Nilai Kedamaian Leksikon Ekologi Kesungaian Lau Bingei: Kajian Ekolinguistik

artinya keberadaannya tidak masuk hitungan. Selanjutnya belo rangke-rangke, belo siwah sepuluh sada, belo situhu, dan belo penurungi. Selain dari belo, rimo juga tumbuhan budaya, yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan karo. Jenis rimo dalam bahasa Karo terdiri dari beberapa jenis antara lain rimo mukur dalam obat dan tradisi Karo rimo jenis ini wajib ada. Rimo macan, rimo nipes, rimo pangan, rimo keeling, rimo kacemba, rimo malem, rimo kersik, rimo gawang, rimo kayu, dan rimo puraga. Nama rimo semuanya berasal dari alam yaitu nama hewan, benda air, dan tumbuhan. Sekali lagi terlihat bahwa suku Karo sangat erat dengan lingkungan. Benda-benda Lau Bingei terdiri dari batu batu buruh, gingging, nabun, mangga, perkas, penggilingen, batu rintik, batu talah. Pada leksikon batu nama diri batu yang digunakan tidak terlepas dari nama tumbuhan dan alam seperti hujan rintik dan perkas halilintar menandakan ukuran dan kekuatan batu. Ugub bunga lau, pada dasarnya air tidak berbunga tetapi Suku Karo menyebutnya bunga lau karena ia seperti bunga.

6.2 Kearifan Lingkungan melalui Leksikon Ekologi Kesungaian Lau Bingei

1. Nilai Kedamaian

Nilai kedamaian dan keharmonisan antarguyub terekam dalam leksikon bagian Lau Bingei dan aktivitasnya terdiri dari leksikon: tapin n „tempat mandi‟ ertapinken v Lau Bingei „menggunakan Lau Bingei sebagai tempat mandi‟ Verba ertapinken kategori A dengan JP 82 85,41. Data pemahaman ini menunjukkan guyub tutur bahasa Karo memiliki persentase yang tinggi. Artinya Universita Sumatera Utara guyub tutur bahasa Karo secara umum masih sering menggunakan verba ertapinken dalam percakapan sehari-hari. Ertapinken membutuhkan keterangan tempat untuk tempat mandi. Artinya untuk tetap melakukan tradisi mandi di sungai membutuhkan sungai yang bersih dan lestari. Pada budaya Karo tapin dibagi menjadi dua bagian tapin dilaki dan tapin diberu. Aturan-aturan yang terdapat pada tapin ini berlaku sampai sekarang di guyub tutur bahasa Karo. Tapin perempuan biasanya dihulunya tapin laki-laki. Diharapkan untuk menjaga etika dan norma dalam bermasyarakat budaya Karo. Tentu saja di sini memupuk kebersamaan dalam persamaan, kedamaian dalam perbedaan, dan menjungjung tinggi etika adat Karo. Selain itu jika seorang laki-laki perempuan melewati tapin untuk menyeberang maka mereka akan mengeluarkan kode mau menyeberang “mboah”. Dimana dari kode ini orang-orang yang berada di sungai siap-siap merapikan pakaiannya karena yang memberikan kode tandanya adalah ingin menyeberang ke seberang sungai. Pemahaman guyub tutur bahasa Karo terhadap leksikon verba mboah kategori A dengan JP 82 85,41. Artinya guyub tutur masih sering menggunakan sandi ini jika melewati sungai. Kearifan lingkungan yang memiliki nilai kedamaian adalah tradisi yang menggunakan Lau Bingei yaitu: empungn - rempungv memiliki empung erpangir ku laun tradisi berlangir erpangir; v berlangir embah ku laun tradisi bawa anak ke sungai rembahv menggendong Universita Sumatera Utara Tradisi empungn adalah sebuah tradisi atau aturan dimana masyarakat masih menyegani tempat empung yang dianggap masih memiliki kekuatan keramat. Empung adalah sebuah tempat dimana masyarakat pemena menganggap bahwa ini adalah tempat nenek moyang mereka. Tradisi ini diawali dengan menanam tumbuhan seperti galuh sitabar, bulung simalem-malem,dan besi-besi, dan melepaskan ayam atau kambing pada umumnya namun setiap empung berbeda-beda. Lihat contoh salah satu empung di Kecamatan Sei Bingei di bawah ini. Gambar 5. 11 Empung Sumber: Koleksi Pribadi Di dekat empung masyarakat tidak boleh sembarangan berbuat ketidakbaikan, tidak boleh membuang kotoran, tidak boleh menebang dan merusak tanaman di sekitar empung, dan tidak boleh membunuh atau menangkap hewan di sekitar empung. Tradisi ini adalah tradisi yang sangat mendukung kelestarian lingkungan. Mengingat empung adalah salah satu tradisi yang dapat melestarikan lingkungan, perlu dilihat bagaimana pemahaman guyub tutur bahasa Karo terhadap leksikon empung. Empung dipahami oleh guyub tutur bahasa Karo Universita Sumatera Utara dengan kategori A sebanyak 7 JP 7,29, artinya hanya 7,29 guyub tutur bahasa Karo yang menggunakan empung. Selain dari pelestarian lingkungan, empung digunakan sebagai tempat memuja nenek moyang. Hal ini menyebabkan persepsi masyarakat berubah ketika agama masuk ke wilayah Sei Bingei. Kategori B dipahami sebanyak 85 JP 88,54 artinya empung masih ada sampai saat ini dan masih banyak akan tetapi, tidak digunakan lagi sebagai tempat memuja dan meminta. Empung dibersihkan dan di jaga untuk menjaga warisan budaya Karo. Hal ini, sangat baik mengingat empung masih disegani kekeramatannya, dapat digunakan sebagai upaya pelestarian lingkungan. Selanjutnya tradisi erpangir kulau dapat dijadikan sebagai kegiatan untuk mendamaikan konflik antarpemuda di kecamatan Sei Bingei yang telah berulang kali terjadi. Sedangkan tradisi rembah ku lau, anak-anak Karo dari kecil sudah di bawa langsung ke alam yaitu ke sungai dan dengan harapan anak dapat menghargai orang tua dan alam.

2. Nilai Kesejahteraan dan Gotong Royong