diganti menjadi Urung Kecil yang dipimpin oleh Kepala Urung Kecil Asisten Demang.
39
Seperti dikemukakan oleh D. Zagötö, 1972:23, bahwa pada masa pemerintahan Kabupaten Tk. II Nias, antara tingkat Kecamatan dengan tingkat
Banua Kampung, masih berlaku namanya tingkat Öri yang dikepalai oleh
seorang Tuhenöri tetapi sekarang tingkat Öri telah ditiadakan. Sebagaimana dikatakan oleh F. Zebua, 1996:108, mengatakan bahwa sejak keluarnya
keputusan Gubernur sebagai Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Tanggal 26 Juli 1965 Nomor 222VGSU, maka sistem pemerintahan Öri di Kabupaten Nias
dihapuskan dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
40
2.4.3.2. Kabupaten Nias Selatan
Secara geografi, Kabupaten Nias Selatan terletak pada 0° 33’ 25” Lintang Selatan dan 1° 4’ 5” Lintang Utara serta 97° 25’ 59” dan 98° 48’ 29” Bujur
Timur. Luas wilayah sebesar 1.825,2 km2 terdiri dari 104 buah pulau. Berbatasan dengan:
a. Sebelah Utara : Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Barat
b. Sebelah Selatan : Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat
c. Sebelah Barat : Samudera Hindia.
d. Sebelah Timur : Kabupaten Mandailing Natal dan Pulau-Pulau Mursala
Tapanuli Tengah
39
Ibid., hlm.xi
40
F. Zebua, 1996, hlm.108, Kota Gunungsitoli Sejarah Lahirnya Dan Perkembangannya, Gunungsitoli
Universitas Sumatera Utara
Topografi wilayah Kabupaten Nias Selatan berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan tingginya di atas permukaan laut bervariasi antara 0-800
meter, terdiri dari dataran rendah sampai bergelombang mencapai 20 , dari tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8 dan dari berbukit sampai
pegunungan 51,2 dari keseluruhan luas daratan. Kondisi demikian sunggguh menyulitkan pembuatan jalan-jalan lurus dan lebar. Iklim Kabupaten Nias
Selatan terletak di daerah khatulistiwa maka curah hujannyapun tinggi. Rata-rata curah hujan perbulan 298,60 mm dan banyaknya hari hujan dalam setahun 250
hari atau rata-rata 21 hari perbulan pada tahun 2011. Akibat banyaknya curah hujan maka kondisi alamnya sangat lembab dan basah. Musim kemarau dan
hujan silih berganti dalam setahun. Disamping struktur batuan dan susunan tanah yang labil mengakibatkan seringnya banjir Bandang dan terdapat patahan jalan-
jalan aspal dan longsor disana sini, bahkan terjadi daerah aliran sungai berpindah-pindah. Keadaan iklim dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara
berkisar antara 21,7°-31,3° dengan kelembaban sekitar 88 dan kecepatan rata- rata angin 6 knotjam. Curah hujan tinggi dan relatif turun hujan sepanjang tahun
dan sering kali dibarengi dengan badai besar. Musim badai laut biasanya berkisar antara bulan September sampai Nopember, tetapi kadang terjadi badai pada bulan
Juni, jadi cuaca bisa berubah secara mendadak. Kabupaten Nias Selatan terdiri dari 104 buah pulau besar dan kecil. Jumlah pulau yang dihuni 21 buah, yang
tidak dihuni 83 buah. Penyebaran Pulau Pulau menurut Kecamatan, terdiri dari Pulau Batu dan Hibala sebanyak 101 Pulau, Lahusa sebanyak 1 Pulau dan
Lölöwa’u sebanyak 2 Pulau.
Universitas Sumatera Utara
Ditinjau dari kesejarahannya bahwa wacana pembentukan Kabupaten Nias Selatan sudah dimulai sejak tahun 1960-an oleh tokoh-tokoh masyarakat
Nias Selatan. Namun usulan tersebut tidak segera teralisasi karena harus memenuhi tahapan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
129 Tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah.
Hadirat Manaö, 2012:4, menjelaskan bahwa pada mulanya seluruh wilayah kepulauan Nias berada di bawah 1 satu Pemerintah Kabupaten Nias.,
namun semenjak pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah, pada akhirnya terjadilah pemekaran wilayah otonomi di
kepulauan Nias. Regulasi tersebut didasari oleh berbagai kesenjangan sosial, pergeseran politik, penghasilan ekonomi, perbedaan budaya dan lain sebagainya.
Pada saat yang bersamaan marak pula konflik komunitas sebagai suatu suatu protes masyarakat terhadap sistem pemerintah yang otokrasi dan sentralisme.
Dimana hampir semua jabatan terpenting pada Pemerintah Kabupaten Nias dikuasai, didominasi sepenuhnya oleh masyarakat dari Nias Utara sepanjang
masa. Mereka tidak memberi peluang kepada setiap warga yang berasal dari Nias
Selatan bahkan menekan habis-habisan akan tetapi di rantau orang mereka banyak yang berhasil menduduki jabatan terpenting diberbagai sektor.
41
41
Hadirat Manaö, 26 Desember 2012, Dampak Pemekaran Wilayah dan Persaingan Politik Antar Kelompok Masyarakat di Kabupaten Nias Selatan
, Bawömataluo: Makalah Seminar Internasional Potensi Pemuda, Prospek dan Tantangan Masa Depan, hlm.4
Lebih lanjut bahwa Tim Penyusun, Bahan Rakernas BAMUSPERNIS, 2005, dijelaskan
bahwa didorong oleh rasa kepedulian dan keprihatinan serta solidaritas yang dimotivasi oleh nilai budaya Nias ‘Harato Sebua Wa Hasara Dödö.’
Universitas Sumatera Utara
BAMUSPERNIS didirikan pada Tanggal 12 Maret 2001 di kota Medan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya. berperan serta untuk
memperjuangkan terbentuknya Kabupaten Nias Selatan. Rakyat Nias Selatan menyambut baik serta mendukung sepenuhnya BAMUSPERNIS sebagai wadah
untuk memperjuangkan terbentuknya Kabupaten Nias Selatan sebagai salah satu solusi yang tepat dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat Nias
Selatan.
42
Demikian juga dalam katalog BPS Kabupaten Nias Selatan, 2012, dijelaskan bahwa berdasarkan aspirasi masyarakat Nias Selatan yang
didukung oleh keputusan DPRD Kabupaten Nias Nomor: 02KPTS2000 Tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Nias menjadi 2 Kabupaten
Tertanggal 1 Mei 2000, Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara N omor: 19K2002 T entang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Nias tertanggal 25
Agustus 2002, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 T ahun 2003 T entang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat, dan
Kabupaten Humbang Hasundutan di Propinsi Sumatera Utara, Tertanggal 25 Pebruari 2003.
43
Demikian juga warga Nias Selatan yang berada di perantauan khususnya di wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, Tangerang dan Depok
JABOTABEDEK membentuk Panitia Persiapan Pemekaran Kabupaten Nias Selatan FP3KANISE. Pada akhirnya terjadilah pemekaran wilayah otonomi di
kepulauan Nias. Gelombang pertama adalah pemekaran Kabupaten Nias Selatan yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri pada Tanggal 28 Juli 2003 melalui
42
Tim Penyusun, 2005, BAMUSPERNIS, Telukdalam: Bahan Rakernas
43
BPS Kabupaten Nias Selatan, 2012, Nias Selatan Dalam Angka 2012, Telukdalam: Katalog
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003, Tanggal 25 Februari 2003 bersamaan dengan Kabupaten Pak-Pak Barat dan Humbang Hasundutan di
Medan, Sumatera Utara oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia pada tanggal 28 Juli 2003. Selanjutnya pada tanggal 10 Oktober 2003,
T. Rizal Nurdin Gubernur Sumatera Utara diangkat menjadi Pelaksana Tugas Bupati Kabupaten Nias Selatan oleh Menteri Dalam Negeri. Selanjutnya
gelombang kedua, disusul dengan pemekaran Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara dan Kotamadya Gunungsitoli.
Ada 8 Kecamatan yang bergabung untuk memperjuangkan pemekaran Kabupaten Nias Selatan, sebagai berikut:
Tabel 2:3
NO KECAMATAN
LUAS WILAYAH KM2
TERHADAP KECAMATAN
1 Telukdalam
490.00 27.54
2 Lahusa
334.00 10.91
3 Gomo
158.60 19.64
4 Lölömatua
188.60 9.70
5 Lölöwa’u
295.60 11.84
6 Amandraya
183.10 9.95
7 Pulau-Pulau Batu
121.05 6.98
8 Hibala
54.25 3.44
Sumber :http:www. niasselatankab.go.id
Semula Maenamölö berada di wilayah Pemerintah Kecamatan Telukdalam, akan tetapi beberapa tahun setelah Nias Selatan menjadi Kabupaten baru, pada
akhirnya dimekarkan menjadi 3 Kecamatan dalam 2 dua tahapan. Tahapan
Universitas Sumatera Utara
pertama adalah pada masa Fahuwusa Laia, S.H, M.H., sebagai Bupati Nias Selatan, Maenamölö dimekarkan menjadi 2 wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan
Fanayama dan Kecamatan Maniamölö, selanjutnya tahapan kedua yakni pada masa Idealisman Dachi sebagai Bupati Nias Selatan masa bakti 2011-2016,
dimekarkan lagi satu Kecamatan yaitu Kecamatan Luahagundre Maniamölö perpaduan antara desa-desa wilayah Kecamatan Fanayama dan Kecamatan
Maniamölö, sebagai berikut:
1.
Kecamatan Fanayama Secara geografi wilayah Kecamatan Fanayama seluas 77 km2 yang
berbatasan dengan: a.
Sebelah Selatan : Kecamatan Luahagundre Maniamölö b.
Sebelah Utara : Kecamatan Mazinö dan Aramö
c. Sebelah Barat
: Kecamatan Maniamölö d.
Sebelah Timur : Kecamatan Telukdalam
Nama-nama desa yang bergabung di Kecamatan Fanayama, sebagai berikut: Tabel 2:4
KECAMATAN FANAYAMA NO
DESA 1
Botohilitanö
2 Lagundri
3 Hili’amaetaniha
4 Bawönahönö
5 Hilizihönö
6 Bawömataluo
7 Orahili Fau
Universitas Sumatera Utara
8 Lahusa Fau
9 Onohondrö
10 Siwalawa
11 Hilinawalö Fau
12 Sondregeasi
13 Hili’ofönaluo
14 Botohilisalo’o
15 Orahili Fa’omasi
16 Bawöfanayama
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias Selatan, 2011
2.
Kecamatan Maniamölö Secara geografi, luas wilayah Kecamatan Maniamölö sebesar 77, 83 km2.
Berbatasan dengan: a.
Sebelah Selatan : Laut Indonesia b.
Sebelah Utara : Kecamatan Aramö
c. Sebelah Barat
: Kecamatan Amandraya d.
Sebelah Timur : Kecamatan Fanayama
Johannes M. Hämmerle, 2011:127, menjelaskan bahwa istilah Maniamölö, dibagi 2 kata Mania dan Mölö. Mania adalah suatu kata kerja yang berarti
rasa rindu, sayang, kenang. Sedangkan Mölö adalah nama pribadi seorang leluhur. Jadi, Maniamölö adalah tanda peringatan bagi Mölö untuk
mengenang masa lalu di Sifalagö Gomo tempat dimana ia dilahirkan dan dibesarkan.
44
44
Johannes M. Hämmerle, 2011, Ritus Famatö Harimao, Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias, hlm.10
Nama-nama desa yang bergabung di Kecamatan Maniamölö
Universitas Sumatera Utara
pertama sekali pemekaran pada masa Fahuwusa Laia, SH, M.H., sebagai Bupati definitif Kabupaten Nias Selatan, sebagai berikut:
Tabel 2:5
KECAMATAN MANIAMÖLÖ NO
NAMA KAMPUNG 1
Hilisimaetanö
2 Samadaya Hilisimaetanö
3 Idalajaya
4 Eho Maenamölö
5 Bawögösali
6 Bawö Hösi
7 Bawö Saudano
8 Bonia
9 Pekan Hilisimaetanö
10 Soto’ö
11 Lawelu Maha Neho
12 Hilifalawu
13 Fa’omasi Hilisimaetanö
14 Hili’aurifa
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias Selatan, 2011
3.
Kecamatan Luahagundre Maniamölö Secara adminstrasi, luas wilayah Kecamatan Luahagundre Maniamölö
sebesar 77, 83 km2. Berbatasan dengan: a.
Sebelah Selatan : Laut Indonesia b.
Sebelah Utara : Kecamatan Mazinö dan Aramö
c. Sebelah Barat
: Kecamatan Maniamölö
Universitas Sumatera Utara
d. Sebelah Timur
: Kecamatan Telukdalam Beberapa desa yang bergabung di Kecamatan Luahagundre Maniamölö,
sebagai berikut: Tabel 2:6
KECAMATAN LUAHAGUNDRE MANIAMÖLÖ NO
NAMA KAMPUNG 1
Botohilitanö
2 Botohilitanö Salo’o
3 Lagundri
4 Orahili Fa’omasi
5 Hili’amaetaniha
6 Sondrege’asi
7 Hilimaenamölö
8 Botohilitanö
9 Bawömaenamölö
10 Botohilitanö Sorake
Sumber : http:www. niasselatankab.go.id
2.5. Sistem Pencaharian Masyarakat Maenamölö
2.5.1. Perburuan
Berburu sudah ada sejak zaman prasejarah kala pletosen dan pasca plestosen yang merupakan kegiatan pokok mata pencaharian masyarakat
prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berburu masa itu hanya bertujuan untuk mendapatkan makanan dengan menggunakan alat-alat yang
sangat sederhana yang terbuat dari batu, kayu, dan tulang. Lama kelamaan pola pikir manusia semakin meningkat sejalan dengan kemajuan zaman yang
Universitas Sumatera Utara