4.2 Lau Bingei
Lau Bingei atau lau galang adalah sebuah sungai asal muasal namanya berasal dari nama tumbuhan pohon bingei di tepi namo Lau Bingei. Lau Bingei
adalah air sungai yang dapat dimanfaatkan oleh guyub tutur. Lau Bingei dijadikan irigasi untuk mengairi pertanian guyub tutur Kecamatan Sei Bingei
karena umumnya mata pencaharian guyub tutur adalah bertani. Selain dari irigasi, Lau Bingei juga dijadikan guyub tutur sebagai lokasi rekreasi pemandian alam.
Lau Bingei pangkal adalah salah satu daerah pemandian yang luas dengan panorama yang indah.
Gambar 4.3 Lau Bingei yang Diolah Menjadi Irigasi Namo Sira-Sira
Sumber: Koleksi Pribadi Dengan adanya Irigasi Namo Sira-Sira pertanian Kecamatan Sei. Bingei
menjadi terbantu. Pendapatan perkapita guyub tutur menjadi lebih baik, namun apakah guyub sadar akan kesejahteraan ini, sehingga guyub lupa untuk menjaga
Universita Sumatera Utara
apa yang bisa membuat mereka sejahtera. Perhatikan gambar 4.3 debit air semakin kecil. Dengan air sekecil itu saat ini apakah mampu mengairi daerah
pertanian di kecamatan. Terlihat pohon sawit yang ditanam sepanjang tepi sungai, bahkan di kelurahan lain. Pohon sawit ditanam sampai ke tepi sungai. Ini
menghawatirkan sekali karena pohon ini mampu menyerap air bahkan mematikan mata air.
Gambar 4.4 Tumpukan Batu di Sungai dan Namo Empung Belinteng
Sumber: Koleksi Pribadi Perhatikan tumpukan batu di atas, ini adalah tumpukan batu yang sengaja
dikumpulkan sebelum dijual. Jika batu ini tidak ada maka apalagi yang akan menahan air. Tumbuhan di tepi sungai sudah habis disiram dengan pestisida agar
rumput tidak mengganggu tanaman palawija. Perhatikan gambar Namo Empung yang ditanami pohon bambu, namo terjaga, air dapat ditahan oleh cadas. Di
sebelah namo terdapat dinding sungai yang tinggi. Dinding sungai tidak longsor karena ditanami bambu. Kelestarian namo di wilayah ini karena masyarakat
Universita Sumatera Utara
masih merasa riskan untuk menjamah namo. Hal ini karena masih ada empung di samping namo ini. Masyarakat takut untuk merusak wilayah tersebut karena
empung di wilayah ini masih terjaga. Di dekat namo juga masih ada baturen peninggalan jaman Belanda yaitu batu yang disusun beratur untuk menahan air.
Bertolak belakang dari sungai di dekat empung Belinteng, dengan jarak yang tidak terlalu jauh terlihat pemandangan seperti gambar di bawah ini.
Padahal Lau Bingei pada gambar tersebut berada di ibu kota kecamatan Sei Bingei.
Gambar 4.5 Lau Bingei di Namo Ukur Utara Sumber: Koleksi Pribadi
Perhatikan gambar di atas, semakin ke hilir air semakin keruh. Padahal jarak desa dengan irigasi Namo Sira-Sira hanya beberapa kilometer saja.
Sepanjang aliran sungai ini sering terjadi longsor. Masjid yang berada di dekat sungai sedikit lagi akan terjatuh ke sungai jika terjadi longsor.
Universita Sumatera Utara
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Leksikon Ekologi Kesungaian
Lau Bingei