fungsinya dalam menopang praktik kebudayaan. Simpulan penelitian bahasa Sunda dapat mengungkap pandangan hidup orang Sunda yang selalu berusaha
untuk menjaga harmoni antara 1 manusia dan manusia, 2 manusia dan alam, serta 3 manusia dan Tuhannya.
2.2.4.2 Kearifan Lingkungan
Arif berarti bijaksana, pandai. Jadi, kearifan berarti kebijaksanaan atau kepandaian. Oleh karena itu, kearifan berarti kebijaksanaan atau kepandaian yang
bersifat tradisi, yaitu adat kebiasaan yang diwariskan dari generasi ke generasi secara turun-temurun di kalangan Suku Karo. Kearifan itu penting artinya karena
merupakan hukum atau budaya yang hidup pada masyarakat Karo living lawliving culture Prinst 2004: 65.
Lebih lanjut Prinst 2004: 69 mengatakan bahwa dalam kaitannya dengan lingkungan hidup kayu boleh diambil untuk keperluan rumah tangga, bukan
untuk diperdagangkan. Kalau untuk diperdagangkan, maka silakan tanam dulu kayu yang hasilnya dapat dijual. Demikianlah, cara masyarakat Karo menjaga
lingkungan. Menurut adat Karo dilarang menebang semak-belukar sejauh 50 meter dari kiri-kanan pinggir sungai, dilarang menebang pohon atau semak
belukar sejauh 100 meter dari sekeliling sumber mata air, demi mencegah agar mata air tidak menjadi kering.
Kearifan lokal menurut Ridwan 2008 dalam Handayani 2012:17, merupakan pengetahuan yang muncul dari periode panjang yang berevolusi
Universita Sumatera Utara
bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam
masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan
damai. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai acuan tingkah- laku seseorang, tetapi lebih jauh, yaitu mampu mendinamisasi kehidupan
masyarakat penuh keadaban. Jenis kearifan lokal menurut Sibarani, 2012:133 yang mengandung
nilai-nilai budaya antara lain: 1 “kesejahteraan” , 2 kerja keras, 3 disiplin,
4 pendidikan, 5 kesehatan, 6 gotong-royong, 7 pengelolaan gender, 8 pelestarian dan kreativitas budaya, 9 peduli lingkungan, 10 “kedamaian”, 11
kesopansantunan, 12 kejujuran, 13 kesetiakawanan sosial, 14 kerukunan dan penyelesaian konflik, 15 komitmen, 16 pikiran positif, dan rasa syukur.
2.3 Penelitian Terdahulu