Teknik Perencanaan Program Lembaga
a. Program Rawat Jalan
Dalam instalansi rawat jalan terdapat berbagai jenis layanan salah satu diantaranya adalah Program Terapi
Rumatan Metadon PTRM. Dalam program ini proses perencanaan penyembuhan dilakukan dengan cara substitusi
dimana para pasien GBZ diberikan penganti NAPZA berupa methadone. Mereka yang mendaftarkan diri sebagai pasien
methadone akan mempunyai perlindungan hukum tersendiri dan mempunyai kartu IPWL Institusi Penerimaan Wajib
Lapor, yaitu kartu tanda bukti status pasien methadone. Dalam meningkatkan progres penyembuhan pasien,
dosis methadone akan dikurangi secara berkala sesuai dengan perkembangan positif yang ada pada pasien. Selain itu
pengurangan juga harus berdasarkan rujukan dari dokter. Sedangkan mereka yang diketahui mencampur methadone-nya
dengan bahan lain.
76
b. Instalasi Rawat Inap
Langkah awal yang dilakukan dalam penanganan pasien rawat inap adalah, pasien akan menjalankan proses
detoksifikasi atau penghilangan racun-racun yang terdapat didalam tubuh pasien. Setelah melakukan detoksifikasi, jika
pasien merupakan rujukan dari keluarga maka pasien bisa memilih apakah akan melanjutkan ke program selanjutnya,
76
Wawancara Pribadi dengan Bapak Agus Darmawan, Jakarta 17 Juli 2014.
yaitu program rehabilitasi atau langsung kembali ke lingkungannya masing-masing, namun biasanya pihak Rumah
Sakit akan memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke program rehabilitasi. Jika pasien merupakan putusan
pengadilan maka dirinya wajib melanjutkan program rehabilitasi untuk menjalani perawatan sesuai dengan
keputusan pengadilan. Pasien yang diutuskan melanjutkan ke program rehabilitasi maka mereka akan menjalankan beberapa
program dan fase. Namun sebelum itu, pasien juga akan menjalani evaluasi psikososial untuk menyesuaikan program
yang akan didapatkan oleh pasien sesuai dengan hasil diagnosa atau evaluasi psikososial kesehatan tersebut. Di dalam
rehabilitasi terdapat dua program yang diperuntukkan untuk pasien NAPZA, diantaranya sebagai berikut:
a. Spesial Program
Merupakan program yang diperuntukkan bagi pasien atau klien yang mempunyai masalah dengan diagnosa
kecanduan terhadap NAPZA dan dengan gangguan fisik dan atau gangguan mental dual diagnosis. Dalam penerapnnya
spesial program tidak menggunakan metode TC, tetapi terdapat metode tersendiri untuk menangani para pasiennya.
b. Program Reguler
Merupakan tahap adaptasi guna menyesuaikan diri klien terhadap program pemulihannya yang akan dijalani. Dalam
penerapan program reguler RSKO menggunakan metode TC dengan dibantu para pekerja profesional yakni konselor yang
sudah berpengalaman. Pemilihan pasien reguler program untuk mengikuti metode TC, pasien harus sehat secara medis yang
artinya pasien tidak boleh mempunyai gangguan fisik ataupun mental yang di derita karena dengan begitu pasien akan lebih
bisa menjalani program TC dengan lebih baik. Selama menjalani proses pemulihan di program reguler,
pasien akan menjalani 2 tahapan program dan terdiri dari beberapa fase dengan menunjukkan tingkat kemajuan dari
proses pemulihan, meliputi: 1.
Program primary, yang terdiri dari beberapa fase yakni: a.
Fase induction Merupakan tahap adaptasi yang bertujuan untuk
penyesuaian diri pasien terhadap program pemulihannya yang akan dijalani. Dalam fase ini biasanya dibutuhkan
waktu selama satu setengah bulan.
77
Pasien induction mendapatkan tantangan yang mungkin terbesar di hidupnya
ketika dia harus melepaskan ketergantungannya terhadap NAPZA dan subtitusi NAPZA, memisahkan dirinya dari
lingkungan lama yang lebih nyaman, sementara itu beradaptasi kedalam suatu lingkungan “asing” yang
kesannya “intimidatif”. Sifat-sifat negatif seorang pecandu
77
Brosur Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta, Profil Halmahera House Rehabilitation Center.
masih nampak kental seperti banyaknya penyangkalan, manipulasi, berbohong, mencari alasan, tidak menerima
dan lain-lain.
78
b. Fase primary
Bertujuan untuk
mengarahkan pasien
untuk menerima dan menyadari bahwa dirinya adalah seorang
pecandu yang membutuhkan pertolongan. Motivasi dari dalam diri, serta menyadari bahwasanya di samping
masalah penyalahgunaan NAPZA ada masalah yang jauh lebih penting yaitu masalah prilaku dan bagaimana cara
merubahnya. Biasanya dalam fase ini membutuhkan waktu dua sampai dengan tiga bulan.
c. Fase Pre-Re-Entry Merupakan stabilisasi sikap dan prilaku hidup sehat.
Pemantapan kondisi emosi dan keseimbangan psikologi. Proses simulasi fungsi-fungsi kognitif, pemantapan sikap
dan prilaku bertanggung jawab serta proses interaksi sosial dengan keluarga sebagai basis utama. Fase ini merupakan
masa persiapan untuk menjalani fase Re-Entry yang biasanya dibutuhkan waktu selama satu sampai dengan dua
bulan untuk menjalaninya. Tujuan dari fase ini adalah untuk melatih jiwa kepemimpinan leader skill dan dapat
berkoordinasi dengan sesama familly dan staff. Belajar
78
Buku Panduan Instalasi Halmahera House RSKO Jakarta, Walking Paper Reguler Program.
untuk lebih memahami secara mendalam berbagai komponen program, belajar untuk dapat menjelaskan inti
dari berbagai
macam permasalahan
issue, yang
menyangkut rumah, tingkah laku, pola pikir dan perasaan yang ada. Belajar untuk mulai berinteraksi dengan
masyarakat luar, dengan keluarga sebagai basis utama .
79
2. Program re-entry, merupakan pengembangan sikap dan prilaku bertanggung jawab dan proses pengenalan serta
pemantapan sikap dan prilaku hidup sehat di dalam keluarga dan lingkungan sosial. Menambah wawasan untuk
mempersiapkan diri untuk masa depan. Mendaya gunakan penalaran, dan mengembangkan keterampilan sosial dalam
kehidupan bermasyarakat.
Mengimplementasikan kemampuan dan keterampilan yang telah dicapai. Mampu
mewujudkan sikap dan prilaku yang bertanggung jawab dengan kualitas hidup yang lebih baik di dalam integrasinya
dalam masyarakat dalam status pemulihannya. Dalam fase ini biasanya membutuhkan waktu sesuai kebutuhannya.
Dalam program Re-Entry terdiri dari beberapa fase yakni sebagai berikut:
a. Fase orientasi Terdiri dari pengenalan terhadap program primary,
assesment ulang
pada klien
untuk melihat
peningkatanperubahan yang telah dicapai. Target dan
79
Wawancara Pribadi dengan Konselor RSKO, Jakarta 19 Juli 2014.
evaluasi dalam fase ini adalah pasien telah memahami dan mengerti maksud dan tujuan fase orientasi pasien di
program re-entry. Pasien mengerti memahami tujuan dari program re-entry secara umum. Telah memahami dan
mengaplikasikan peraturan, prosedur, budaya yang ada di program re-entry.
b. Fase A Pada fase ini pasien mulai melakukan interaksi
dengan masyarakat umum, bermula dari keluarga sebagai lingkungan kecil. Pasien di persiapkan untuk menghadapi
berbagai hambatan
dalam bersosialisasi
konflik nilainormapandangan masyarakat, keluarga maupun antar
individu. Pelaksanaan sesi edukasi dan pengaplikasian relapse prevention. Pelaksanaan sesi individual konseling
yang terfokus pada perencanaan klien. Percobaan kembali ke rumah tanpa pendamping dengan waktu 24 jam, saat
weekend. Target dan evaluasi dalam fase ini adalah pasien tetap
menunjukan sikap dan prilaku yang bertanggung jawab, dapat dipercayai baik komunitas terapi maupun keluarga.
Pasien memiliki rencana yang cukup matang, jelas dan rasional berkaitan dengan educationvocational.
c. Fase B Dalam fase ini pengintegrasian konsep pemulihan
kedalam kehidupan sehari-hari tertanam jauh, sejalan
dengan pasien bergerak maju ke arah pengembangan karir dan tujuan hidup seperti yang telah di rencanakan dalam
fase A. Fase ini lebih mengarah kepada penyempurnaan target fase A sekaligus transisi ke fase C dimana pasien
akan jauh lebih sering berada diluar fasilitas. Pasien terus mendapat bimbingan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang mungkin timbul dari sosialisasinya dengan masyarakat umum. Proses pengaplikasian nilai-nilai
TC yang telah didapat dilingkungan masyarakat yang lebih luas.
Target dan evaluasi dalam fase ini adalah pasien secara konsisten menunjukan peningkatan kemampuan untuk
memecahkan masalah. Pasien menunjukan peningkatan performa
dalam kegiatan
homeleave nya,
pasien menunjukan peningkatan kemampuan dalam menghadapi
situasi dan kondisi beresiko tinggi untuk relapse. d. Fase C
Merupakan fase
dimana pasien
mengimplementasikan seluruh
kemampuan dan
keterampilan yang didapat selama menjalani resindential treatment baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan
sosialnya masyarakat umum. Dalam fase ini pasien akan lebih banyak tinggal diluar. Pelaksanaan edukasi dan
pengaplikasian relapse prevention makin intens. Persiapan
penyelesaian program re-entry dan masuk kedalam aftercare program.
Target dan evaluasi dalam hal ini adalah pasien dapat memahami peran dan fungsinya dimasyarakat, sesuai
dengan kemampuan dan keterampilannya. Pasien memiliki status identitas. Pasien memiliki tujuan dan arah yang jelas
dalam educationalvocational.
Pasien memahami
bagaimana cara terus memelihara pemulihannya. Pasien mampu menunjukan sikap dan prilaku sosial yang secara
konsisten bertanggung jawab serta dapat dipercaya.
80
Setelah menjalani program primary dan re-entry pasien juga harus menjalani fase aftercare. Aftercare program merupakan satu
tingkat dimana seoarang pecandu kembali membangun hidup dengan keluarga di lingkungan masyarakat, pasien yang telah
menyelesaikan program residensial secara otomatis menjadi bagian dari aftercare dan dibawah monitor komunitas aftercare.
Adapun tujuannya menyediakan dukungan bagi anggotanya kembali ke masyarakat serta bertujuan untuk memastikan
penyelesaian keseluruhan program pemulihannya. Secara terus menerus memberikan motivasi untuk melanjutkan pemulihannya
dan mencegah terjadinya relapse atau kambuh kembali. Dalam fase ini dibagi menjadi dua yang pertama adalah in house atau didalam
rumah rehabilitasi dan yang kedua adalah reguler program biasanya
80
Buku Panduan Instalasi Halmahera House RSKO Jakarta, Walking Paper Reguler Program.
satu bulan sekali untuk test urin dan konseling dengan konselor sesuai dengan kesepakatan.
81
Didalam penerapan program TC di RSKO Jakarta mempunyai banyak peraturan utama yang harus di ikuti oleh para
pasien rehabilitasi yakni peraturan pertama adalah Cardinal Rules. 1.
No Drugs tidak dibenarkan memakai narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya
2. No Sex tidak ada sex
3. No Violence tidak melakukan kekerasan
4. No
Vandalism tidak
boleh melakukan
pengrusakan barangproperty fasilitas.
82