Bahasa dan Lingkungan Kerangka Teori .1 Ekolinguistik

upaya untuk tetap mempertahankan, mengembangkan, dan membudidayakan jenis ikan atau tumbuhan produktif tertentu yang bernilai ekonomi tinggi dan kuat, 2. Dimensi sosiologis, yakni adanya aktivitas wacana, dialog, dan diskursus sosial untuk mewujudkan ideologi tersebut. Dalam dimensi ini bahasa merupakan wujud praktik sosial yang bermakna, dan 3. Dimensi biologis, berkaitan dengan adanya diversivitas keanekaragaman biota danau atau laut, ataupun darat secara berimbang dalam ekosistem, serta dengan tingkat vitalitas spesies dan daya hidup yang berbeda antara satu dengan yang lain; ada yang besar dan kuat sehingga mendominasi dan “menyantap” yang lemah dan kecil, ada yang kecil dan lemah sehingga terpinggirkan dan termakan. Dimensi biologis itu secara verbal terekam secara leksikon dalam khazanah kata setiap bahasa sehingga entitas-entitas itu tertandakan dan dipahami.

2.2.2 Bahasa dan Lingkungan

Terdapat hubungan yang nyata prihal pelbagai perubahan ragawi lingkungan terhadap bahasa dan sebaliknya. Dalam tulisannya Language, Ecology and Environment, Mühlhäusler 2001:3 menyebut, ada empat yang memungkinkan hubungan antara bahasa dan lingkungan. Semuanya menjadi subjek yang berbeda dari kajian linguistik pada satu waktu, atau pada waktu yang lain. Keempat hubungan tersebut adalah 1 bahasa berdiri dan terbentuk sendiri Universita Sumatera Utara Chomsky, Linguistik Kognitif; 2 bahasa dikonstruksi alam Marr; 3 alam dikonstruksi bahasa structuralism dan pascastrukturalism; dan 4 bahasa saling berhubungan dengan alam-keduanya saling mengontruksi, namun jarang yang berdiri sendiri ekolinguistik. Lingkungan bahasa atau ekologi bahasa adalah ruang hidup, tempat hidup bahasa-bahasa. Bahasa yang hidup ada pada guyub tutur dan secara nyata hadir dalam komunikasi dan interaksi verbal baik lisan maupun tulisan. Ekologi adalah ilmu tentang lingkungan hidup sedangkan linguistik adalah ilmu tentang bahasa. Kerangka pandang ekologi, bandingkan misalnya ekolinguistik, menjadi parameter yang membedakannya dengan cabang makrolinguistik lainnya seperti sosiolinguistik, psikolinguistik, neurolinguistik, atau antropoliguistik, adalah 1 interelasi interrelationship, 2 lingkungan environment, dan 3 keberagaman diversity Haugen dalam Fill and Muhlhausler, 2001: 1. Berdasarkan kerangka pandang itu, bahasa-bahasa dapat dikaji, didalami dan dimaknai secara khusus. Lingkungan hidup bahasa meniscayakan adanya keberagaman dan kesalingberhubungan dengan pemahaman bahwa di suatu lingkungan atau kawasan memang hidup bahasa, namun, bahasa hidup dalam guyub tutur. Adalah kenyataan bahwa di suatu lingkungan hidup, secara khusus lingkungan hidup manusia dalam suatu jejaring dan kebersamaan sosial, hidup beragam bahasa pula. Hal ini sejalan dengan pendapat Safir dalam Fill dan Mühlhäusler eds 2001:14, menyebutkan tiga bentuk lingkungan: Universita Sumatera Utara 1. Lingkungan fisik yang mencakupi karakter geografis seperti topografi sebuah Negara baik pantai, lembah dataran tinggi, maupun pegunungan, keadaan cuaca dan jumlah curah hujan. 2. Lingkungan ekonomis „kebutuhan dasar manusia‟ yang terdiri atas flora dan fauna dan sumber mineral yang ada dalam daerah tersebut. 3. Lingkungan sosial yang melingkupi pelbagai kekuatan yang dalam masyarakat yang membentuk kehidupan dan pikiran masyarakat satu sama lain. Namun yang paling penting dari kekuatan sosial tersebut adalah agama, standar etika, bentuk organisasi politik dan seni.

2.2.3 Semantik Leksikal