2.3.2. Katolik
Menurut Fries yang dikutip oleh Johannes M. Hämmerle, 1985:3-7, bahwa masuknya misi Katolik Roma di kepulauan Nias ditandai dengan
kedatangan pastor muda bernama Fr. Jean Pierre Vallon yang diutus oleh Society Misionaries Khatolik
Perancis di bawah pimpinan Uskup Florens dari Perancis pada 14 Desember 1831 dan tiba di kepulauan Nias pada bulan Maret 1832. Ia
tinggal di kampung Lasara dan memulai pelayanannya namun Tuhan berkehendak lain, di bulan Juni 1832 beliau meninggal dunia karena makanannya
diracuni oleh warga. Tidak lama setelah itu datanglah Pastor Fr. Jean Laurent Bërard untuk menggantikannya namun dalam waktu tidak terlalu lama ia juga
mati keracunan. Kemudian pada tahun 1834, Henry Lyman berkebangsaan Amerika yang diutus oleh Society Misionaries Khatolik Perancis melakukan
pelayanan di Nias Selatan tetapi gagal dan kembali. Kemudian tahun 1854, datang lagi Pastor Caspar de Hesellse missionaris Belanda. Ia tinggal di Sogawu-gawu
namun tak juga bertahan lama meninggal dan dikubur 31 Agustus 1854 di Hilihati, Gunungsitoli.
22
Setelah Perang Dunia Kedua, Misi Katolik tumbuh dan menyebar dari Gunungsitoli ke bagian utara Nias dan dari Telukdalam ke bagian selatan Nias.
Saat ini para Xaverian melayani beberapa Paroki. Salah satunya adalah di kota Telukdalam. Umat umumnya berasal dari jemaat BNKP.
Sebagaimana diuraikan oleh Menurut Marianus Amsal, Oktober 2013, bahwa beberapa langkah-langkah yang ditempuh untuk mengembangkan
22
Johannes M. Hämmerle, 1985, Sejarah Gereja Katolik di Pulau Nias, Telukdalam: Yayasan Pusaka Nias, hlm.3-7
Universitas Sumatera Utara
pelayanan pastoral, antara lain; perayaan Ekaristi harian dan mingguan sebagai tanda dan ungkapan persatuan umat dengan Tuhan Yesus, mengusahakan dialog
dan kegiatan ekumenis dengan umat beragama Kristen, mengusahakan komunio dengan perhatian pada orang-orang miskin lewat seksi sosial, mengadakan
pendalaman iman paad momen-momen tertentu pada tingkat basis, serta mempromosikan Gereja kon-katedral sebagai pusat ziarah bunda Maria bagi
seluruh umat Nias. Dalam bidang kegiatan oikumene para Xaverian mempunyai andil besar. Hal itu terlihat dari adanya beberapa kegiatan ekumene yang telah
berjalan lancar dan adanya persaudaraan yang cukup akrab di antara para pemimpin Katolik dan para pendeta, mengusahakan kunjungan stasi bisa lebih
dari 3 kali dalam setahun, memperkuat peranan awam dengan mendidik katekis paroki dan membentuk katekis wilayah, membangun struktur yang cukup kuat di
tingkat paroki dewan paroki inti. Pada wilayah dan stasi, mengusahakan pemberdayaan umat melalui berbagai kursus seperti: kursus para pemuka jemaat,
katekis wilayah, mudika, guru-guru sekolah minggu, mengadakan kerja sama dengan komisi-komisi untuk pembinaan umat seperti komisi kateketik dan komisi
sosial ekonomi CU, mengusahakan oikumene di tingkat wilayah stasi dan melaksanakan katekese homili agar iman Kristiani semakin mengakar di hati
umat sehingga nilai-nilai adat yang merugikan mereka dapat semakin berkurang. Karya yang telah dilakukan para Xaverian di Nias yang berusaha menghadirkan
Kabar Gembira Injil dalam kehidupan nyata umat sehingga lama-kelamaan keterlibatan umat dalam kehidupan menggerja bisa sungguh semakin nyata.
Semuanya itu tidak lepas dari banyaknya tantangan yang mesti dihadapi.
Universitas Sumatera Utara
Tantangan utama yang dihadapi adalah jarak antara stasi yang satu dengan yang lain berjauhan, keterbatasan tenaga untuk menggerakkan dan memandirikan
mereka para pengurus dan katekis dalam berbagai kegiatan sehingga kehidupan jemaat semakin bergairah.
23
Umat Katolik yang berada di seluruh penjuru kepulauan Nias, Mata pencaharian mereka bervariasi, ada yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan,
guru, tukang becak, tukang bangunan, pedangang dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa umat di Paroki ini termasuk umat yang sudah berpendidikan dan
memiliki kedudukan penting dalam masyarakat.
2.3.3. Kristen Protestan