Nilai Kesejahteraan Nilai Ciri Khas

walaupun pohon ini hanya terdapat di hutan dan pinggiran sungai. Pohon ini bukanlah pohon budidaya guyub tutur tetapi tumbuhan liar. Padahal, jika dilihat dari manfaat dan nilai budaya, sudah saatnya pohon ini dilindungi dan dibudidayakan.

4. Nilai Kesejahteraan

Lau Bingei dan isinya adalah lambang kesejahteraan guyub Bingei. Lau yang besar, bersih, batu yang kuat, kersik terbaik, tanah yang subur adalah nilai kesejahteraan yang menambah masukan buat guyub Bingei. Pertanian yang paling maju di Kabupaten Langkat berasal dari Lau Bingei. Jenis ikan yang banyak walau hanya tinggal nama ini menunjukkan bahwa pada zamannya Lau Bingei merupakan aset terbesar wilayah ini. Tumbuhan yang dapat dimakan yang beragam-ragam juga ditemukan di daerah ini. Durian yang disebut buah lewas adalah durian terbaik dari Lau Bingei. Tumbuhan atau pohon besar yang tidak dapat dimakan juga bervariasi, burung yang beraneka macam, hewan yang bermacam-macam semua ada sekitar Lau Bingei. Rumput yang berjenis-jenis, tanaman obat yang luar biasa, dll yang dapat menjaga kelangsungan hidup Lau Bingei dan guyub tuturnya. Semua merupakan lambang kesejahteraan buat guyub Bingei. Alat penangkap nurung adalah salah satu nilai budaya Karo yang tak ternilai. Tentu saja alat ini digunakan dan diciptakan oleh guyub tutur sesuai dengan kebutuhan guyub dan kelangsungan hidup nurung. Alat penangkap ikan Lau Bingei antara lain bedil, bubu, ndurung, jala, kawil, lambo, ngareh, petar- Universita Sumatera Utara petar, perdah, tuba, tuwar, tempuling, oncor, dll. Alat ini merupakan bukti bahwa Lau Bingei pernah memiliki jenis ikan yang beragam dan jenis ikan yang beragam tersebut adalah bukti kejayaan Lau Bingei.

5. Nilai Ciri Khas

Bagi guyub tutur Garo Assam di India, semut merupakan salah satu entitas yang dianggap penting dalam kehidupan mereka sehingga mereka memiliki puluhan leksikon untuk merujuk pada entitas semut tersebut Wardhaugh 1993: 220 dalam Sudana 2012: 12. Dalam guyub tutur Sunda untuk spesies tumbuhan tertentu, masyarakat Sunda memiliki leksikon khusus untuk menyebut bunga atau bakal buah yang dihasilkan spesies tumbuhan tertentu Sudana, 2012:12. Begitu juga guyub tutur Karo, untuk jenis atau pengelompokan kesungaian banyak yang memiliki ciri khas tersendiri yang memiliki nilai budaya dan kearifan lingkungan didalamnya. Kesungaian Lau Bingei meliputi flora dan fauna yang khas maupun hasil budaya manusia di Kecamatan Sei Bingei merupakan kebanggaan tersendiri. Suku Karo memiliki tumbuhan obat yang khas dan merupakan lambang budaya Karo. Pada obat dan tradisi apapun belo harus ada, wanita guyub tutur Karo umumnya makan sirih. Belo „sirih‟ memiliki banyak nama untuk jenis sirih sesuai dengan keperluannya antara lain belo baja minak, belo bujur, dan belo cawir. Belo la ertangke, jenis ini juga memiliki ungkapan bagi belo la ertangke, Universita Sumatera Utara artinya keberadaannya tidak masuk hitungan. Selanjutnya belo rangke-rangke, belo siwah sepuluh sada, belo situhu, dan belo penurungi. Selain dari belo, rimo juga tumbuhan budaya, yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan karo. Jenis rimo dalam bahasa Karo terdiri dari beberapa jenis antara lain rimo mukur dalam obat dan tradisi Karo rimo jenis ini wajib ada. Rimo macan, rimo nipes, rimo pangan, rimo keeling, rimo kacemba, rimo malem, rimo kersik, rimo gawang, rimo kayu, dan rimo puraga. Nama rimo semuanya berasal dari alam yaitu nama hewan, benda air, dan tumbuhan. Sekali lagi terlihat bahwa suku Karo sangat erat dengan lingkungan. Benda-benda Lau Bingei terdiri dari batu batu buruh, gingging, nabun, mangga, perkas, penggilingen, batu rintik, batu talah. Pada leksikon batu nama diri batu yang digunakan tidak terlepas dari nama tumbuhan dan alam seperti hujan rintik dan perkas halilintar menandakan ukuran dan kekuatan batu. Ugub bunga lau, pada dasarnya air tidak berbunga tetapi Suku Karo menyebutnya bunga lau karena ia seperti bunga.

6.2 Kearifan Lingkungan melalui Leksikon Ekologi Kesungaian Lau Bingei

1. Nilai Kedamaian