Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang akan berdampak pada kriminalitas, disabilitas, morbiditas dan mortalitas. Oleh karena itu seyogyanya penanganan seorang penyalahgunaketergantungan NAPZA adalah dengan melakukan rehabilitasi. 6 Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surah Al-Maidah5 ayat 90 berikut: َ ﱡ َأ َ ُِ َ ْ َ ِن َ ْ ﱠ ا ِ َ َ ْ ِ ٌ ْ ِر ُم َ ْزَ ْاَو ُب ََْ ْاَو ُِْ َ ْ اَو ُْ َْ ا َ ﱠِإ ا+ُ َ َآ َ ِ-ﱠ ا ُه+ َن+ُِ0ْ1ُ2 ْ3ُ4ﱠ0َ5َ “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum arak, khamar, berjudi, berkurban tentang berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan tersebut agar kamu mendapat keberuntungan”. Qs. Al-Maidah ayat 90 Penyalahgunaan NAPZA adalah penyalahgunaan salah satu atau beberapa jenis narkotika secara berkala atau teratur di luar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial. 7 Dalam hal ini diharapkan pemerintah dapat menangani permasalahan NAPZA dengan serius agar dapat meminimalisir penyalahguna yang kian bertambah. Perlu penanganan khusus yang dilakukan untuk menangani pengguna NAPZA. Menjalani rehabilitasi adalah tindak lanjut yang dianjurkan pemerintah kepada pengguna NAPZA agar penyalahguna dapat memantapkan kepribadian untuk bisa kembali bersosialisasi dengan masyarakat. Dijelaskan rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan 6 Ibid, h.2-3 7 Astwin, Pengertian Narkoba, artikel ini diakses pada tanggal 20-februari-2014 dari http:astwin.Blogspot.com200903-pengertian-narkoba. mengembalikan kondisi para mantan penyalahguna atau ketergantungan NAPZA agar kembali sehat, dalam arti fisik, psikologis, sosial dan spiritual keagamaan. 8 Seperti yang dijelaskan dalam Pasal 54 Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa, pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan NAPZA wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Berbagai program rehabilitasi NAPZA menjadi salah satu langkah yang serius dalam penanganan penyalahgunaan NAPZA. Adanya program rehabilitasi di Indonesia sesuai dengan pasal 1 butir 16 UU No. 352009 tentang narkotika yang menyebutkan bahwa rehabilitasi medis adalah suatu kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan NAPZA. Dan butir lainnya tentang narkotika adalah pasal 1 butir 17 UU No. 352009 menyatakan bahwa rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental, maupun sosial agar mantan pecandu NAPZA dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. 9 Rehabilitasi pada pengguna NAPZA menjadi penting karena seseorang yang telah menyalahgunakan NAPZA akan mengalami penurunan dan kerugian. Antara lain, merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang halal dan mana yang haram, perubahan mental dan prilaku anti sosial, merosotnya produktivitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi kecelakaan lalu lintas, kriminalitas, dan tindakan 8 Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza, Jakarta: FKUI, 2000, h.132. 9 Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang narkotika. kekerasan lainnya baik yang kuantitatif maupun kualitatif dan akhirnya kematian sia-sia. 10 Resiko psikososial penyalahgunaan NAPZA akan mengubah seseorang menjadi pemurung, pencemas, depresi, paranoid dan mengalami gangguan jiwa yang akan menimbulkan sikap bodoh, tidak perduli dengan penampilan, sekolah, rumah, menjadi pemalas serta tidak ada sopan santun dan tidak peduli dengan norma masyarakat, hukum dan agama. Resiko psikososial NAPZA selanjutnya dapat mengganggu kemampuan pengguna dalam berinteraksi sosial, baik di lingkungan keluarga, teman maupun masyarakat sekitarnya. Dengan adanya gangguan-gangguan yang diderita oleh pecandu, akan ada halangan bagi mereka untuk mengembangkan kemampuan berinteraksi secara sosial di masyarakat, padahal interaksi sosial bagi seorang individu sangat penting untuk menjalankan sebuah hubungan sosial yang dinamis dan menjalankan fungsi serta peranannya. Sedangkan dalam proses rehabilitasi, interaksi sangat dibutuhkan karena dapat membantu para pengguna dalam beradaptasi dengan pengguna lainnya di dalam proses pemulihan. Interaksi sosial yang dibangun di dalam tempat rehabilitasi akan dapat membantu para pengguna untuk menjadi bahan perbandingan ketika keluar nanti bisa atau tidaknya mereka berinteraksi sosial dengan baik di masyarakat. Sebab apabila interaksi sosialnya tidak berjalan dengan baik di tempat rehabilitasi kemungkinan besar ketika pengguna berinteraksi dengan masyarakat juga tidak akan berjalan baik atau tidak wajar. 10 Dadang Hawari, AL-QUR’AN Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 2004, cet. Ke-3, h.242. Terapi rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA semakin tumbuh dan berkembang di masyarakat baik melalui sistem rumah sakit, panti ataupun tempat keagamaan. Salah satu program penanganan bagi korban penyalahgunaan NAPZA yang profesional dan dibutuhkan pada saat ini adalah penerapan program Therapeutic Community TC, yaitu sistem pelayanan terpadu di dalam tempat rehabilitasi. Metode Therapeutic Community mulai berkembang pada tahun 1963 dengan didirikannya Daytop Village di New York Amerika Serikat dan sekarang telah berkembang di 63 negara. 11 Therapeutic Community pada mulanya ditunjukan untuk pasien-pasien psikiatri yang dikembangkan sejak perang dunia kedua. Asal mulanya therapeutic community adalah kelompok synanon di Amerika Serikat yaitu self-help group atau kelompok kecil yang saling membantu dan mendukung proses pemulihan yang awalnya sangat dipengaruhi oleh gerakan alcoholic anonymous. Therapeutic community adalah metode rehabilitasi sosial yang di tunjukan kepada korban penyalahgunaan NAPZA, yakni sebuah keluarga yang terdiri atas orang-orang yang mempunyai masalah sama dan memiliki tujuan yang sama yaitu menolong orang lain untuk menolong dirinya sendiri sehingga terjadi perubahan tingkah laku di dalam diri pecandu. Tujuan dari TC adalah merubah tingkah laku pecandu dari tingkah laku negatif ke arah tingkah laku yang positif. 12 Metode therapeutic community cukup berhasil di laksanakan di 11 Ayu Oktaviani, Skripsi Lingkungan Fisik Rumah Rehabilitasi Pengguna Narkoba dengan Metode Therapeutic Community : Studi Kasus di UNITRA Lido BNN dan FAN Campus, Fakultas Teknik UI, 2010. 12 Winanti, “Pendahuluan Therapeutic Community TC”, artikel diakses pada 13 November 2014 dari lapas narkotika.file.wordpress.com200807 therapeutic community.rev1_1doc.pdf. luar negeri, sebanyak 80 pasien NAPZA berhasil bertahan pada kondisi terbebas dari zat dalam waktu yang cukup lama, apabila pasien berhasil mengikuti tahapan sampai dengan selesai. Atas dasar keberhasilan tersebut maka Kementrian Kesehatan RI mempertimbangkan untuk menerapkan dan menggunakan metode therapeutic community dalam merehabilitasi pecandu NAPZA. 13 Salah satu tempat rehabilitasi yang berada dibawah pengawasan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang menggunakan metode therapeutic community adalah Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta yang terletak di jalan Lapangan Tembak No. 75 Cibubur, Jakarta Timur. Awal mula penerapan metode therapeutic community sendiri pada tahun 2003, dan sampai dengan sekarang sudah hampir 75 metode tersebut berhasil digunakan untuk pemulihan pasien dari ketergantungan terhadap NAPZA di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. 14 Dengan adanya metode tersebut diharapkan Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta tidak hanya mampu membantu para pengguna NAPZA bebas dari ketergantungannya tetapi juga dapat membantu memulihkan kondisi psikososial mereka dari tingkah laku negatif ke arah tingkah laku yang positif, dengan begitu pasien NAPZA dapat membangun interaksi sosialnya dengan baik di lingkuan keluarga, teman maupun masyarakat. Berkaitan dengan hal di atas maka peneliti tertarik untuk membahas bagaimana interaksi sosial yang dilakukan antar pasien NAPZA pada program 13 Ayu Oktaviani, Skripsi Lingkungan Fisik Rumah Rehabilitasi Pengguna Narkoba dengan Metode Therapeutic Community : Studi Kasus di UNITRA Lido BNN dan FAN Campus, Fakultas Teknik UI, 2010. 14 Wawancara Pribadi dengan Kepala Konselor di Unit Rehabilitasi RSKO Jakarta, Jakarta 21 November 2014. therapeutic community dengan judul “Interaksi Sosial Antar Pasien NAPZA Pada Program Therapeutic Community di Rumah Sakit Ketergantungan Obat RSKO Jakarta “.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dan memperjelas permasalahan yang akan dibahas, dalam penulisan skripsi ini penulis hanya memfokuskan penelitian pada interaksi sosial yang dijalani antar pasien NAPZA pada program Theraputic Community. 2. Rumusan Masalah Adapun rumusan permasalahan adalah bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial antar pasien NAPZA pada program therapeutic coomunity?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial antar pasien NAPZA pada program Therapeutic Community.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut: a. Manfaat teoritis 1 Memberi sumbangan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai interaksi sosial yang terjadi di dalam program Therapeutic Community antar pasien NAPZA. 2 Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam tentang interaksi sosial pada program Therapeutic Community. b. Manfaat Praktis 1 Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pasien NAPZA dalam membangun interaksi sosial antar pasien program therapeutic community.

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan strategis umum yang dipakai dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlakukan guna menjawab permasalahan yang diselidiki. Penggunaan metodologi ini dimaksudkan untuk menentukan data valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan permaslahan yang diteliti.

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaiamana interaksi sosial yang terjadi antar pasien NAPZA pada program theraputic community di RSKO Jakarta. Peneliti berusaha memahami dan mendeskripsikan interaksi sosial yang terjadi antar pasien pada program therapeutic community. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang di ungkapkan Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moelong, bahwa pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. 15 Berbagai data yang diperoleh dari wawancara, observasi maupun dokumentasi yang penulis dapatkan dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian akan diolah sehingga dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai bagaimana interaksi sosial yang terjadi pada saat mengikuti therapeutic community di RSKO Jakarta.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat untuk mengungkapkan fakta. 16 Jadi gambaran yang dipaparkan secara objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diselidiki pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak. Oleh karena itu dibutuhkan data-data sebagai penguat dalam penelitian tersebut. Data yang di kumpulkan berupa kata- kata, gambar dan bukan angka-angka. 17 Data dalam penelitian ini dapat 15 Lexy J. Moelong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001, Cet Ke-15, h.4. 16 Hadari Nawawi, Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005, Cet Ke-11, h.3. 17 Lexy J. Moelong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Rosda Karya, 2006, h.11.