dan diusahakan oleh 21.033 rumahtangga petani. Tanaman kelapa selama tahun 2006 mencapai 23.505 ton dari luas tanaman seluas 24.256 ha dan yang
diusahakan oleh 16.939 rumah tangga petani. Demikian juga untuk tanaman kopi, produksinya mencapai 43 ton dari luas tanaman seluas 172 ha dan yang
diusahakan oleh 1.254 rumah tangga petani, produksi cengkeh mencapai 17 ton dari luas tanaman seluas 1.117 ha, yang diusahakan oleh 2.070 rumah tangga
petani. Hasil tanaman perkebunan rakyat dari Kabupaten Nias pada umumnya hampir seluruhnya dijual keluar daerah dalam bentuk bahan mentah, melalui para
pedagang baik lokal maupun luar daerah.
47
Produktivitas pada sektor pertanian masyarakat di kepulauan Nias hingga kini masih rendah dibandingkan dengan berbagai daerah lain di provinsi Sumatera
Utara. Kendala utama mencakup pemakaian bibit berkualitas rendah, sedikit menggunakan pupuk, praktik agronomi masih buruk, lemahnya program
penyuluhan, tidak adanya pengendalian hama dan penyakit serta kurangnya keterampilan dan pengetahuan dalam tekhnologi yang lebih baik. Selain itu para
tengkulak lokal telah menekan harga di tingkat petani.
2.5.3. Nelayan
Salah satu mata pencaharian penduduk Maenamölö yang berdomisi di pesisir pantai adalah mengandalkan sebagai nelayan. Pada saat kondisi laut dalam
keadaan baik maka warga pergi menangkap ikan di laut tetapi saat musim badai mulai tiba para pelaut menyandarkan perahunya untuk memperbaiki segala
47
Tuhony Telaumbanua, 15 November 2013, http:tuhony.files.wordpress.com
Universitas Sumatera Utara
kerusakannya. Ikan-ikan tangkapan, selain untuk dijual dibagi-bagikan kepada keluarga dan tetangganya.
Di dalam tulisan Dominiria Hulu, 15 Maret 2010, bahwa hasil produksi ikan di Kabupaten Nias selama tahun 2006 adalah 8.995, 61 ton terdiri dari
produksi ikan laut sebesar 8.970, 31 ton dengan banyaknya nelayan 6.615 orang, produksi ikan air tawar sebesar 25.30 ton. Ikan yang berasal dari sungai 3.6 ton,
ikan rawa sebesar 12, 8 ton, ikan kolam 4,8 ton, dan ikan tambak 4 ton.
48
Produktivitas pada sektor perikanan masyarakat setempat hingga kini masih tergolong tinggi. Namun kendala utama adalah mencakup pengadaan kapal
dan peralatannya, lemahnya program penyuluhan serta kurangnya keterampilan dan pengetahuan dalam tekhnologi yang lebih baik selain itu para tengkulak lokal
telah menekan harga di tingkat nelayan.
2.5.4. Peternakan
Dalam tulisan Silvy M. Imaniyah, 28 April 2010, menjelaskan bahwa bidang perternakan merupakan salah satu mata pencaharian bagi masyarakat Nias.
Ciri khas mata pencaharian penduduk Maenamölö secara turun-temurun adalah beternak babi, anjing, kambing, sapi, kerbau, unggas berupa ayam dan itik.
49
48
Dominiria Hulu, http:dominiriahulu.wordpress.com20100315
Usaha tersebut di atas dilakukan untuk keperluan setiap pesta keluarga maupun upacara adat di kampung. Hal ini terungkap ketika sebuah keluarga mengadakan
suatu Owasa, pesta perkawinan, kematian, syukuran dan sebagainya, maka
49
Silvy M. Imaniyah, 28 April 2010, http:blogsisiunik.blogspot.com
Universitas Sumatera Utara
keluarga ini akan menyediakan berpuluh-puluh ekor babi untuk menjamu para tamu yang akan datang.
Dahulu, berternak babi dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya membiarkannya hidup secara bebas, ada juga dengan cara mengandangnya dalam
jumlah banyak. Umumnya ternak peliharaan ini sangat penting, terutama dalam kebutuhan adat dan pemujaan. Disamping itu, peternakan babi merupakan aset
ekonomi yang sangat signifikan bagi masyarakat setempat. Namun pada masa kini, masyarakat memiliki keterampilan yang modern untuk beternak babi.
Makanan ternak adalah tanaman natural tetapi pada masa kini, masyarakat lokal lebih senang memberikan makanan ternak yang telah diolah melalui pupuk
sehingga cepat menghasilkan uang. Ternak yang paling dominan adalah ternak babi sebanyak 35.375 ekor, kambing sebanyak 10.926 ekor, sapi sebanyak 1.618
ekor, kerbau 829 ekor, kerbau 82 ekor, unggas berupa ayam dan itik, ayam sebanyak 565.154 ekor dan itik sebanyak 21.500 ekor.
2.6. Kesenian Masyarakat Maenamölö