kesungaian Lau Bingei juga berada di area wilayah Sei Bingei, dan 4 hulu sungai berada di wilayah Kecamatan Sei Bingei.
3.3 Sumber Data
Penentuan sumber data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primernya adalah kata-kata yang didapat dari informan guyub
tutur bahasa Karo Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat. Informan adalah para pembuat obat tradisional dan petani di lingkungan irigasi Namo Sira-sira
kecamatan Sei Bingei. Sampel sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang sudah lama bertani di daerah sungai, irigasi, pedagang di tepi
sungai di area wisata, perangkat desa, serta yang memahami sekitar lingkungan kesungaian Lau Bingei di Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat.
Data sekunder adalah dokumen tertulis seperti kamus bahasa Karo dan dokumen buku-buku yang berhubungan dengan lingkungan kesungaian Lau
Bingei. Jumlah data merujuk kepada Chaer 2007:39 yang menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, jumlah data yang dikumpulkan tidak tergantung pada
jumlah tertentu, melainkan tergantung pada taraf dirasakan telah memadai.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini terkait dengan nomina dan verba ekologi kesungaian Lau Bingei. Data yang diperoleh dari dokumen tertulis,
wawancara mendalam, dan observasi partisipan. Wawancara adalah bentuk perbincangan, seni bertanya dan mendengar. Wawancara bukanlah perangkat
netral dalam memproduksi realitas. Dalam konteks ini, berbagai jawaban
Universita Sumatera Utara
diutarakan. Jadi, wawancara merupakan perangkat untuk memproduksi pemahaman situasional situated understandings yang bersumber dari episode-
episode interaksional khusus Denzin dan Lincoln, 2009: 495. Fontana dan Frey mengutip catatan Lapangan Malinowski dalam Denzin
dan Lincoln, 2009: 508 mengatakan wawancara terdiri atas tiga macam yaitu terstruktur structured, semi-terstruktur semi-structured, atau tak terstruktur
unstructured. Wawancara terstruktur mengacu pada situasi ketika seorang peneliti melontarkan sederet pertanyaan temporal pada tiap-tiap responden
berdasarkan kategori-kategori jawaban tertentuterbatas sedangkan wawancara tak terstruktur memberikan ruang yang lebih luas dibandingkan dengan tipe-tipe
wawancara yang lain. Wawancara terstruktur bertujuan untuk meraih keakuratan data dari
karakteristik yang dapat dikodekan untuk menjelaskan prilaku dalam berbagai kategori yang telah ditetapkan sebelumnya preestablished categories.
Wawancara tak terstruktur digunakan untuk memahami kompleksitas perilaku anggota masyarakat tanpa adanya kategori a priori yang dapat membatasi
kekayaan data yang dapat kita peroleh. Penelitian ini penulis menggunakan wawancara terstruktur dan
takterstruktur. Untuk mendapatkan kekayaan data yang alami, nilai budaya, dan kearifan lingkungan dari lingkungan ragawi kesungaian Lau Bingei.
Universita Sumatera Utara
Dalam hal ini wawancara terhadap informan yang dipilih oleh penulis memenuhi persyaratan yang mengacu kepada pendapat Mahsun 2005:134,
Persyaratan yang dimaksud adalah: 1.
Berjenis kelamin pria atau wanita, 2.
Berusia antara 25-65 tahun tidak pikun, 3.
Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di Kecamatan Sei Bingei atau wilayah kesungaian Lau Bingei serta jarang atau tidak
pernah meninggalkan Kecamatan Sei Bingei, 4.
Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar SD-SLTP, 5.
Status sosial menengah, 6.
Pekerjaan bertani atau berladang di wilayah kesungaian Lau Bingei, 7.
Dapat berbahasa Karo dan bahasa Indonesia, 8.
Sehat jasmani dan rohani. Wawancara dilakukan dengan teknik rekam dan teknik catat. Penulis
memahami bahasa Karo guyub tutur lingkungan kesungaian Lau Bingei maka penulis mengumpulkan data dengan cara observasi secara langsung.
3.5 Pengujian Data