Dari keempat kategori yang telah dianalisis menunjukkan bahwa pemahaman guyub tutur bahasa Karo di Kecamatan Sei Bingei dengan kategori A
dan B menyatakan bahwa leksikon nomina ataupun kelompok leksikon yang diujikan masih ada dan bertahan walaupun telah mengalami penyusutan yang
terlihat pada kategori C dan D. Kelompok leksikon dengan JP tertinggi adalah leksikon tumbuhan yang dapat dimakan. Hal ini karena guyub tutur bahasa Karo
lebih banyak menggunakan leksikon tersebut sebagai kebutuhan sehari-hari. Tumbuhan yang dapat dimakan banyak ditanam oleh guyub tutur bahasa Karo.
Umumnya guyub tutur di wilayah kesungaian Lau Bingei mata pencahariaanya adalah bertani. Leksikon yang paling rendah atau tidak diketahui adalah leksikon
tumbuhan obat. Hal ini karena tumbuhan obat sudah jarang ditemukan di daerah kesungaian Lau Bingei, padahal tumbuhan obat sangat dibutuhkan oleh guyub
tutur bahasa Karo dan merupakan warisan budaya suku Karo. Berikut ini akan diuraikan satu per satu deskripsi pemahaman leksikon
nomina ekologi kesungaian Lau Bingei berdasarkan pengelompokannya.
1. Pemahaman Leksikon Nomina Benda-Benda Lau Bingei
Benda-benda Lau Bingei merupakan sumber daya alam yang sangat bermanfaat buat guyub tutur bahasa Karo di Kecamatan Sei Bingei. Leksikon
yang dikelompokkan dalam benda-benda Lau Bingei ini merupakan aset buat guyub tutur bahasa Karo. Batu buruh, batu gingging,batu nabun, batu mangga,
batu perkas, batu penggilingen, batu rintik, batu talah, dan kersik merupakan benda Lau Bingei yang dapat dijadikan bahan bangunan yang sangat baik dan
unggul di Kabupaten Langkat. Lau „air‟ Lau Bingei merupakan sungai yang
Universita Sumatera Utara
memiliki debit air yang besar sehingga ia merupakan irigasi dengan debit air terbesar di Sumatera Utara. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu debit air
sungai tidak lagi sebesar dahulu. Hal ini karena beberapa faktor. Salah satunya karena penanaman sawit di hulu sungai dan di pinggir sungai yang meresap air
dan penebangan pohon secara liar. Lau Bingei mengairi 6.500 Ha. persawahan di seluruh Kecamatan Sei Bingei. Tanah di sekitar Lau Bingei juga tanah tersubur di
Kabupaten Langkat, sehingga pertanian terbaik dan tertata di Kabupaten Langkat berada di wilayah lingkungan kesungaian Lau Bingei, Kecamatan Sei Bingei.
Dari uraian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa Lau Bingei dan ekologinya sangat bermanfaat dan perlu dijaga kelestariannya. Jika lingkungan
Lau Bingei lestari, maka leksikon nomina yang sering digunakan juga lestari. Untuk itu, perlu dilihat sejauh mana pemahaman guyub tutur bahasa Karo
terhadap benda-benda yang ada di Lau Bingei. Pemahaman guyub tutur bahasa Karo terhadap leksikon nomina benda-benda Lau Bingei terdiri atas 17 leksikon
nomina yaitu batu buruh, batu gingging, batu nabun, batu mangga, batu perkas, batu penggilingen, batu rintik,batu talah, bunga lauugub, kersik, kubang, lau
malir, lau telneng, taneh dagal, taneh mbiring, taneh gara, dan taneh liat diujikan kepada tiga generasi dengan kategori A pernah melihat, mendengar, dan
menggunakan, B pernah mendengar dan melihat, C pernah mendengar saja, dan D tidak tahu tidak dengar dan tidak pernah menggunakan.
Persentase leksikon dalam satu generasi dihitung dengan menggunakan rumus
.
Jumlah informan dalam satu kecamatan 96 orang generasi usia
≥ 46 tahun 32 orang, usia 21-45 tahun 32 orang, usia 15-20 tahun 32 orang.
Universita Sumatera Utara
Untuk melihat penjelasan persentase leksikon lihat sub bab 3.5 pengujian data halaman 45.
Untuk melihat persentase leksikon selanjutnya lihat lampiran 2 tabel 2.1. Dari hasil analisis tersebut dapat dirangkum bahwa pemahaman guyub tutur
bahasa Karo terhadap leksikon ekologi kesungaian Lau Bingei dapat
dideskripsikan dengan Kategori A pernah melihat, mendengar, dan menggunakan
dengan jumlah pemaham JP 602 36,88. Berdasarkan lampiran 2 tabel 2.1 rangkuman deskripsi pemaham leksikon nomina benda Lau
Bingei yang paling sering dilihat, didengar, dan digunakan dengan urutan teratas adalah lau malir dengan JP 88 91,66. Lau malir digunakan sebagai sarana
kehidupan sehari-hari. Batu penggilingen dengan JP 77 80,20 digunakan untuk menggiling ramuan makanan dan ramuan obat tradisional. Kersik dengan
JP 74 77,20 digunakan sebagai bahan bangunan. Taneh mbiring dengan JP 72
75 digunakan sebagai lahan pertanian. Kategori B pernah mendengar dan melihat
dengan JP 745 45,64. Berdasarkan lampiran 2 tabel 2.1 rangkuman deskripsi pemaham leksikon
nomina benda Lau Bingei yang sering didengar dan dilihat dengan tiga urutan teratas adalah kubang dengan JP 95 98,95. Hal ini menandakan air Lau
Bingei semakin keruh. Ketika musim hujan air Lau Bingei akan keruh dan ketika air menyusut lumpur akan mengendap di pinggir sungai. Leksikon urutan kedua
yang sering dilihat adalah taneh dagal dengan JP 79 82, 29. Hal ini karena di pinggir sungai banyak terdapat taneh dagal. Taneh dagal ini adalah tanah yang
keras yang menahan pinggiran sungai agar tidak terjadi abrasi di pinggir sungai.
Universita Sumatera Utara
Urutan ke tiga adalah taneh gara dengan JP 72 75. Hal ini karena di Kecamatan Sei Bingei selain taneh mbiring guyub tutur juga mengusahai ladang
dengan taneh gara.
Kategori C pernah mendengar saja dengan JP 111 6,80.
Berdasarkan lampiran 2 tabel 2.1 rangkuman deskripsi pemaham leksikon nomina benda Lau Bingei yang pernah didengar saja adalah batu perkas dengan
JP 16 16,66. Batu mangga dengan JP 15 15,62. Perolehan ini umumnya yang tidak melihat atau hanya mendengar saja adalah generasi usia 15-20 tahun,
namun dari hasi pantauan penulis ke lapangan batu mangga masih banyak di sekitar sungai. Akan tetapi, sebagian informan muda tidak mengetahui nama batu
mangga sedangkan batu perkas jarang dijumpai di sungai.
Kategori D tidak tahu tidak dengar dan tidak pernah menggunakan
dengan JP 174 10,66. Berdasarkan lampiran 2 tabel 2.1 rangkuman deskripsi pemaham leksikon nomina benda Lau Bingei yang tidak
diketahui oleh informan adalah batu gingging dengan JP 37 38,54. Hal ini karena batu ini jarang dijumpai dan nama tersebut tidak diketahui. Pemaham
batu gingging dari tiga generasi, yakni usia ≥ 46 tahun dengan JP 0 0, usia
21-45 tahun dengan JP 11 34,37, dan usia 15-20 tahun dengan JP 26 81,25. Artinya, banyak generasi usia 15-20 tahun yang sama sekali tidak
tahu jenis batu ini.
Universita Sumatera Utara
2. Pemahaman Leksikon Nomina Bagian Lau Bingei