pernah menjadi pegangan hidup harus disingkirkan dengan alasan tidak sesuai lagi dengan kondisi masa kini.
2.6.5. Fahombo Batu
Menurut Nata’alui Duha, 2004, bahwa melompat batu merupakan media latihan para prajurit kampung untuk menerobos benteng musuh baik ketika
melakukan penyerangan maupun dalam upaya melarikan diri dari kepungan musuh sekaligus untuk menguji kekuatan dan ketangkasan seseorang bahwa dia
adalah manusia yang sakti.
57
Informan, Amos Harefa, 18 Agustus 2013, Fahombo Batu pada mulanya tercetus karena dipicu berbagai kesenjangan, diantaranya ialah seperti
perebutan wilayah kekuasaan, gara-gara perempuan, pelanggaran terhadap norma- norma adat yang merusak hubungan antar kampung dan sengketa lainnya
sehingga harus diselesaikan dengan jalur perang. Periode ini dimana alam menawarkan hukum rimba. Siapa yang terkuat dialah penguasa. Begitulah sirklus
kehidupan pada waktu itu. Maka setiap orang yang akan pergi berperang harus dilatih terlebih dahulu bagaimana strategi perang, salah satunya adalah latihan
melompat batu, latihan ini sangat penting bagi setiap serdadu dalam menghadapi Fahombo Batu juga sering digolongkan sebagai
bagian dari seni pertunjukkan. Walaupun harus diakui bahwa dahulu, ini termasuk bagian dari pembinaan generasi muda untuk menjadi dewasa secara fisik dan
mental, serta siap tampil di medan perang.
57
Nata’alui Duha, 2004, Fahombo Batu Di Nias, Tiada Duanya Di Dunia, Medan: Sinar Indonesia Baru, hlm.59-60
Universitas Sumatera Utara
agresi musuh. Manfaat bagi yang kalah adalah untuk menyelamatkan diri dengan melompati rintangan-rintangan tersebut dari kepungan musuh dan bagi pemenang
akan mudah mengejar dan memukul musuh. Sebelum seseorang akan belajar melompati batu itu terlebih dahulu ia harus memohon restu kepada arwah-arwah
para leluhur pelompat batu yang sudah meninggal dengan tujuan untuk menghindari kecelakaan dan bencana bagi para pelompat ketika sedang
mengudara, sebab banyak juga pelompat yang mengalami kecelakaan. Jika seseorang dianggap telah lulus maka diadakanlah acara syukuran sederhana
dengan menyembelih ayam jantan pilihan atau sekor anak babi bahkan bangsawanpun ikut menjamunya. Pada hari itu juga pemuda ini secara resmi
mendapat gelar Samu’i mbanua atau La’imbahorö pengawal kampung jika ada konflik antar kampung maka orang-orang inilah yang menjadi garda terdepan
untuk menyerbu.
58
Edi Gunawan Zebua, 23 Juni 2012, diuraikan bahwa struktur lompat batu adalah terbuat dari batu monolit, tingginya mencapai 2 meter dengan lebar 90
cm panjangnya 60 cm. Di depannya ada undukan batu kecil setinggi 60 meter berfungsi sebagai landasan pijakan sebelum melakukan lompatan. Prajurit itu
berlari dengan menginjak undukan batu kecil penopang terlebih dahulu untuk dapat melewati susunan batu yang tinggi. Berbagai ekspresi para pelompat ketika
sedang mengudara.
59
Tidak bisa dipungkiri bahwa atraksi lompat batu di wilayah Kabupaten Nias Selatan telah menjadi seni pertunjukkan yang fenomenal, kehadirannya
58
Wawancara: Amos Harefa, 18 Agustus 2013
59
Edi Gunawan Zebua, 23 Juni 2012, http:www: nias-bangkit.com
Universitas Sumatera Utara
selalu dinanti dalam setiap acara bertemakan tentang Nias bahkan atraksi ini telah menjadi icon kalangan termasuk beberapa perusahaan telah menggunakan atraksi
lompat batu ini dalam iklan produknya bahkan Pemerintah Republik Indonesia telah mengabadikannya dalam uang kertas seribu rupiah yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia pada tahun 1992. Namun pada masa kini, satu sisi lompat batu masih tetap berlangsung sebagai kegiatan seni budaya, pada sektor lain dikemas
sedemikian menarik menjadi suatu produk warisan budaya.
2.6.6. Faluaya