Potensi Relatif Daya Antiinflamasi Fraksi Etanol-Heksan
Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dosis
95,9 mgkgBB 42,54 ± 1,37
0,033
TN
Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dosis
191,8 mgkgBB 69,59 ± 0,33
0,428
N
Keterangan : X
= Mean Rata-rata SE
= Standard Error SD √ dan N = Distribusi data normal p 0,05
Potensi relatif daya antiinflamasi di dapatkan dari hasil perbandingan antara persen penghambatan inflamasi kelompok perlakuan dengan persen penghambatan
inflamasi kelompok kontrol positif diklofenak. Purata potensi relatif daya antiinflamasi kelompok kontrol positif diklofenak dan fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius L. dianalisis secara statistika untuk melihat distribusi data, hasil analisis menunjukkan nilai probabilitas p = 0,00 p 0,05
yang artinya data persen potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan tidak terdistribusi normal Tabel XIII, sehingga analisis dilanjutkan
dengan uji non-parametrik Kruskal-Wallis Test, dilanjutkan dengan uji Mann- Whitney. Pada uji Mann-Whitney didapatkan hasil nilai probabilitas untuk semua
kelompok perlakuan baik kelompok kontrol positif diklofenak dan ketiga peringkat dosis fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.,
sebesar p = 0,008 p 0,05, yang artinya bahwa pada tiap-tiap kelompok berbeda bermakna terhadap potensi relatif daya antiinflamasinya. Hasil analisis tersebut
dapat dilihat pada Tabel XIV dan yang memperlihatkan hasil analisis statistika non-parametrik Mann-Whitney Test dan diagram batang Gambar 17
memperlihatkan keberbedaan persen potensi relatif daya antiinflamasi terhadap kontrol positif diklofenak.
Tabel XIII. Lanjutan
Tabel XIV. Hasil uji Mann-Whitney test persen potensi relatif daya
antiinflamasi pada masing-masing kelompok uji antiinflamasi Kelompok
Nilai p
Kontrol positif diklofenak 4,48
mgkgBB Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol air daun
Macaranga tanarius L. dosis 47,95 mgkgBB
0,009
BB
Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius
L. dosis 95,9 mgkgBB 0,009
BB
Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius
L. dosis 191,8 mgkgBB 0,009
BB
Fraksi etanol- heksan ekstrak
metanol air daun Macaranga
tanarius L. dosis
47,95 mgkgBB Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol air daun
Macaranga tanarius L. dosis 95,9 mgkgBB
0,009
BB
Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius
L. dosis 191,8 mgkgBB 0,009
BB
Fraksi etanol- heksan ekstrak
metanol air daun Macaranga
tanarius L. dosis
191,8 mgkgBB Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol air daun
Macaranga tanarius L. dosis 191,8 mgkgBB
0,009
BB
Keterangan: BB = Berbeda Bermakna p 0,05; BTB = Berbeda Tidak Bermakna p 0,05
Gambar 17. Diagram batang persen potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok kontrol positif diklofenak dan perlakuan uji antiinflamasi
39,57 ± 0,15 32,75 ± 1,16
42,54 ± 1,37 62,59 ± 0,33
Potensi relatif daya antiinflamasi kelompok perlakuan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L., dapat dilihat pada tabel XIII
menunjukkan bahwa pada ketiga dosis fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air memiliki nilai purata potensi relatif daya antiinflamasinya 100, sehingga dapat
dikatakan bahwa ketiga kelompok perlakuan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol- air daun Macaranga tanarius L. tersebut memiliki potensi yang lebih kecil
dibandingkan diklofenak dalam menghambat inflamasi pada telapak kaki mencit yang terinduksi karagenin 1 yang menggambarkan terjadinya inflamasi akut.
Hasil pengujian antiinflamasi pada ketiga peringkat dosis 47,95; 95,9; dan 191,8 mgkgBB, setelah dilakukan analisis secara statistika menunjukkan adanya
potensi dalam memberiakan efek antiinflamasi, kemampuan tersebut dapat dikaitkan dengan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam
fraksi etanol-heksan ekstrak daun Macaranga tanarius L. Senyawa-senyawa metabolit sekunder pada daun Macaranga tanarius L. yang diduga dapat berperan
dalam penghambatan inflamasi adalah chebulagic acid dan macatannin B, merupakan senyawa golongan ellagitanin dengan kemampuannya menangkap
radikal bebas penyebab inflamasi. Radikal bebas diartikan sebagai molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya
sehingga relatif tidak stabil, untuk mendapatkan kestabilannya molekul yang bersifat reaktif tersebut akan mencari pasangan elektronnya, sehingga disebut
reactive oxygen species ROS. Radikal bebas dapat terbentuk selain secara
alamiah melalui sistem biologis tubuh, juga dapat berasal dari lingkungan, salah
satunya pada reaksi inflamasi yang akan menghasilkan oksidan sebagai radikal bebas Raymond, 2011.
Menurut Tjay Rahardja cit., Wulandari dan Hendra, 2011, terdapat hubungan antara penangkapan radikal bebas dengan penghambatan mediator-
mediator nyeri dan peradangan. Berikut merupakan proses pelepasan mediator kimia dan radikal bebas yang memperantarai terjadinya proses inflamasi akut
Gambar 18.
Ketika terjadi kerusakan jaringan, jumlah radikal bebas akan meningkat.
Gambar 18. Pelepasan radikal bebas pada proses inflamasi
Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan produksi peroksida, sedangkan di dalam tubuh akan memproduksi antioksidan endogen yang terbatas
seperti superoksida dismutase SOD yang kerjanya dalam menstabilkan radikal. Sumber utama radikal bebas pada mamalia di antaranya pada proses sintesis
prostaglandin. Dalam proses nyeri dan peradangan, radikal bebas terbentuk ketika
asam arakidonat dikonversi menjadi endoperoksida melalui jalur siklooksigenase dan hidroperoksida melalui jalur lipooksigenase sehingga terjadi pelepasan
mediator nyeri dan inflamasi Wulandari dan Hendra, 2011. Bila jumlah radikal bebas semakin meningkat dengan adanya kerusakan jaringan maka antioksidan
endogen yang diproduksi oleh tubuh tidak mampu lagi mengatasinya secara efekstif, sehingga dibutuhkan antioksidan eksogen. Senyawa ellagitanin berupa
chebulagic acid dan macatannin B merupakan antioksidan eksogen dan senyawa
yang dituju pada penelitian ini, senyawa tersebut merupakan golongan senyawa ellagitannins kelompok senyawa fenolik. Senyawa yang termasuk kelompok
fenolik memiliki satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatik benzen, sehingga senyawa ini dapat teroksidasi. Kemampuannya
membentuk radikal fenoksi yang stabil, menyebabkan senyawa ini banyak digunakan sebagai antioksidan. Proses penangkapan radikal bebas oleh chebulagic
acid dan macatannin B melalui mekanisme pengambilan atom hydrogen dari
senyawa antioksidan oleh radikal bebas sehingga radikal bebas akan menangkap satu elektron dari antioksidan Matheos, Runtuwene, dan Sudewi, 2014.
Berdasarkan hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa lain yaitu glikosida dan flavonoid yang terdapat pada fraksi etanol-heksan ekstrak
metanol air daun Macaranga tanarius L. namun pada penelitian ini tidak diketahui senyawa spesifik dari kedua golongan tersebut. Kedua senyawa tersebut diduga
memiliki peran dalam penghambatan inflamasi, berdasarkan hasil penelitian oleh Wulandari dan Hendra 2011 dilihat dari pendekatan strukturnya senyawa
glikosida dapat memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas karena adanya
senyawa karbonil C=O dengan ikatan rangkap terkonjugasi dan memiliki ikatan α-� tidak jenuh, yang dapat menyebabkan adanya perpindahan elektron. Atom C
yang terdapat pada posis akan bermuatan positif. Hal ini dikarenakan adanya lompatan elektron pada ikatan phi. Kemungkinan besar, atom C pada posisi
inilah yang akan menangkap radikal bebas. Selain itu senyawa flavonoid juga memiliki peran dalam penghambatan
inflamasi, berdasarkan Hidayati dkk 2005 mekanisme antiinflamasi yang dilakukan oleh flavonoid dapat melalui beberapa jalur seperti penghambatan
aktivitas enzim COX dan atau lipooksigenase yang dapat menyebabkan penghambatan biosintesis eikosanoid sehingga hasil metabolismenya berupa
pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin dapat dihambat, penghambatan degranulasi netrofil, dan penstabil ROS Reactive Oxygen Spesies sehingga radikal
menjadi inaktif. Proses penangkapan radikal bebas oleh chebulagic acid dan macatannin B,
dan beberapa senyawa yang belum diketahui secara spesifik yang merupakan golongan flavonid dan glikosida tersebut dengan mekanisme penangkapan radikal
bebas dan penghambatan mediator inflamasi tersebut, maka proses terjadinya peradangan juga dapat terhambat. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
penurunan udem setelah pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius
L secara oral pada ketiga peringkat dosis 47,95; 95,9; dan 191,8 mgkgBB.
Penelitian ini merupakan penelitian skrining awal yang menunjukkan bahwa fraksi etanol-heksan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius L.,
memiliki efek antiinflamasi yang diberikan secara oral, sehingga membuktikan bahwa daun Macaranga tanarius L, berpotensi untuk dijadikan sebagai salah satu
tanaman alternatif pengobatan antiinflamasi. Selain itu, perlu dilakukannya uji efek
antiinflamasi fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L., pada mencit jantan galur Swiss terinduksi karagenin 1 menggunakan senyawa
iritan yang berbeda seperti 1-3 mL dextran 1, 0,05 mL egg white fresh undiluted, serotonin kreatinin sulfat,
0,1 mL suspension of kaolin 5, dan 0,1 mL ovalbumin solution
1 Vogel, 2002, dengan metode uji inflamasi akut untuk mempertegas kemampuan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L.
dalam menghambat inflamasi. Tujuannya adalah untuk melihat apakah sediaan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol-air daun Macarana tanarius L. pada metode
uji inflamasi akut dengan induksi senyawa yang berbeda akan memiliki kemampuan yang sama dalam menghambat inflamasi pada telapak kaki belakang
mencit yang diinduksi karagenin. Selain itu, dapat pula dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji antiinflamasi dengan menggunakan formulasi sediaan fraksi
etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L., untuk digunakan secara topikal sebagai alternatif pengobatan inflamasi.
Hasil penelitian uji antiinflamasi fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
memastikan senyawa aktif yang bertanggung jawab dalam memberikan efek antiinflamasi pada fraksi etanol-heksan ekstrak metanol air daun Macaranga
tanarius L. Pemastian kandungan senyawa metabolit sekunder dapat dilakukan
dengan menggunakan metode kuantitatif untuk menentukan banyaknya senyawa
yang terkandung dalam campuran, dan mengidentifikasi senyawa yang berperan terhadap efek antiinflamasi dapat digunakan KLT. Selain itu berdasarkan Talamona
2005 dapat pula digunakan metode kuantitatif menggunakan kromatografi kolom flash chromatography column, dengan menggunakan metode tersebut akan dapat
diketahui senyawa aktif apa saja yang berperan dalam efek antiinflamasi pada fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dan
pengujian tersebut merupakan sebagai langkah lanjutan untuk penegasan dari hasil skrining fitokimia secara kualitatif dengan uji tabung yang telah dilakukan pada
penelitian ini. Apabila kandungan senyawa aktif dari fraksi etanol-heksan ekstrak metanol
air daun Macaranga tanarius L. telah diketahui sepenuhnya dan melalui pengujian secara klinis memenuhi kriteria sebagai pengobatan inflamasi, maka bahan aktif
dari fraksi tersebut dapat berguna untuk dijadikan dalam produk oral untuk pengobatan inflamasi, seperti yang telah dilaporkan oleh Lim et al. 2009 produk
oral dari daun Macaranga tanarius dapat digunakan dalam pengobatan karies gigi, gingivitis dan peradangan gusi.
114