selalu dinanti dalam setiap acara bertemakan tentang Nias bahkan atraksi ini telah menjadi icon kalangan termasuk beberapa perusahaan telah menggunakan atraksi
lompat batu ini dalam iklan produknya bahkan Pemerintah Republik Indonesia telah mengabadikannya dalam uang kertas seribu rupiah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia pada tahun 1992. Namun pada masa kini, satu sisi lompat batu masih tetap berlangsung sebagai kegiatan seni budaya, pada sektor lain dikemas
sedemikian menarik menjadi suatu produk warisan budaya.
2.6.6. Faluaya
Menurut Waspada Wau, 26 Desember 2012, bahwa Faluaya adalah keseluruhan ekspresi suatu peperangan untuk memperjuangkan semua aspek
kehidupan, termasuk membela diri dan mempertahankan kehormatan kampung.
60
Ditinjau dari sejarah bahwa tarian Faluaya juga menggambarkan menggambarkan persatuan dan kesatuan suatu kampung saat menghadapi
berbagai ancaman musuh. Pertujukan tari Faluaya pada umumnya dilakukan Nilai-nilai yang terkandung di dalam Faluaya adalah bersifat nasehat dan perintah
kepada setiap orang karena pada prinsipnya siapapun tidak akan pernah dibela secara membabi buta orang yang bersalah. Öndröra vabanuasa, kiri-kiri
vambambatösa adalah falsafah bahwa kepentingan kelompok di atas kepentingan
pribadi yang melandasi Tola mate, tobai aila yang artinya lebih baik mati dari pada menanggung malu.
60
Waspada Wau, 2012, Fanaruyama, Bawömataluo: Makalah Seminar International Potensi, Pemuda, Prospek dan Tantangan Masa Depan
Universitas Sumatera Utara
lapangan terbuka dan agak luas tanpa menggunakan dekorasi. Di Kabupaten Nias Utara, Faluaya tari perang disebut Baluse tari perisai tetapi di Pulau-Pulau
Batu, wanita turut menari dengan langkah kecil yang lemah gemulai. Dewasa ini, Faluaya
yang berasal dari Nias Selatan sudah banyak ditampilkan dalam berbagai event, baik pada pentas Lokal, Nasional bahkan di Mancanegara. Tarian ini
menjadi sajian utama pada penyambutan tamu yang berbau adat di Nias. Penarinya lebih dari 20 bahkan sampai 200 orang laki-laki layaknya
seperti serdadu lengkap dengan perisai dan tombak, parang, mandau dengan berbagai pelindung tubuh baik leher maupun di pinggang serta di dada. Tarian ini
dipimpin seorang panglima sebagai komando untuk membentuk formasi berjajar panjang yang terdiri dari empat jajar. Posisi komando berada di depan menghadap
kearah penari. Tarian kemudian dimulai dengan gerakan kaki maju mudur sambil dihentakkan ke tanah dan menerikkan kata-kata pembangkit semangat. Makna
gerakan ini adalah kesiapan pasukan untuk maju ke medan perang dengan penuh semangat kepahlawanan. Kemudian diikuti dengan formasi melingkar yang
bertujuan untuk mengepung dan leumpuhkan musuh. Gerakan Faluaya sangat dinamis, hentakan kaki yang diiringi oleh musik dan gerakan mengayunkan
tombak dan pedang menggambarkan semangat dari para pejuang dalam mempertahankan kampung mereka dari serangan musuh. Tidak hanya itu saja,
suara yang dikelurkan oleh para penari juga merupakan ekspresi ketangkasan dan kepahlawanan para kesatria.
Tari Faluaya tari perang terbagi 6 jenis, sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Folohe Toho
tehnik menombak adalah suatu keahlian khusus bagi prajurit untuk menguasai teknik menyerang dengan menombak musuh.
2. Folohe Baluse
tehnik perisai adalah suatu keahlian khusus prajurit untuk menguasai teknik menggunakan perisai saat melakukan pertahanan ketika
musuh datang menyerang. 3.
Fahutasa tehnik menyerang adalah suatu keahlian khusus bagi prajurit
untuk menguasai tehnik untuk memukul lawan dengan tölögu mandau pengayau kepala manusia ketika saling menyerang.
4. Famanu-manusa
tehnik berlaga adalah suatu kemampuan adu nyali, kekuatan bagi prajurit mengalahkan musuh ketika berperang.
5. Janökhö
tehnik mengayau adalah suatu kemampuan para serdadu kampung pergi mengayau di kampung-kampung tetangga lainnya untuk
dijadikan sebagai tumbal atau persembahan ketika seorang bangsawan meninggal dunia dengan cara dipenggal kepalanya di atas kuburan. Diyakini
bahwa tumbal-tumbal ini nantinya menjadi menjadi budak-budak bangsawan ini di tempat kuburan. Seorang melayaninya untuk makan,
seorang yang menjaganya, seorang tukang pijatnya, seorang tukang potong kukunya, seorang lagi suruhannya kemana-mana.
6. Jamu’i
tehnik seram, adalah temperamen seorang prajurit perang, berjiwa tegas tanpa basa-basi. Tidak banyak pertimbangan. Siapapun dihadapannya,
terlebih lagi ketika Tölögu Mandau sudah sempat dicabut dari sarungnya, tak ada pilihan lagi maka taruhannya pasti nyawa musuh harus melayang.
Memandangnya saja, musuh-musuhnya sudah gemetar.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Nata’alui Duha yang disadur oleh Tim Penyusun Pusaka Nias dalam Media Warisan
, 2011:59-60, mengatakan bahwa rasa kepentingan kampung lebih utama dari pada hubungan kekerabatan.
Apapun akan dikorbankan untuk membela demi kehormatan kampung sendiri. Sesuatu yang terjadi pada
seseorang merupakan peristiwa bagi seluruh warga sekampung. Misalnya; salah seorang warga kampung A disakiti oleh warga kampung Z maka seluruh warga
kampung A akan turut membalasnya, demikian sebaliknya. Setelah musuh diserang maka kepala musuh yang sudah terpenggal dan para tawanan perang itu
dibawa pulang. Bilamana para serdadu pulang dengan membawa kemenangan, menjelang tiba dekat pintu gerbang kampung para prajurit mulai berarak-arakkan
sembari melagukan hoho kemenangan dan beberapa kepala musuh yang mereka gotong menyerahkannya kepada bangsawan kemudian mereka melakukan
perjamuan besar-besaran serta mengukuhkan para prajurit itu sebagai pahlawan kampung. Pada acara itu bangsawan memberikan rai-rai mahkota bahkan emas
batangan kepada masing-masing prajurit itu.
61
2.6.7. Arsitektur