Variabel utama Variabel pengacau

Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah keadaan patofisiologis dari hewan uji yang digunakan, kemampuan tubuh hewan uji untuk mengabsorpsi fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L., serta kemampuan hewan uji untuk menerima induksi udem pada telapak kaki mencit sebagai bentuk terjadinya proses peradangan atau inflamasi.

3. Definisi operasional

a. Daun Macaranga tanarius L. yang digunakan adalah daun yang berwarna hijau segar, tidak berlubang, serta tidak terdapat kotoran binatang kecil. Pengambilan daun dilakukan pada pagi hari, pukul 07.00 – 10.00 WIB di daerah Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. b. Ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. adalah proses pemisahan bahan dari campuran menggunakan pelarut yang sesuai dengan sifat kepolaran senyawa yang dituju. Proses pembuatan ekstrak pada penelitian ini menggunakan metode ekstraksi padat-cair dengan cara mengekstraksi serbuk daun Macaranga tanarius L., yang dilarutkan dalam metanol dan air dan dilakukan maserasi selama 72 jam. c. Fraksi etanol-heksan daun Macaranga tanarius L. merupakan metode ekstraksi bertingkat dilakukan dengan maserasi menggunakan beberapa cairan penyari yang berbeda kepolarannya. Proses fraksinasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara hasil dari proses ekstraksi metanol-air berupa ekstrak kental diekstraksi kembali menggunakan pelarut etanol- heksan, dengan proses maserasi. d. Dosis pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanariius L. merupakan jumlah fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macarangan tanarius L. yang didapatkan dari penetapan konsentrasi terpekat fraksi sebesar 0,6 gram25 mL atau 2,4 dan hasil konversi penggunaan pada tikus dengan dosis tertinggi sebesar 137 mgkgBB. e. Pemberian fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air secara peroral merupakan pemberian tingkatan dosis fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. sebesar 47,95; 95,9; dan 191,8 mgkgBB dengan cara menginjeksikan menggunakan spuit injeksi oral. Pemberian peroral fraksi etanol-heksan ekstrak metanol-air Macaranga tanarius L. dilakukan setelah kaki mencit diinjeksikan dengan karagenin 1 secara subplantar, dengan selang waktu yang didapatkan dari optimasi selang waktu pemberian 15 dan 30 menit. f. Inflamasi adalah respon tubuh terhadap adanya benda asing yang ditandai dengan munculnya kemerahan, rasa nyeri, bengkak, panas, dan perubahan fungsi. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan pada besarnya udem telapak kaki mencit sebagai respon adanya inflamasi. g. Injeksi subplantar adalah injeksi di bawah kulit telapak kaki mencit. h. Pembuatan inflamasi dilakukan dengan cara penginduksian pada Kaki kiri mencit dengan senyawa iritan berupa karagenin 1 secara subplantar, dimana adanya respon inflamasi ditandai dengan terbentuknya udem.