Penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. Fraksi etanol-heksan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius L.

kepolaran ini diharapkan dapat selektif menyari komponen yang telah tersari pada hasil ekstrak kental metanol-air sehingga didapatkan senyawa yang terlarut sesuai dengan kepolaran senyawa yang terkandung di dalamnya. a. Proses ekstraksi metanol-air daun Macaranga tanarius L. Proses ekstraksi metanol-air dilakukan melalui proses maserasi yaitu penggojokan menggunakan shaker, dengan kecepatan penggojokan yang konstan 140 rpm. Tujuan maserasi ini adalah agar seluruh serbuk dapat kontak dengan pelarut dan senyawa yang dituju dapat terekstrak. Selain itu penggojokan menggunakan shaker membantu mempercepat ekstraksi sehingga waktu yang dibutuhkan lebih singkat dibandingkan dengan metode penyarian dengan cara merendam serbuk dengan sesekali penggojokan. Ekstraksi yang dilakukan dengan metode ini disebut ekstraksi mekanik. Pemilihan metode maserasi pada tahap ekstraksi disebabkan karena metode penyarian ini lebih sederhana, tidak menggunakan alat yang spesifik, pengerjaannya relatif mudah untuk dilakukan dan lebih efisien, selain itu metode maserasi dapat digunakan untuk jenis senyawa yang tahan terhadap panas maupun tidak tahan terhadap panas sehingga pada penelitian ini digunakan metode maserasi, karena kandungan senyawa daun Macaranga tanarius tidak diketahui merpakan jenis senyawa yang tahan terhadap panas atau tidak. Seberat 40 gram serbuk kering daun Macaranga tanarius L., dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan direndam dalam 200 mL pelarut metanol dan air 100 mL metanol dan 100 mL air, kemudian diaduk dengan kecepatan konstan menggunakan shaker, selama 72 jam Puteri dan Kawabata, 2010. Semakin lama waktu maserasi maka kesempatan untuk bersentuhan antara serbuk dengan pelarut akan semakin besar, sehingga proses ekstraksi akan lebih sempurna. Penggunaan metanol 70 pada proses maserasi ekstrak metanol-air karena mayoritas senyawa antioksidan konstituen akan berhasil diekstrak dalam ekstraksi pertama dengan pelarut metanol Lim et al., 2009. Selain itu, konsentrasi tinggi metanol dapat menghambat aktivitas dari oksidase, yang menghancurkan senyawa polifenol dalam daun, karena cedera atau kerusakan daun Pinelo, Rubilar, Sineire, and Nunez, 2004. Sedangkan air merupakan perlarut yang aman dan mampu manyari komponen senyawa glikosida dan tanin sesuai dengan kandungan yang telah dilaporkan pada penelitian terhadap daun Macaranga tanarius L. Oleh karena itu pada penelitian ini dipilih menggunakan pelarut metanol- air. Pemilihan pelarut ini berdasarkan kesesuaian kepolaran antara senyawa aktif dengan larutan penyari yang digunakan, sehingga diharapkan dapat melarutkan komponen senyawa yang larut dan bercampur dengan cairan penyari. Hasil maserat yang didapatkan dari gabungan proses maserasi dan remaserasi yang telah disaring, dipekatkan menggunakan vaccum rotary evaporator . Suhu yang digunakan pada proses evaporasi metanol-air ini adalah 65 C yang merupkan titik didih metanol. Proses pemekatan dilakukan ± 3 jam, penghentian proses pemekatan ini dilihat pada tetesan pelarut yang telah berhenti menetes di bagian pembuangan labu alas bulat yang terpasang pada alat vaccum rotary evaporator , yang menunjukkan bahwa sebagian besar pelarut telah menguap dan hanya meninggalkan senyawa aktif yang dituju. Evaporasi dengan menggunakan bantuan pompa vakum akan menurunkan tekanan uap pelarut sehingga pelarut akan menguap di bawah titik didih normalnya. Tekanan yang diberikan dari pompa vakum tersebut mengakibatkan pelarut menguap dari campuran kemudian akan terkondensasi masuk ke dalam labu penampung. Setelah proses pemekatan masih tersisa filtrat yang cukup banyak, dengan kandungan pelarut air maka filtrat tersebut ditempatkan pada cawan porselin untuk selanjutnya dilakukan proses pemekatan dibantu dengan waterbath, tujuannya adalah menghilangkan pelarut air yang belum menguap saat proses evaporator. Hasil yang didapatkan berupa ekstrak kental yang kemudian disimpan dalam oven pada suhu ± 40 C selama 24 jam untuk mendapatkan bobot tetap. Ekstrak kental yang berada dalam cawan ditimbang setiap waktu tertentu selama 24 jam atau hingga mendapatkan bobot konstan. Hasil yang diperoleh pada pembuatan ekstrak kental metanol-air daun Macaranga tanarius L., sebanyak 126,24 gram yang selanjutnya digunakan untuk fraksinasi dengan etanol-heksan. b. Proses fraksi etanol-heksan daun Macaranga tanarius L. Setelah didapatkan ekstrak kental dengan bobot tetap, maka proses selanjutnya adalah fraksinasi menggunakan pelarut heksan dan etanol. Penggunaan pelarut tersebut disesuaikan pada tingkat kelarutan senyawa aktif pada pelarut yang digunakan. Hal ini dikarenakan pemilihan cairan penyari yang tepat tergantung pada sifat fisika kimia zat aktif dalam simplisia dengan prinsip like dissolve like. Pemilihan penggunaan etanol dikarenakan etanol merupakan pelarut pilihan untuk memperoleh ekstrak secara klasik seperti ekstrak kering, kental, dan cair. Perbandingan penggunaan pelarut etanol-heksan sebesar 1:1, karena dengan perbandingan tersebut dapat dicegah terjadinya ekstraksi klorofil atau zat yang bersifat resin dan polimer yang pada umumnya bukan merupakan bagian penting untuk aktivitas ekstrak Agoes, 2009. Oleh karena itu, pada proses fraksinasi ini digunakan pelarut etanol-heksan dari eksrak kental metanol-air daun Macaranga tanarius L. Penggunaan kedua campuran pelarut tersebut diharapkan dapat selektif menarik senyawa yang lebih spesifik berdasarkan kedekatan nilai log P yang menggambarkan nilai kepolaran antara senyawa yang dituju dengan pelarut yang digunakan. Proses fraksinasi, menggunakan ekstrak kental yang telah didapatkan dari penyarian sebelumnya menggunakan metanol-air, kemudian dimaserasi menggunakan etanol-heksan dengan kecepatan konstran 140 rpm selama 24 jam dan dilakukan remaserasi. Hasil filtrat disaring menggunakan kertas saring dan corong Buchner digabungkan untuk selanjutnya dipekatkan menggunakan vaccum rotary evaporator pada suhu campuran heksan dan etanol yaitu 58,7 C ≈ 60 C Agoes, 2009. Setelah tidak terdapat tetesan pada labu alas bulat yang terpasang pada evaporator maka filtrat yang berwarna coklat pekat tersebut ditempatkan pada cawan porselin untuk selanjutnya disimpan dalam oven pada suhu 40-50 C untuk mendapatkan bobot fraksi yang tetap. Penetapan bobot pada fraksi didapatkan dari pengeringan tetap dengan penyusutan sebesar 0 pada pemanasan 40 C. Tujuannya penetapan bobot tersebut adalah untuk menentukan batasan seberapa banyak senyawa yang hilang selama proses pengeringan, karena dapat mempengaruhi bobot fraksi yang didapatkan. Bobot tersebut akan mempengaruhi konsentrasi dan dosis fraksi yang akan diberikan ke hewan uji untuk melihat aktivitas penghambatan inflamasi. Hasil dari proses pengeringan didapatkan tidak ada perubahan pada bobot frakasi sehingga didapatkan bobot pengeringan tetap. Pengeringan fraksi untuk setiap cawannya, dilakukan dengan cara penimbangan pada masing-masing cawan untuk mendapatkan bobot fraksi yang tetap. Pembuatan fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. dalam bentuk kental dengan bobot tetap penyusutan 0 dibutuhkan 1200 gram serbuk kering, menghasilkan 126,24 gram ekstrak kental metanol-air hingga didapatkan fraksi kental sebanyak 30,5806 gram. Dari hasil penimbangan bobot fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L., didapatkan rendemen sebesar 2,55. Rendemen didapatkan dari penimbangan bobot total fraksi kental yang diperoleh dibandingkan bobotnya dengan serbuk simplisia awal yang digunakan dinyatakan dalam persen . Rendemen merupakan presentase bagian bahan baku yang dapat digunakan atau dimanfaatkan dengan total bahan baku. Rendemen yang didapatkan sangatlah kecil sehingga untuk menghasilkan fraksi etanol-heksan memerlukan sampel yang banyak.

B. Hasil Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung pada fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. Skirining fitokimia merupakan metode yang sederhana, mudah untuk dilakukan, dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi golongan senyawa serta mengetahui keberadaan senyawa-senyawa aktif biologis yang terdistribusi dalam jaringan tanaman. Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap adanya kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, polifenolik, glikosida, tannin, dan steroidtriterpenoid untuk kemudian disesuaikan dengan senyawa yang telah dilaporkan memiliki kemampuan dalam menghambat peradangan atau inflamasi. Hasil dari skrining fitokimia secara kualitatif menggunakan uji tabung dapat dilihat pada tabel IV dibawah ini dan terlampir pada Lampiran 14. Tabel IV. Hasil pengujian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. No Pengujian Fitokimia Tanda Positif Hasil Pengujian Sediaan 1 Alkaloid Reagen Dragendroff Endapan merah Endapan merah + Reagen Mayer Endapan putih Endapan putih + 2 Flavonoid Kuning-Jingga Jingga +++ 3 TerpenoidSteroid Merah Coklat - 4 Fenolik Hijau-Biru Hijau-biru ++ 5 Saponin Busa 1 cm bertahan selama 30 menit Busa ≤ 1 cm - 6 Tanin Biru Kehitaman Biru Kehitaman +++ 7 Glikosida Cincin warna biru-ungu pada batas cairan Terdapat cincin wana ungu tua pada batas cairan ++ Keterangan: +++ intensitas kuat, ++ intensitas sedang, + intensitas rendah, - tidak terdeteksi Berikut perkiraan senyawa yang dapat tersari pada fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air, berdasarkan kedekatan nilai log P yang menggambarkan polaritas antara senyawa yang dituju yaitu ellagitannis yang dapat tersari melalui penyarian ekstraksi metanol-air dengan pelarut yang digunakan pada proses fraksinasi yaitu etanol-heksan yang cenderung bersifat semi polar.