Tantangan utama yang dihadapi adalah jarak antara stasi yang satu dengan yang lain berjauhan, keterbatasan tenaga untuk menggerakkan dan memandirikan
mereka para pengurus dan katekis dalam berbagai kegiatan sehingga kehidupan jemaat semakin bergairah.
23
Umat Katolik yang berada di seluruh penjuru kepulauan Nias, Mata pencaharian mereka bervariasi, ada yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan,
guru, tukang becak, tukang bangunan, pedangang dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa umat di Paroki ini termasuk umat yang sudah berpendidikan dan
memiliki kedudukan penting dalam masyarakat.
2.3.3. Kristen Protestan
Pada tahun 1836 Rheinische Missions Geselschaft RMG yaitu gabungan zending yang berdiri pada tahun 1823 dan berpusat di Barmen wilayah
Dusseldorf di Jerman, mengirimkan 9 orang pendeta di wilayah Indonesia dalam rangka melaksanakan amanat agung Tuhan Yesus Juruselamat.
Secara kolektif pada tanggal 27 September 1865, seluruh denominasi gereja di Nias telah menetapkannya sebagai hari Yubelium hari memperingati
berita Injil di kepulauan Nias. Tim Penyusun, buku Waö-Waö Duria Somuso Dödö ba Danö Niha
, 1986:6, menejelaskan bahwa L. Denninger adalah salah satu dari ke 9 orang misionaris yang diutus oleh Rheinische Missions Geselschaft
RMG yang berdiri pada tahun 1823 dan kini telah diganti namanya menjadi Vision Evangelis’m Mission
VEM di Germani. Sebelum tiba di Nias,
23
Marianus Amsal, Oktober 2013, www.xaverindo.org
Universitas Sumatera Utara
Ludwig Ernst Denninger melakukan pekabaran Injil disekitar kota Padang, Sumatera Barat namun penduduk setempat menolaknya. Karena hampir setiap
hari ia bertemu dengan orang-orang Nias sebagai pendatang di Padang sangat ramah kepadanya, maka ia terus membina persahabatan yang akrab dan melayani
mereka sambil belajar berbahasa daerah Nias dengan fasih. Kemudian pada tanggal 27 September 1865.
24
Beberapa lama kemudian ia meminta petunjuk Roh Kudus dan pada akhirnya ia memutuskan untuk segera meninggalkan kota
Padang, Sumatera Barat dengan menumpang kapal kayu dari pelabuhan Teluk Bayur menuju pelabuhan lama kota Gunungsitoli di Kepulauan Nias. Disebutkan
bahwa Ludwig Ernst Denninger tiba di Gunungsitoli tepatnya pada tanggal 27 September 1882. Sebagai langkah awal kehidupannya, ia harus menyewa sebuah
rumah kecil tempat untuk keluarga menginap sementara waktu. Keesokan harinya, ia mulai berkunjung dari rumah ke rumah, desa yang satu dengan desa tetangga
lainnya untuk memberitakan Injil Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sekalipun berbagai hambatan yang harus dihadapi oleh Ludwig Ernst Denninger
24
27 September 1865, Ernst Ludwig Denninger menginjakan kaki pertama sekali di Gunungstioli melalui pelabuhan Teluk Bayur, Padang Sumatera Barat. Tanggal kedatangan Ernst Ludwig
Denninger ini telah diabadikan sebagai hari Jubellium berita injil, keselamatan yang diperingati
setiap tahun oleh seluruh denominasi gereja dipenjuru kepulauan Nias
dalam melaksanakan misi yang mulia ini seperti; jalan penghubung antara kampung belum ada, masih jalan setapak dan penuh dengan semak-semak duri,
seringkali terjadi perang antar kampung, maraknya pengayau manusia, penduduk suku Nias adalah penyembah patung berhala, mewabahnya musim penyakit
demam, typus, kolera, TBC, sering terjadinya musim kelaparan. Namun semangat jiwa untuk memberitakan Injil Kristus semakin berkobar. Karena penduduk
Universitas Sumatera Utara
sekitar gunungsitoli menilainya sebagai Tuan yang sangat rendah hati, memiliki perhatian yang murni terhadap semua warga. Ludwig Ernst Denninger membuka
sekolah bagi anak-anak untuk belajar mengenal membaca dan pada akhirnya mendirikan Seminary sekolah Alkitab untuk mempersipakan pribumi menjadi
guru injil. Karena menuai keberhasilan dalam pelayanan, maka Tuan Ludwig Ernst Denninger
meminta kepada Rheinische Missions Geselschaft RMG untuk mengirimkan tenaga pelayan namun RMG mengirimkan misionar
secara bertahap, diantaranya adalah J.W. Thomas dan De Weertt 1873-1897, H. Lagemann. 1982-1933= 41 Tahun, Bortta 1907–1931, Rabenech 1901-1934,
Ed. Sartor, Pieper 1928-1929, Fr.Dermann 1928-1940, Skamrad, dr. Harma, Peterson dan lain-lain. Selanjutnya atas gerakan pertobatan massal dalam bahasa
Nias disebut “fangesa dödö sebua, peningkatan yang terjadi bukan hanya secara kwantitatif saja, tetapi juga dalam hal spritualitas. Hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya patung, ilmu-ilmu sihir dan racun yang dimusnahkan. Perselisihan dan peperangan di antara penduduk mulai berkurang, kerukunan mulai berkembang.
2.3.4. Islam