dan arwah leluhur mereka termasuk benda-benda peninggalan leluhur lainnya yang dianggap mengandung berhala.
6
Dalam rangka upaya pelestarian Famadaya Harimao sebagai kebanggaan masyarakat Maenamölö masa lalu dan hampir terlupakan, para pemangku
kepentingan perlu menyusun rencana strategis sebagai grand skenario secara ontologi input, epistemologi process dan aksiologi output guna untuk
menghidupkan kembali pariwisata dan kebudayaan kuno yang semula hampir terlupakan pada akhirnya dapat diaktifkan kembali menjadi sebuah konsumsi
heritage yang menarik guna mendukung mikro finance yang berdampak pada
pembangunan berbasis otonomi daerah.
1.2. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan uraian di latar belakang, maka penulis merumuskan masalah, sebagai berikut:
1. Apakah sejarah, fungsi dan makna Famadaya Harimao dalam kehidupan
masyarakat Maenamölö. 2.
Bagaimana upaya pelestarian Famadaya Harimao dalam kehidupan masyarakat Maenamölö.
6
Johannes M. Hämmerle, 1995, Hikaya Nadu, Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias, hlm.44
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan penelitian Famadaya Harimao
, sebagai berikut: 1.
Menjelaskan sejarah, fungsi dan makna Famadaya Harimao dalam kehidupan masyarakat Maenamölö Kabupaten Nias Selatan Kepulauan
Nias. 2.
Menjelaskan upaya pelestarian Famadaya Harimao dalam kehidupan masyarakat Maenamölö Kabupaten Nias Selatan Kepulauan Nias.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Setelah menyelesaikan penelitian Famadaya Harimao, harapan penulis, sebagai berikut:
1. Guna untuk memajukan kebudayaan daerah berbasis kearifan lokal, maka
Pemerintah Kabupaten Nias Selatan, melalui: a.
Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Selatan untuk dimasukkan dalam daftar kurikulum muatan lokal, baik di tingkat pendidikan formal
maupun non formal, sebagai strategi pengenalan, pemahaman, kecintaan, kebanggaan dan menghargai dalam kerangka pelestarian
nilai-nilai kebudayaan leluhur. b.
Menjadi bahan bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Nias Selatan untuk melakukan upaya pelestarian Famadaya Harimao yang bermutu dan
unggul sehingga budaya kuno tersebut yang nyaris hampir terlupakan
Universitas Sumatera Utara
pada akhirnya dapat diaktifkan kembali guna mendukung mikro finance
yang berdampak bagi pembangunan Kabupaten Nias Selatan. 2.
Hasil penelitian ini dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat lokal untuk menghargai sebagai identitas dan kebanggaan masa lalu. Selanjutnya, dapat
dijadikan sebagai referensi, baik kalangan akademis, lembaga adat, para budayawan, seniman maupun peneliti lainnya guna penelitian lanjutan yang
berhubungan dengan pelestarian Famadaya Harimao. 3.
Melalui penelitian ini semakin menambahkan pengetahuan penulis selaku peneliti, berkaitan dengan kesejarahan, fungsi dan makna Famadaya
Harimao . Selanjutnya dapat mengimplementasikannya secara praktis
dengan mengemasnya dalam bentuk modul atau paket yang menarik guna untuk memajukan kebudayaan daerah.
1.4. Tinjauan Pustaka
Sebagai pedoman pada pelaksanaan penelitian di lapangan, maka terlebih dahulu penulis melakukan rujukan dari hasil karya orang lain khususnya yang
berkaitan dengan Famadaya Harimao. Di dalam karya tulis ilmiah Albinus Fombagi Fau, dalam skripsinya,
Fondrakö Suatu Uraian Etis-Kritis Atas Nilai-Nilai Fondrakö Dalam Kehidupan Masyarakat Nias
, 1997:84-85, menjelaskan bahwa salah satu dambaan manusia di dunia ini adalah terciptanya kehidupan yang harmonis. Untuk mewujudkan
cita-cita tersebut maka manusia harus membutuhkan Fondrakö sebagai pandangan hidup manusia sebagai warga masyarakat. Skripsi Tugas Duha, Kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
Agama Suku Dalam Kehidupan Masyarakat Nias Selatan Dan Wadah Pembaharuan Famatö Harimao
, 2004, menerangkan bahwa di dalam budaya masyarakat Nias terdapat semacam wadah pembaharuan untuk semua aspek
kehidupan masyarakat. Wadah pembaharuan yang dimaksud adalah upacara Famatö Harimao
sebagai bagian integral dalam kehidupan masyarakat Maenamölö di Nias Selatan. Namun akibat gerakan perubahan zaman baru,
menyebabkan keaslian nilai-nilai yang terkandung di dalam perarak-arakkan Harimao
perlahan-terus memudar. Walaupun masih ditampilkan pada acara-acara tertentu hingga saat ini akan tetapi konteksnya tidak sama dengan peristiwa yang
sebenarnya-benarnya, melainkan dijadikan sebagai media untuk mencapai kepentingan para elite politik terutama bagi mereka yang sedang berkuasa di
wilayah pemerintah Kabupaten Nias Selatan. Disertasi Jerome Allen Feldman, berjudul The Arcitekture of Nias Indonesia With Special Reference To
Bawömataluo Village , 1977, mendeskripsikan bahwa di daerah Maenamölö ada
upacara khusus pembuangan bersimbol Harimao yang diselenggarakan tiap-tiap tujuh atau empat belas tahun dengan cara menenggelamkan buangnya ke kedalam
sungai Gomo di Jumali sebagai tumbal atas kesalahan manusia, baik secara personal maupun komunitas sehingga totalitas kehidupan manusia mengalami
pemulihan restorasi seutuhnya. Bentuk patung Harimao tersebut bukanlah binatang harimau yang sebenarnya, sebab belum pernah ditemukan harimau di
kepulauan Nias kecuali di Pulau Sumatera dan di daerah lainnya. Selanjutnya, karya Yosafat F. Dachi, berjudul Masyarakat Nias dan Kebudayaannya, 2012,
menjelaskan bahwa salah satu kepercayaan masyarakat Nias Selatan tempo dulu
Universitas Sumatera Utara
adalah pemujaan terhadap dewa laki-laki bersimbolkan patung Harimao. Badannya berbentuk anjing, mulutnya seperti Lasara atau Lawölö ular naga.
Setelah selesai dibuat patung tersebut maka masing-masing desa berkumpul dan mengarak-arakan patung harimau tersebut sambil mengusungnya ke Jumali untuk
diritualkan dan membuangnya ke kedalaman sungai Gomo sebagai tebusan jiwa manusia.
Semua karya ilmiah tersebut di atas menjadi sumber inspirasi bagi penulis untuk melakukan kajian dalam penelitian Famadaya Harimao dalam
kehidupan masyarakat Maenamölö Kabupaten Nias Selatan Kepulauan Nias.
1.5. Konsep dan Landasan Teori 1.5.1