signifikan 5 untuk jumlah siswa 30 nilai r
tabel
≥ 0,361, jika
point biser
lebih besar dari r
tabel
maka butir soal tersebut valid dan untuk jumlah siswa 31 nilai r
tabel
≥ 0,355. Berdasarkan Prijowuwanto 2016: 138 interpretasi validasi dibagi menjadi 5 yaitu:
Tabel 3.5 Kriteria Koefisien Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria
0,00 Tidak valid
0,00 – 0,20
Sangat rendah 0,21
– 0,40 Rendah
0,41 – 0,70
Cukup 0,71
– 0,90 Tinggi
0,91 – 1,00
Sangat tinggi
Kriteria validitas yang digunakan pada soal untuk menyatakan soal yang valid yaitu yang memiliki koefisien korelasi r
tabel
5. Koefisien korelasi r
tabel
5 untuk jumlah siswa 30 adalah 0,36, sedangkan koefisien korelasi r
tabel
5 untuk jumlah siswa 31 adalah 0,35.
2. Reliabilitas
Arikunto 2012: 100 menyatakan bahwa reliabilitas tes berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dalam penelitian ini,
uji reliabilitas
yang digunakan
peneliti adalah
dengan menggunakan metode belah dua atau
Split-half Method
dengan cara membelah atas item ganjil dan genap. Langkah pertama
menggunakan
product moment
dengan angka kasar menurut Arikunto 2013: 213 adalah sebagai berikut:
r
xy
Keterangan: r
xy
= koefisien korelasi antara variable X dan variable Y, dua variable yang dikorelasikan.
Langkah kedua menggunakan formula Spearman-Brown sebagai berikut:
Keterangan: r11
= korelasi reliabilitas yang sudah disesuaikan 2r
= korelasi antara skor-skor setiap belahan tes Hasil analisis reliabilitas yang dihitung menggunakan TAP
kemudian dianalisis menggunkan tabel kriteria reliabilitas menurut Sutrisno Hadi dalam Rusdiana, 2015: 175 memaparkan untuk
mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas digunakan kategori berikut.
Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas
Rentang Nilai Kategori
0,800 – 1,000
Sangat tinggi 0,600
– 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599
Cukup
0,200 – 0,399
Rendah 0,000
– 1,999 Sangat rendah
Berdasarkan tabel kategori di atas peneliti menggunakan kategori tinggi 0,600
– 0,799 dan tinggi sekali 0,800 – 1,000 untuk menyatakan reliabilitas soal.
3. Analisis Daya Pembeda
Arikunto 2012: 226 menjelaskan bahwa daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut
indeks deskrminasi D. Indeks daya pembeda berkisar antara -1 sampai dengan +1. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal,
semakin tinggi kemampuan soal itu membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi D adalah:
Keterangan: J = jumlah peserta tes
J
A
= banyaknya peserta kelompok atas J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah
B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
P
A
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ingat, p sebagai indeks kesukaran
P
B
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Arikunto 2012: 232 menyatakan klasifikasi daya pembeda
sebagai berikut: Table 3.7 Kualifikasi Daya Pembeda
Berdasarkan kriteria daya pembeda di atas, peneliti menggunakan kriteria cukup 0,21
– 0,40 baik 0,41 – 0,70 dan baik sekali 0,71
– 1,00 untuk menyatakan soal tersebut dapat membedakan kelompok atas dengan kelompok bawah.
4. Tingkat Kesukaran