menjadi “pengkajian matematika”, demikian pula yang terjadi sejak zaman kuno. 1 Definisi matematika menurut Mulyono Abdurahman, ada tiga pendapat tokoh yaitu Johnson dan Myklebus: bahwa matematika adalah sebuah bahasa yang menggunakan simboli, fungsi praktis matematika untuk menampilkan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, dan fungsi teoritisnya adalah untuk tidak memberatkan cara berpikir. Selain sebagai bahasa simbiosis, matematika juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline mengungkapkan bahwa matematika merupan bahasa simbiosis yang tidak melupakan cara menalar induktif meskipun cirri utamanya menggunakan cara bernalar deduktif. 2 Salah satu tujuan matematika di sekolah adalah memberikan pembekalan kepada peserta didik dengan kemampuan untuk melakukan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan membangun kerjasama. .3 Menurut uraian para tokoh diatas maka dapat didefinisiskan bahwa matematika sebagai cabang ilmu yang eksak, merupakan pengetahuan penalaran yang logis, dan penggunaannya merupakan cara bernalar deduktif. 1 Ismunamto dkk.Ensiklopedia Matematika, Jakarta, PT. Lentera Abadi, 2011, hlm. 15 2 Mulyono Abdurahman, Op. Cit, hlm. 202-203 3 Ibrahim dan Suparni, Op. Cit., hlm.35

a. Sifat-sifat Belajar Matematika

1 1 Belajar matematika merupakan suatu interaksi antara anak dengan lingkungan. 2 Belajar matematika adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan bermain, menggunakan alat-alat, karena dengan berbuat atau melakukan anak akan lebih menghayati indera dan jiwa yang ia miliki. Konsep matematika akan terlihat lebih jelas dan menjadi lebih mudah untuk dipahami sehingga dapat benar-benar bertahan lama. 3 Belajar matematika yaitu menumbuhkan pengalaman karena anak-anak mengalami sendiri, dengan pengulangan perbuatan maka pembelajaran matematika akan menjadi efektif, melancarkan teknik, dan konsep yang ditanamkan akan lebih jelas. 4 Belajar matematika memerlukan dukungan atau motivasi, karena anak didik sama seperti manusia pada umumnya yang masih harus dibantu dan didukung dari lingkungan sekitar sehingga dapat berkembang secara harmonis, misalnya untuk mengetahui dan menyelidiki, memperbaiki prestasi dan agar mendapat kepuasan atas hasil pekerjaannya. 5 Belajar matematika menggunakan daya pikir, pada jenjang sekolah dasar prinsipnya adalah berpikir konkrit baru kemudian akan beralih ka thap berpikir abstrak.

b. Operasi Hitung Perkalian

Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang. Maka penjumlahan adalah kemampuan awal sebagai prasyarat yang harus dimiliki sebelum mempalajari materi perkalian. Sebagai contoh: 1 Ibrahin dan Suparni, Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya, Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2012, hlm. 38-39 3 × 9 = 9 + 9 + 9 = 27 2 × 5 = 5 + 5 = 10 4 × 7 = 7 + 7 + 7 + 7 = 28 Perkalian adalah operasi matematika yang menskalakan satu bilangan dengan bilangan lain. Pada operasi perkalian pada bilangan bulat berlaku beberapa sifat yaitu : sifat tertutup, sifat komutatif, sifat asosiatif, sifat distributif terhadap penjumlahan, sifat distributif terhadap pengurangan, memiliki elemen identitas. 2 1 Komutatif pertukaran Untuk a, b ∈ bilangan bulat maka 2 Asosiatif pengelompokan Untuk a, b, c ∈ bilangan bulat maka 3 Distributif terhadap penjumlahan Untuk a, b, c ∈ bilangan bulat maka 4 Distributif terhadap pengurangan Untuk a, b, c ∈ bilangan bulat maka 5 Memiliki elemen identitas Untuk a ∈ bilangan bulat maka, dengan 1 sebagai unsur identitas dari perkalian. 2 Dewi Nuharani, dkk.,Matematika Konsep dan Aplikasinya.Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas, 2008, hlm. 14-17. a × b = b× a a × b × c = a × b × c a + b × c = a × c + b × c a - b × c = a × c - b × c a × 1 = 1 × a = a