B. Analisis
1. Interaksi Sosial Antar Paisen NAPZA pada Program
Therapeutic Community di RSKO Jakarta
Bedasarkan hasil temuan data yang penulis lakukan mengenai interaksi sosial antar pasien NAPZA pada program therapeutic community,
penulis dapat mengetahui bahwa berlangsungnya suatu proses interaksi sosial didasarkan pada berbagai bentuk di dalam menjalankan program
TC. Maka, untuk dapat melihat gambaran mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi di dalam program TC dapat berjalan dengan
baik atau tidak, penulis menggunakan teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini, yang mana sebagian besar menggunakan teori kelompok
mandiri. Teori kelompok mandiri menekankan pada pengakuan para anggota terhadap kelompok bahwa dirinya memiliki masalah dapat dilihat
pada bab 4 hal, 76 Dalam hal ini, pengguna NAPZA dapat menceritakan pemasalahannya kepada kelompok mengenai kecanduannya terhadap
NAPZA dan pasien lainnya yang sudah menjalani pemulihan juga dapat membagi pengalamannya di masa lalu untuk bersama-sama membuat
suatu perencanaan di masa depan bagi pasien yang masih membutuhkan pertolongan. Pasien yang merasa dirinya bermasalah akan mendapatkan
manfaat berdasarkan prinsip-prinsip terapi, seperti berbagai macam kegiatan yang di jalankan, saran, nasehat, dsb serta pasien lain yang
menolong pun juga akan mendapatkan kepuasan psikologis karena telah menolong orang lain, seperti yang dijelaskan dalam teori kelompok
mandiri bab 2 h. 47.
Dari beberapa bentuk interaksi sosial yang ada di dalam program TC tersebut dapat dianalisis bahwa:
a. Kerja Sama
Berdasarkan hasil temuan lapangan penulis, kerja sama yang dilakukan antar pasien NAPZA pada program TC awalnya sulit terjadi
karena pasien yang belum bisa menerima keberadaannya untuk mengikuti program TC sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh
informan R dapat dilihat pada bab 4, h. 78. Dalam hal ini konselor sangat berperan penting dalam merubah kebiasan pasien, karena
konselor akan memberikan penyadaran kepada pasien bahwa prilaku atau kebiasaan pasien harus dirubah. Kerja sama dilakukan dalam
berbagai kegiatan untuk mencapai suatu tujuan yakni pulih dari ketergantungan terhadap NAPZA. TC merupakan suatu kelompok
yang seluruh kegiatannya harus dilakukan secara bersama-sama dengan saling bekerja sama satu sama lain sebagaimana yang sudah
dijelaskan oleh broh Taufan dapat dilihat pada bab 4, h. 80. Kerja sama yang dilakukan antara pasien satu dengan pasien lainnya dalam
berbagai kegiatan yang ada pada program TC meliputi, Function, morning meeting, serta berbagai group yang ada.
Berbagai kegiatan yang dijalankan pasien diatas tentunya dapat menciptakan suatu edukasi yang mana dapat merubah tingkah laku
para pasien dari tingkah laku yang negatif menuju tingkah laku yang positif. Memberikan pengetahuan kepada pasien melalui adanya
kegiatan seperti function, morning meeting, serta group agar bisa
terbebas dari ketergantungan mereka terhadap NAPZA. Hal tersebut tentu sudah menjadi satu contoh dimana para pasien secara tidak
langsung mendapatkan pelatihan untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik kelak, sebagaimana yang terdapat dalam definisi teori
kelompok pendidikan dapat dilihat pada bab 2, h. 37. Kerja sama tersebut juga diterapkan oleh semua informan, salah satunya ialah
informan R yang mana dirinya menyadari bahwa kegiatan yang di jalankan secara bersama-sama akan bermanfaat dikehidupannya kelak.
Kerja sama yang dilakukan adalah dengan cara saling membantu serta saling menolong satu sama lain di dalam berbagai kegiatan dapat
dilihat pada bab 4, h. 80. Hal ini telah membuktikan bahwa kerja sama yang di lakukan dengan saling tolong menolong dalam berbagai
kegiatan yang di jalankan pasien bersama pasien lainnya mempunyai tujuan dan akan bermanfaat bagi semua, sebagaimana yang dijelaskan
oleh Soerjono Soekanto bab 2, no.3 h. 49. b.
Persaingan Berdasarkan
hasil temuan
lapangan penulis,
dalam menjalankan pemulihan sebagai pasien sebenarnya persaingan tidak
boleh terjadi tetapi dalam hal ini konselor sengaja memberikan kegiatan agar pasien dapat menumbuhkan persaingan yang ada di
dalam dirinya secara sehat sebagaimana yang telah dijelaskan oleh broh Okto selaku kepala konselor di unit rehabilitasi Halmahera House
Jakarta dapat dilihat pada bab 4, h. 86. Persaingan dalam hal ini terjadi antara kelompok dan kelompok, antara kelompok primary dan