Prosesi Famadaya Harimao Makna Famadaya Harimao

E= Do

3.4.3. Prosesi Famadaya Harimao

Sebelum hari pertunjukan, Si’ulu akan mengundang seluruh warganya untuk bermusyawarah guna mempersiapkan segala sesuatu menyangkut hal-hal seputar acara adat yang akan dilaksanakan. Pada kesempatan forum terbuka inilah setiap warga mendapat kesempatan terutama para tokoh secara demokrasi dipersilahkan untuk mengemukakan pendapatnya. Sebagaimana dikatakan oleh Waspada Wau, 2012:11, mengatakan bahwa setiap pengambilan keputusan diambil atas dasar objektifitas jauh dari subjektifitas. Gagasan anak kecil sekalipun kalau diterima nalar maka itu dapat dikukuhkan dan diberlakukan. 90 Komposisi pertunjukan patung Harimao, para peserta membentuk barisan sesuai dengan peranan kelompoknya masing-masing, Barisan pertama didominasi oleh kaum bangsawan Si’ulu, barisan kedua didominasi oleh kaum cendekia Si’ila dan barisan ketiga didominasi oleh 40 kaum masyarakat umum Sato. Setelah peserta pertunjukan mengambil sikap sempurna maka kegiatan Kendati demikian, bilamana musyawarah gagal dalam mencapai mufakat maka sebagai pimpinan tertinggi, Si’ululah yang berdaulat untuk memutuskannya. 90 Waspada Wau, 2012, Fanaruyama, Bawömataluo: Makalah Seminar Internasional: Potensi Pemuda, Prospek dan Tantangan Masa Depan , hlm.11 Universitas Sumatera Utara pertunjukan dimulai dengan Fehuhugö. Seorang kepala panglima perang berteriak dengan suara yang sangat keras memberikan aba-aba dihadapan seluruh peserta yang disaksikan oleh seluruh penduduk secara terbuka bahwa pertunjukan akan dimulai. Sebagaimana penulis transkripsikan dalam bentuk notasi balok Hugö, sebagai berikut: Hugö Gerakan pertama adalah dimulai dengan mengangkat kaki kanan sambil menggerakkan dengan cara mengayun-ayunkan perisai di tangan kiri, tombak atau pedang di tangan kanan parang kemudian melangkah demi selangkah maju ke depan dan kaki kiri mengikutinya dari belakang dengan kata lain bahwa kaki kiri tidak boleh melewati atau mendahului langkah kaki sampai seterusnya. Demikian Universitas Sumatera Utara juga pada akhir pertunjukan, akan ditutup dengan gerakan kaki kanan menhentakannya di tanah secara serentak. Selanjutnya seluruh peserta penari mereka mengusung patung Harimao sembari berarak-arakan bagaikan pawai sehingga suasana pertunjukan berubah menjadi meriah. Momentum ini merupakan ajang berkolaborasi untuk menghimpun kekuatan sehingga satu tekad tidak akan tergoyahkan lagi. Dipenghujung pertunjukan, panglima perang memberikan instruksi agar menurunkan usungan patung Harimao ke tanah kemudian seluruh prajurit membentuk lingkaran dan mengakhirinya dengan Hifuagö, sebagai berikut: Hifuagö

3.4.4. Transkripsi Famadaya Harimao