juga pada akhir pertunjukan, akan ditutup dengan gerakan kaki kanan menhentakannya di tanah secara serentak. Selanjutnya seluruh peserta penari
mereka mengusung patung Harimao sembari berarak-arakan bagaikan pawai sehingga suasana pertunjukan berubah menjadi meriah. Momentum ini merupakan
ajang berkolaborasi untuk menghimpun kekuatan sehingga satu tekad tidak akan tergoyahkan lagi. Dipenghujung pertunjukan, panglima perang memberikan
instruksi agar menurunkan usungan patung Harimao ke tanah kemudian seluruh prajurit membentuk lingkaran dan mengakhirinya dengan Hifuagö, sebagai
berikut: Hifuagö
3.4.4. Transkripsi Famadaya Harimao
URAIAN MAKNA
Universitas Sumatera Utara
Perarak-arakan patung Harimao yang disajikan dalam musyawarah
Fondrakö Sebagai lambang sosialisasi
dan pengesahan hasil musyawarah amandemen
Fondrakö .
Pematahan leher, kaki dan
meremukkan tubuh serta pembuangan patung Harimao
dengan cara menenggelamkan hingga kedalaman sungai Gomo di
Jumali sambil mengucapkan: Ae ndraugö belema
Pergilah menjadi pembela kami, Ae ndraugö lalima
Pergilah menanggung kesalahan kami, Ho wa lawalani sanetua
Allah yang sebagai hakim, Ho tuha salawa sowatua
Allah yang maha tinggi yang dilaksanakan
pada upacara Famatö Harimau Sebagai tanda penebusan
jiwa manusia atas segala pelanggaran terhadap
Fondrakö sehingga setiap
orang menerima, mengalami pemulihan
ataupun pembaharuan totalitas kehidupan
seutuhnya.
Perarak-arakan patung Harimao yang disajikan dalam upacara
Owasa
Sebagai lambang pengukuhan status
seseorang di tengah- tengah komunitas
kemasyarakatan.
Perarak-arakan patung Harimao yang disajikan dalam upacara
Fanowai Tome Sebagai tanda penyambutan
dan penghormatan adat kepada tamu beserta
rombongan yang hendak datang
Patung Harimao yang dibuat dari pohon
Fösi , diyakini bahwa
bilamana daunnya gugur maka warga kampung akan diserang
penyakit. Kalau salah satu dahannya patah maka salah seorang
bangsawan akan meninggal, jika semua pohon itu mati atau layu
maka akan terjadi wabah penyakit, kebakaran kampung atau perang
dapat menimbulkan banyak merenggut nyawa,.
Melambangkan pohon kehidupan
Universitas Sumatera Utara
Kepala patung Harimao yang diarak-arakkan dalam upacara adat-
istiadat dan ritual keagamaan tradisional masyarakat Maenamölö
adalah menyerupai ular naga Melambangkan
Lasara dewa adat, jejadian
Badan patung Harimao yang diarak-arakkan dalam upacara adat-
istiadat dan ritual keagamaan tradisional masyarakat Maenamölö
adalah menyerupai tubuh serigala melambangkan Siliwangi
siluman
9 sembilan depa tingginya usungan patung Harimao
Sebagai symbol Teteholi Ana’a
, yakni sorga yang terletak di langit lapisan ke-
9, dimana Sirao Uwu Jihönö
bertahta. Susuna
n peserta pertunjukan Famadaya Harimao
, sebagai berikut: 1.
Barisan terdepan didominasi oleh Si’ulu, melambangkan
representasi dewa Pencipta 2.
Barisan kedua adalah didominasi oleh Ere,
melambangkan representasi dewa Inada Silewe Nazarata
3. Barisan ketiga didominasi
oleh Ono Mbanua terdiri dari; Si’ila
, Sato, melambangkan representasi dewa Lature danö
4. Barisan keempat, didominasi
oleh kaum Sawuyu Sebagai simbol adat yang
berkaitan dengan struktur pelapisan sosial
Universitas Sumatera Utara
Seorang kepala panglima perang berteriak dengan suara keras
memberikan formasi Hugö dihadapan seluruh khalayak ramai
secara terbuka. Sebagai symbol meminta
persetujuan bahwa pertunjukan sudah bisa
dimulai.
Gerakan kaki selalu diawali dan diakhiri dengan hentakan kaki
kanan Melambangkan symbol
tekat seorang prajurit. Apabila mati di medan
perang demi membela kampungnya tetapi bila
mengalahkan musuh maka akan pulang membawa
kemenangan.
Para prajurit sedang mengelilingi usungan patung Harimau sembari
berarak-arakkan.
Sebagai symbol kesetiaan prajurit untuk
mengawal sang raja sehingga tidak ada
kesempatan bagi musuh
Sebagai symbol untuk
membakar semangat para serdadu yang
mengusung Harimau supaya suasana
pertunjukan semakin meriah dan spektakuler
Seorang kepala panglima perang berteriak dengan suara yang sangat
keras memberikan formasi Hugö dihadapan seluruh khalayak ramai
secara terbuka: Sondroro
: Mitari Humö’ö
Tabörötai Tabörögö Sondrönia’ö
: Hu Sondroro
: Bahijale Sondrönia’ö
: Hu Sebagai symbol meminta
persetujuan apakah acara sudah bisa dimulai,
diteruskan, demikian pula pada penutupan.
Fondrahi Tambur, terbuat
dari pohon nibung yang telah dilubangi dengan cara
mengeruk daging hingga tembus dari kedua sisi. Pada
salah satu ujung memiliki diameter lingkaran yang
lebih besar ditutup dengan Sebagai sarana untuk
mengundang para dewa dan arwah leluhur yang sudah
meninggal agar
memberikan restu upacara adat atau
keagamaan yang sedang dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
kulit kambing, ular, diikat dengan rotan di sekeliling
pinggirnya, dipukul bagian sisi kulit dengan telapak
tangan, stik.
Ada 4 warna yang terdapat pada ornamental busana
pertunjukan mengarak Harimau
Putih, melambangkan
kesucian kemurnian dan
kedamaian.
Kuning, melambangkan kejayaan kekuasaan dan
keagungan.
Merah, melambangkan keberanian dan ketangkasan.
Hitam, melambangkan
kesedihan, ketabahan dan
kewaspadaan.
Nandrulö adalah sebuah
asesoris mahkota kebesaran, kejayaan, kepemipinan yang
terbuat dari kulit pohon, rotan, daun palem, pelepah
kelapa namun pada masa kini dibuat dari logam, kuningan
atau emas. Sebagai tanda mahkota kebesaran
seseorang karena dia telah memberikan yang terbaik untuk
kepentingan masyarakat. Hasil karyanya dapat dibuktikan dan
diverifikasi secara nyata
Sialu atau Gaule adalah
sebuah asesoris yang dipasang di telinga kiri atau
kanan dibuat dari perak atau emas.
Sebagai tanda bahwa statusnya di kampung selain tergolong
keluarga terhormat dia juga termasuk orang yang kaya
Universitas Sumatera Utara
Kalabubu , yang terbuat dari
tempurung kelapa atau
tanduk sapi dan kerbau. Sebagai peralatan perang untuk
melindungi leher dari tebasan pedang musuh
Tölögu , adalah terbuat dari
besi kuningan pada bagian pegangannya diisi dengan
mantera. Sebagai symbol untuk menebas
kepala musuh di medan perang
Toho , suatu alat perang
berupa tombak, terbuat dari batang aren yang dililit
dengan anyaman susulur, ujungnya disambung suatu
kuningan atau tembaga sebagai mata tombak. Berfungsi
untuk memukul dan menaklukkan musuh.
Baluse , suatu alat perang
berupa perisai untuk terbuat dari kayu keras
berfungsi sebagai pelindung atau penangkis pedang maupun
tombak musuh.
Öröba berupa baju rompi
yang dibuat dari bahan kulit kayu, ijuk kelapa, rotan yang
disulam secara tradisional. Sebagai pelindung tubuh dari
sinar matahari sekaligus sebagai baju kebesaran yang digunakan
pada upacara adat.
Universitas Sumatera Utara
Öndröra yang terbuat dari
kulit kayu namun pada masa sekarang dibuat dari bahan
kain, disekelilingnya dibentuk
ornamen Ni’ohulayo.
s ebagai busana penutup kemaluan
atau alat kelamin sehingga terkesan berpenampilan sopan.
Göndra Gendang
Merupakan alat musik tradisional suku Nias yang
terbuat dari batang pohon besar di dalamnya dikeruk.
Kedua sisinya ditutup dengan kulit kambing dan rotan.
Biasanya alat musik ini dimainkan oleh dua orang
Göndra
dengan cara memukul membrane dengan
stik. Sebagai ritme pada syair lagu dan
gerakan tari-tarian yang hendak dipertunjukan pada pelaksanaan
upacara adat dan keagamaan
Aramba yang terbuat dari
tembaga, kuningan, suasa. Dimainkan dengan
memukulnya menggunakan stik.
Sebagai ritme pada syair lagu dan gerakan tari-tarian yang
dipertunjukan pada pelaksanaan upacara adat dan keagamaan
Rici-rici merupakan alat
musik perkusi sejenis Idiofon terbuat dari kayu yang
berongga diisi jenis kacang- kacangan, dimainkan dengan
cara menggoyang- goyangkannya.
Sebagai instrument musik pengiring tambahan pada upacara
adat dan keagamaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV UPAYA PELESTARIAN FAMADAYA HARIMAO
4.1. Konsep Kebudayaan
4.1.1. Pengertian
Secara etimologis, kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta ‘buddhayah’, ialah bentuk jamak dari kata “budi” atau “akal”. Maka kebudayaan
dapat diartikan pula hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Ada pendapat lain tentang asal kata kebudayaan yaitu bahwa kata itu berasal dari
pengembangan majemuk kata budi-daya yang berarti “daya dari budi”, kekuatan dari pikiran. Bertitik tolak arti tersebut, maka pengertian kebudayaan dapat
dirumuskan sebagai segala sesuatu hasil kegiatan akal manusia, baik berupa materi maupun berupa non materi.
Universitas Sumatera Utara