Syarat-Syarat Interaksi Sosial Interaksi Sosial

Komunikasi melalui syarat-syarat sederhana adalah bentuk paling elementer dan yang paling pokok dalam komunikasi. Karakteristik dari komunikasi manusia adalah mereka tidak terbatas hanya menggunakan isyarat-isyarat fisik sebagaimana halnya dilakukan binatang. Di dalam berkomunikasi manusia menggunakan kata-kata, yakni simbol-simbol suara yang menganduk arti bersama dan bersifat standar. Dalam hal ini, tidak perlu selalu ada hubungan yang intristik antara satu bunyi tertentu dengan respon yang disimbolkan. Simbol di sini berbeda dengan tanda. Makna sebuah tanda biasanya identik dengan bentuk fisiknya dan dapat di tangkap dengan panca indera, sedangkan simbol bisa abstrak. 29 Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Interaksi sosial baru bisa berlangsung apabila dilakukan minimal dua orang atau lebih. b. Adanya interaksi dari pihak lain atas komunikasi dan kontak sosial. c. Adanya hubungan timbal balik yang saling mempengruhi antara satu dan yang lainnya. d. Interaksi cenderung bersifat positif, dinamis, dan berkesinambungan. e. Interaksi cenderung menghasilkan penyesuaian diri bagi subjek-subjek yang menjalin interaksi. 29 J. Dwi Narwoko, Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Kencana, 2007, h.17. f. Berpedoman pada norma-norma atau kaidah-kaidah secara acuan dalam interaksi. 30

3. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Berlangsungnya suatu proses interaksi menurut Soerjono Soekanto didasarkan pada berbagai bentuk, antara lain dapat berupa kerja sama coorperation, persaingan competition, pertentanganpertikaian conflict dan juga akomodasi accomodation. a. Kerja sama coorperation Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktifitas tertentu yang ditunjukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktifitas masing-masing. 31 Bentuk dan pola-pola kerja sama dapat dijumpai pada semua kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa kanak-kanak didalam kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan. Atas dasar itu, anak tersebut akan menggambarkan bermacam-macam pola kerja sama setelah menjadi dewasa. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam 30 Yusran Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar Tinjauan Pemikiran Sosiologi Persepkitf Islam, Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008, h.59. 31 Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, Dan Terapan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002, h.156. perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama, supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik. 32 Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya yaitu in group-nya dan kelompok lainnya yang merupakan out group-nya. Kerja sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah tertanam didalam kelompok, dalam diri seseorang atau segolongan orang. Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan akibat perasaan tidak puas, karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu. Keadaan tersebut dapat menjadi lebih tajam lagi apabila kelompok demikian merasa tersinggung atau dirugikan sistem kepercayaan atau dalam salah satu bidang agresif dalam kebudayaan. Betapa pentingnya fungsi kerja sama, digambarkan oleh Charles H. Cooley sebagai berikut 33 : “Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang bersama”. 32 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, h.72. 33 Ibid., h. 73. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama, ada lima bentuk kerja sama, yaitu: 1. Kerukunan yang mencangkup gotong royong dan tolong menolong. 2. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. 3. Ko-optasi, yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. 4. Koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan sam. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi karena maksud utama adalah untuk mencapai satu tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif. 5. Joint-ventrue, yaitu kerja sama dalam perusahaan proyek- proyek tertentu. Misalnya, pemboran minyak, pertambangan batu bara, perfilman, perhotelan dan seterusnya. 34

b. Persaingan

competition Persaingan merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih dari pada yang lainnya. Sesuatu itu bisa 34 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, h.74-75.