data pergeseran bahasa yang terungkap untuk ini, yakni tekanan berat dari bahasa yang lebih besar yaitu BI dan awal hilangnya penutur anak-anak.
Mengingat penelitian ekolinguistik yang belum terlalu banyak, penelitian ini memberikan kontribusi teori-teori ekolinguistik terhadap penelitian yang akan
dilakukan sehingga penulis termotivasi untuk meneliti leksikon kesungaian Lau Bingei: Kajian Ekolinguistik. Kajian leksikon dapat dikatakan belum pernah
diteliti. Perbedaan penelitian Adisaputera dengan penelitian ini, Adisaputera
membahas pergeseran menuju arah kepunahan bahasa Melayu di Stabat sedangkan penelitian ini adalah pemahaman guyub tutur bahasa Karo terhadap
leksikon ekologi kesungaian Lau Bingei, nilai budaya, dan kearifan lingkungan melalui leksikon ekologi kesungaian Lau Bingei.
2.3.2 Penyusutan Tutur dalam Masyarakat Gayo: Pendekatan Ekolinguistik
Yusradi Usman, 2010
Penyusutan Tutur dalam Masyarakat Gayo: Pendekatan Ekolinguistik yang dilakukan oleh Yusradi Usman pada tahun 2010 menggunakan metode
penelitian kualitatif. Topik dan karakteristik masalah yang dirumuskan dengan penelitian kaji tindak action research.
Hasil penelitian ini adalah 1 konsep tutur dalam masyarakat Gayo; munculnya tutur dalam masyarakat Gayo tidak berdiri sendiri melainkan ada
faktor sosial budaya yang merangkainya. Hal tersebut tidak terlepas dari nilai
Universita Sumatera Utara
budaya Gayo yang terdiri dari pelbagai nilai. Nilai-nilai yang dimaksud adalah imen iman, mukemel harga diri, tertip tertib, setie setia, semayang gemasih
kasih sayang, mutentu kerja keras, amanah amanah, genap mupakat musyawarah, alang tulung tolong menolong, dan bersikemelen kompetitif.
Hubungan darah perkawinan, belah klan, terjadinya kecelakaan, perkelahian, membantu seseorang, dan mengadopsi anak merupakan perangkai sosial yang
membentuk tutur dalam masyarakat Gayo. 2 klasifikasi, bentuk, dan fungsi tutur; tutur dalam masyarakat Gayo diklasifikasikan menjadi 1 patut atau mu
perdu bentuk tutur yang sudah baku; 2 museltu terbentuk akibat faktor tertentu; 3 mantut peralihan tutur ke bentuk yang sebenarnya seharusnya; 4
uru-uru tindak betutur didorong akibat ikut-ikutan; 5 gasut pemakaian tutur yang kerap berubah-ubah. 3 penyusutan tutur; perubahan sosio-ekologis yang
terjadi didataran tinggi tanoh Gayo sangat memengaruhi penyusutan tutur. Terlebih di Takengon yang dikenal dengan pluralitas etnik yang lebih dari
delapan etnik. Keragaman situasi itu membuat terjadinya kontak antar etnik, bahasa, dan budaya. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi masyarakat Gayo
baik secara psikologis maupun secara sosial khususnya dalam bertutur. 4 bentuk tutur baru variasi tutur; empat hal yang terjadi perihal tutur, yaitu a tetap, b
jarang, dan c tidak dipakainya lagi tutur, serta d terciptanya bentuk tutur baru. Penelitian penyusutan tutur dalam masyarakat Gayo: pendekatan
ekolinguistik yang dilakukan oleh Yusradi Usman, memberikan kontribusi dalam hal teori-teori ekolinguistik. Perbedaan penelitian Usman dengan
penelitian ini adalah penelitian Usman mengenai penyusutan tutur sedangkan
Universita Sumatera Utara
penelitian ini pemahaman guyub tutur terhadap leksikon kesungaian, nilai budaya, dan kerarifan lingkungan.
2.3.3 Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Tanaman Obat Tradisional di Kabupaten Buleleng dalam Rangka Pelestarian
Lingkungan: Sebuah Kajian Ekolinguistik Rasna, 2010
Penelitian yang dilakukan oleh Rasna dalam meneliti ”Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Tanaman Obat Tradisional di Kabupaten Buleleng dalam
Rangka Pelestarian Lingkungan: Sebuah Kajian Ekolinguistik” bersifat eksploratif. Informasi diperoleh dengan teknik wawancara untuk memperoleh
data pengetahuan tanaman obat tradisional dengan bantuan kuesioner terstruktur. Hasil penelitian menyimpulkan secara ekolinguistik adanya penyusutan
bentuk leksikal tumbuhantanaman obat pada para remaja sehingga para remaja tidak lagi mengenal bentuk leksikal sekapa gadung, kusambi, nagasari, kundal,
antasari, bahkan tidak semua remaja tahu beluntas. Hal ini terjadi akibat: a adanya perubahan sosiokultural, b perubahan sosioekologis secara fisik, dan c
faktor sosioekonomis. Kontribusi penelitian ini terhadap penelitian yang akan dilakukan adalah
memberikan contoh bagaimanakah sikap remaja terhadap penguasaan leksikon tanaman obat. Perbedaan penelitian Rasna dengan penelitian Leksikon Ekologi
Kesungaian Lau Binge tidak terbatas pada tanaman obat tradisional melainkan semua biota yang ada di sekitar sungai.
Universita Sumatera Utara
2.3.4 Leksikon Nomina Bahasa Gayo dalam Lingkungan Kedanauan Lut