Leksikon Nomina Bahasa Gayo dalam Lingkungan Kedanauan Lut

2.3.4 Leksikon Nomina Bahasa Gayo dalam Lingkungan Kedanauan Lut

Tawar: Kajian Ekolinguistik Sukhrani, 2010 Metode penelitian yang digunakan oleh Sukhrani adalah metode penelitian kualitatif. Data leksikon nomina bahasa Gayo terkait dengan lingkungan ragawi Lut Tawar diperoleh melalui dokumen tertulis, observasi nonpartisipan, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini adalah 1 saat ini sebagian besar penutur bahasa Gayo pria dan wanita dari masing-masing kelompok usia masih mengenal dan sering mendengar maupun menggunakan leksikon nomina bahasa Gayo yang berhubungan dengan lingkungan kedanauan Lut Tawar, 2 leksikon kedanauan Lut Tawar yang diteliti tingkat pemahamannya lebih didominasi nomina karena begitu beragam dan kayanya Lut Tawar akan nama biota dalam dan sekitar danau dan nama alat tangkap ikan, dan 3 leksikon nomina bahasa Gayo dalam lingkungan kedanauan Lut Tawar sebagian besar masih dikenal dan digunakan dalam berkomunikasi. Faktor penyebab kebertahanan leksikon nomina tersebut adalah karena biodiversitas lingkungan sekitar danau, penutur dari masing- masing kelompok usia masih berinteraksi dengan lingkungan ragawi yang beragam, dan penutur dari masing-masing kelompok usia masih sering berbahasa Gayo dalam keseharian. Penelitian Sukhrani memberikan kontribusi terhadap penelitian ini dalam hal teori-teori ekolinguistik. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya adalah penelitian yang berjudul ”Leksikon Ekologi Kesungaian Lau Binge : Kajian Ekolinguistik” mengacu kepada daerah Universita Sumatera Utara kesungaian Lau Binge dengan objek kajian bahasa Karo. Tidak terbatas pada nomina melainkan nomina dan verba serta nilai budaya dan kearifan lingkungan yang dapat menjaga kelestarian lingkungan kesungaian Lau Binge. 2.3.5 Ketahanan Khazanah Lingual Pertanian Guyub Tutur Bahasa Bima dalam Perspektif Ekolinguistik Kritis, Umiyati, 2011 Penelitian ketahanan khazanah lingual pertanian guyub tutur bahasa Bima dilakukan dengan menghimpun leksikon-leksikon, teks-teks tentang lingkungan hidup, wacana-wacana, dokumen-dokumen, publikasi serta publikasi serta hasil interview. Penelitian ini dilakukan di dua desa dan dua kelurahan yang tersebar di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Hasil penelitian ini menyimpulkan ketahanan khazanah lingual pada ranah pertanian masih sangat terjaga, ditandai dengan kemunculan sejumlah leksikon khas ranah pertanian dalam sejumlah metafora dan ungkapan-ungkapan yang lahir dari kearifan lokal setempat. Dalam pandangan ekolinguistik pandangan green grammar dijadikan sebagai bentuk struktur yang ideal untuk menyelaraskan kalimatklausa yang ada pada guyub tutur ini dengan alam. Penelitian yang berjudul Ketahanan Khazanah Lingual Pertanian Guyub Tutur Bahasa Bima dalam Persfektif Ekolinguistik Kritis ini memberikan kontribusi terhadap penelitian yang akan dilakukan dalam hal teori ekolinguistik yang terbilang baru di Indonesia dalam usaha pelestarian lingkungan. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Umiyati dengan penelitian ini adalah penelitian Umiyati mengenai bentuk metafora dari sejumlah leksikon Universita Sumatera Utara pertanian dan pandangan kajian green grammar dalam ungkapan-ungkapan pelestarian alam lingual pertanian guyub tutur bahasa Bima. Penelitian ini mendeskripsikan pemahaman leksikon kesungaian Lau Binge dan mendeskripsikan nilai budaya serta kearifan lingkungan yang terdapat pada leksikon ekologi kesungaian Lau Bingei guyub tutur bahasa Karo. 2.3.6 Tradisi Lisan Upacara Perkawinan Adat Tapanuli Selatan Pemahaman Leksikon pada Remaja di Padang Sidempuan, Amri, 2011 Penelitian yang dilakukan Amri 2011 menggunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Ia menyimpulkan pertama, tradisi lisan pada upacara perkawinan adat Padang Sidempuan merupakan suatu kebiasaan dan masih terselenggara. Kedua, tradisi lisan upacara adat yang dianalisis adalah leksikon yang berasal dari lingkungan sebanyak 272 kata dikelompokkan menjadi 16 kelompok. Menurut penelitian tersebut terjadi penyusutan pemahaman leksikon tradisi lisan upacara adat Tapanuli Selatan. Faktor penyebab terjadinya penyusutan pemahaman leksikon tradisi lisan pada upacara adat tersebut karena ketua adat belum maksimal mengajari adat. Lembaga adat belum mensosialisasikan adat pada remaja, pagelaran budaya adat sangat jarang dilakukan. Nilai kearifan lokal tradisi lisan upacara adat mengandung nilai gotong-royong, kerukunan, keikhlasan, identitas, kekerabatan. Kontribusi penelitian Amri terhadap penelitian leksikon kesungaian Lau Bingei adalah cara pengolahan data kuantitatif. Universita Sumatera Utara

2.4 Kerangka Berpikir